31

519 40 8
                                    

****


Sore ini sesuai kesepakatan bersama Ara, Albi dan juga Geo sudah berkumpul di toko kue Bunda Ririn. Ketiga nya tampak canggung, bahkan memalingkan wajah nya kesamping kiri pun Ara tidak berani.

Geo berdehem singkat untuk menarik perhatian Ara, lalu ditatap nya lelaki itu yang kini mulai membuka mulut nya.

"G-gue minta maaf." katanya ragu-ragu.

"Buat?"

"Semuanya."

"Oke."

"Ra?"

"Udah kan? gue sama Albi mau cabut, kita jadi makan nya kan?" tanya Ara seraya tersenyum ke arah Albi.

Albi mengangguk mantap, masih dengan tampang so cool nya yang minta digibas.

"Yuk, keburu malem."

Tangan Ara yang diletakkan di atas meja kini sudah berpindah di genggaman Albi, sekali lagi gadis itu pun tersenyum lebar hingga membuat kedua matanya hampir tenggelam.

"Gue belum beres ngomong." ketus Geo.

"Apalagi sih? ganggu banget."

"Gue tau gue salah tapi jangan seenak nya dong Ra."

"Loh? lo aja seenaknya sama gue masa gue gaboleh?" Ara tertawa hambar "Idup lo makin gajelas ya semenjak gak sama gue, tapi bagus juga sih goblok nya makin keliatan."

"Udah, biarin." ucap Albi seraya merangkul pundak Ara.

"Ck, dasar alay."

"DUH BUN KO TIBA-TIBA BAU GOSONG YA DISINI."

◦•●◉✿oOo✿◉●•◦

Botol kedua sudah hampir habis, tapi tenggorokan Ara masih saja terasa kering. Sama seperti biasanya gak ngoceh gak idup,  gak drama gak makan.

Gadis itu terus mengacak-ngacak dashboard mobil Albi berharap menemukan snack untuk sedikit mengganjal rasa haus perhatian darinya.

"Sumpah ya Al akting kita bagus banget tadi, ekspresi muka si Geo asem banget hahaa." ujar Ara yang akhirnya menyerah mencari sesuatu yang sesungguhnya tidak ada.

"Tunggu bentar."

"Lo mau kemana." tanpa dijawab terlebih dahulu lelaki itu sudah membuka pintu dan melangkah keluar.

"Nyebelinnya kumat." Ara mendengus sebal kemudian memalingkan wajahnya kesamping guna melihat beberapa kendaraan yang berlalu lalang.

Tak berapa lama pintu mobil pun terbuka kembali, namun Ara berlaga tidak sadar akan kedatangan lelaki itu.

"Nih." Albi memberikan sekresek belanjaan berlogo Indomart kepangkuan Ara.

"Apa?"

"Cemilan."

"Gue gak minta."

"Inisiatif."

"Yaudah kalo lo maksa, gue makan nih."

"Alea pelan-pelan." tegur Albi seraya mengelap sisa es krim disudut bibir gadisnya.

"Kalo gue bilang sayang lo gimana Al?"

"Gak."

"Ish!"

"Lo gak boleh ngomong duluan."

"Terus?"

"Gak ada terus-terusan, sekarang lo punya gue."

"MENINGGOYYYYY." teriak Ara girang lalu dengan sengaja memeluk Albi, biasa kesempatan dalam kesempitan.

"Jangan mikirin dia lagi ya, gue gasuka."

"IH KENAPASI ALBI NYA ARA JADI GEMES GINI?!! COBA BILANG BELAJAR DARI SIAPA?!"

"Dwi."

"KAMPREET!! AWAS AJA KALO—"

"Sstt udah."

"Yaudah sun dulu."

Cup!

"Pipi kanan, pipi kiri, idung, sama bibir nya mana?"

"Nanti."

"Ih ko nanti? Alea nya Albi pengen sekarang huhu."

Cup!

Cup!

Cup!

"Hehe bibir nya kelewat."

Pletak!

"Nakal."

"Kalo mau buat dosa jangan nanggung Al." Ara nyengir kuda, bisa-bisanya ia bertingkah agresif didepan pacarnya yang baru 5menit.

"Sayang Al banyak-banyak!"

End—

wkwk sumpah cerita ini gajelas banget tapi makasi buat kalian yg udah rela ngeluangin waktunya buat baca, maaf kalo gak sesuai ekspetasi hehe

(〃゚3゚〃)





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang