****
Gadis itu berjalan tak tentu arah, menyelusuri tiap lorong disekolahnya, hingga ia memutuskan untuk berhenti sejenak dibawah pohon besar yg konon katanya banyak penunggu nya. Sedikitpun tak membuat nya takut, persetan dengan rumor tersebut, setan pun akan kabur ketika melihat sosok seperti Ara.
"Gak enak banget ya jadi orang baik, selalu aja dikasih cobaan sama Allah. Baru kemarin balikan tau nya semalem malah pelukan sama cewe lain." ucap Ara dengan lemah.
Ponsel Ara dari tadi terus bergetar pertanda ada banyak pesan masuk yg sama sekali tak ingin ia baca. Sementara, ia akan menjaga jarak dengan Geo, menenangkan pikirannya, supaya tidak akan ada kesalah pahaman nanti nya.
Jujur berpikir positif di situasi seperti ini bukan hal yg mudah, jika kewarasannya sudah hilang mungkin saja ia akan memberontak, mengubur hidup-hidup lelaki itu.
"Nih." ucap seorang lelaki dengan susu kotak ditangannya.
"Ko cuma satu sih?" sudah dikasih tapi malah ngelunjak, mau kalian apakan manusia seperti dia?
"Hm."
"Gamau bilang makasih, soalnya cuma satu."
"Gak peduli." jawab Albi, sesaat setelah memberikan susu kotak itu Albi merutuki dirinya sendiri. Bisa bisanya dia berlaku seperti itu? menjijikan.
"Eh mau kemana lagi?" tanya ara dengan sigap memegang tangannya.
"Kenapa?"
"Temenin gue di—"
"ARA!" panggil Geo tiba-tiba, Ara mematung takut.
"H—hah?"
"Ngapain berdua-duaan disini? kamu selingkuh?" tuduhnya dengan mata memicing.
"H—hah engga, aku lagi nyari angin, kebetulan Albi lewat."
"Terus itu megang-megang tangan maksudnya apa?"
Sial malah jadi gue yg di introgasi — batinnya.
"Ah ini—"
"Mulai berani ya kamu ra?"
"Apa dah orang gak ngapa-ngapain juga, lagian aku sama si Albi kan sekelas."
"Ya lo pikir aja Ra gimana tanggepan orang lain, lo pacar gue tapi pegangan tangan sama cowok lain." ucap Geo dengan emosi mengebu-gebu, rasa tidak suka nya terhadap Albi makin hari makin bertambah. "Lo juga cowok apaan berani-beraninya nyamperin cewek orang."
Albi hanya menatap tajam, Geo sepertinya sedang memancing perkelahian. Jika begitu, cukup pergi dari sini, maka mulut itu akan berhenti berkicau.
"Apasi Geo."
"Ikut gue!" ujar Geo dengan menarik paksa tangan Ara.
Bugh!
"Brengsek!"
Satu pukulan mendarat sempurna di wajah Geo, tidak lain tidak bukan sang pelaku adalah Albi. Tak terima dengan perlakuan itu, Geo pun langsung membalasnya. Dan ya terjadilah perkelahian dua manusia yg sama-sama tidak ingin dikalahkan.
Sontak saja semua siswa berkumpul untuk menonton, menyoraki, bahkan membangga-banggakan jagoan nya masing-masing. Ara yg berusaha keras memisahkan mereka berdua malah terseret-terseret.
"Al stopp!!!" teriaknya yg tentu saja tidak di hiraukan.
Langkah terakhir untuk menghentikan mereka berdua adalah dengan Ara mengorbankan dirinya sendiri, menjadi patung di tengah-tengah manusia yg sudah hilang akal sehatnya.
"Alea awas!!"
Bruk!
Gadis itu seketika ambruk, kepalanya dengan keras membentur batu yg entah sejak kapan berada disana.
◦•●◉✿oOo✿◉●•◦
Ara mengerjapkan mata pelan, hal yg pertama kali ia lihat adalah ruangan bernuansa putih, selang infusan menancap ditangannya, serta bau obat dimana-mana, di samping itu terlihat seorang lelaki yg tengah tertidur lelap.
Sedetik kemudian ia meringis kesakitan, memegangi kepala yg sudah seperti dihantam batu besar, kenangan-kenangan masa kecil nya kembali menyeruak. Ara langsung menjerit histeris.
Albi yg mendengar jeritan itu langsung terbangun panik, cepat-cepat ia pun berlari memanggil dokter.
"Albi?" sapa bunda Ririn.
"Iya tan?"
"Maaf ya tante baru dateng, tadi di toko lagi banyak pesenan. Maaf pisan ngerepotin kamu."
"Gapapa tan, ini juga salah saya."
"Udah gausah nyalahin diri sendiri, emang itu cowo saha si namanya tante lupa, Goa? ampun da meni hese diinget eta ngaran. Bawa pengaruh buruk jang si Ara." ujar bunda Ririn kelewat jengkel.
"Itu luka kamu belum di obatin?"
Albi mengangguk "Iya"
"Sini tante obatin, sayang itu muka ganteng kamu jadi ketutupan."
Kiw menang banyak nih— batin bunda Ririn berteriak senang.
****
Hi dears! aku minta maaf ya kalo makin kesini ceritanya makin gajelas ಥ_ಥ
KAMU SEDANG MEMBACA
Alea
Novela JuvenilTidak ingin dihujat tapi kelakuannya bikin orang lain ngucap astaghfirullah terus, sosok manusia yg tengilnya minta diampunin tapi susah, gak diampunin y gimana y terserah aja Panggil saja ara kalo dipanggil alea dia gabakal noleh, emang so anak nya...