23

392 73 102
                                    

****

Bel istirahat berbunyi beberapa saat lalu, selama pelajaran tadi Albi sangat mengantuk, tidak seperti biasanya.

Sesegera mungkin ia pun beranjak ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Diperjalanan, langkah kaki Albi tiba-tiba terhenti, menghela nafas panjang, Geo selalu saja mencari masalah dengannya,

Kali ini entah apalagi maunya manusia itu.

Tatapan nyalang, dengan tangan yg mengepal kuat, urat-urat nya pun nampak terlihat jelas, nyaris seperti orang kerasukan.

"Gue bilang jauhin Ara!" geram lelaki itu mulai berjalan mendekati Albi yg tengah diam memperhatikan setiap gerak-gerik nya.

"Lo udah gamau hidup hah?!" tanya nya  dengan menarik kerah baju Albi.

'Tolong jaga Alea demi aku'

'Tolong jaga Alea demi aku'


Sial! — batin Albi.

"Lo gapunya hak atas hidup Alea!" jawab Albi seraya menghempaskan tangan Geo.

Lelaki itu menyeringai "Hebat, makin berani aja ya lo, apa gak takut gue bongkar semua kejahatan lo hah sialan?!"

Albi mendecih, selama ini dirinya sudah terlalu baik. Membiarkan anjing itu terus menggonggong, kali ini tidak lagi.

Persetan dengan nama baik nya, seiring berjalannya waktu rumor itu akan lenyap.

Dan ia juga bertanggung jawab atas permintaan terakhir dari cinta pertamanya—  Bella.

"Kenapa diem hah brengsek? takut kan lo?"

"Buat apa gue takut? sama manusia gak jelas kaya lo."

Nafas Geo makin memburu, rasa ingin segera mengirim Albi ke neraka semakin bertambah banyak,

Namun, dengan cara seperti itu. Geo tidak akan puas.

"Lo pikir Ara masih mau deket sama lo? pas dia tau penyebab Bella meninggal tuh lo? Sadar woi! kalo mimpi tuh jangan sambil kelayapan gak jelas kayak gini!" ucap Geo dengan menunjuk-nunjuk wajah Albi.

"Emang Alea bakal percaya sama lo?" Geo langsung bungkam, setelah mendengar pertanyaan Albi.

"Bingung kan lo?"

"Bangsat! dengerin baik-baik. Sekali lagi gue liat lo deketin Ara, lo bakal mati ditangan gue!"

"Lo bukan Tuhan."

Geo kembali kalah telak.

"Geo!" panggil Misel dengan nafas terengah-engah "Aku dari tadi nyariin kamu tau."

"Kenapa?" tanya Geo, namun pandangannya masih belum lepas dari Albi.

"Ko kenapa sih? kan semalem kamu janji. Mau makan siang bareng dikantin." Misel mengerucutkan bibirnya, bisa-bisanya lelaki ini melupakan janjinya,

Sementara dari subuh Misel telah siap, setelah mengubrak-abrik lemari mencari sweater pemberian Geo.

Dan juga ia tidak sabar untuk mengumumkan bahwa Geo kini miliknya.

Albi yg kini tengah menonton drama yg sedang dimainkan Geo hanya mendecak, tidak tahan, lalu membatalkan niatnya untuk ke kamar mandi.

Melihat tontonan menjijikan itu, langsung membuat matanya terbuka lebar.

"Brengsek!"



◦•●◉✿oOo✿◉●•◦



Sesi temu — rindu antara Ara dan Nana belum juga selesai, para anak lelaki di kelas dengan semangat mengolok-olok Ara yg di rasa sangat lebay.

Namun, Ara tetaplah Ara. Gadis aneh, yg kelakuannya telah diketahui setiap penjuru di sekolahnya.

Tidak ada alasan lagi untuk bersikap so jaim.

Ketika hubungannya telah kandas, apalagi yg akan di pertahankan? harga dirinya? tentu tidak.

Sebab, ia tidak lagi berharga,


Dimata manusia yg sirik tentunya.

"Lo dew kalo pangen gue peluk jangan gitu caranya." gumam Ara seraya melepas pelukannya dengan Nana.

"Dih najis, mending gue peluk Dania aja." ujar Dwi sambil menggidikan bahu nya.

"Bukannya lo sama Dania lagi berantem ya?" tanya Dodi.

Yg disebut namanya hanya melirik sekilas, kemudian melanjutkan acara curhatnya dengan Nela yg sama-sama sadgirl.

Tapi, kali ini dengan penuh keyakinan mereka sepakat akan membentuk aliansi pembasmi lelaki tukang ghosting di seluruh Indonesia,

Target utama : Dwi & Ardian.

Celakalah kalian!

"Oh iya lupa, semalam gue nemu cewek baru sih." ucap Dwi mencoba memanas-manasi, tapi untung di luar hujan jadi tidak terlalu panas.

"Wah anjir, gue juga." sahut Ardian.

"Kayak nya cewe-cewe punya firasat deh kalo gue tuh jomblo, makanya semalem banyak banget yg follow ig, beh jari gue ampe keriting ngefollback-in mereka."

"Lo banyak yg follow? kalo gue sih malah banyak yg ngelike postingan, ampe akar-akarnya. Gila gak tuh?"

Ara, Haikal, Dodi dan masih banyak lagi
hanya diam dengan ekspresi datar menanggapi kebohongan besar mereka berdua.

Setelah ini, sudah pasti akan ada kekacaun besar.

"Nela, cowok yg semalem nganterin gue. Masa tadi pagi nyatain perasannya. Duh gue harus gimana ya?" tanya Dania dengan menyenggol bahu Nela, memberi isyarat.

"Hah? yg ganteng itu kan? TERIMA AJA DAN, KAPAN LAGI KAN DAPET COWOK YG GAMPANG BANGET NGASIH KEPASTIAN."

"BENER, GUE BILANG BESOK SIANG BAKAL KASIH JAWABANNYA. KALO LO SAMA SI EHEM GIMANA TU SEMALEM DIBAWA KEMANA AJA?"

Ara cengo, Dodi menganga dengan mulut terbuka lebar, Haikal memijat kaki Bayu yg katanya sangat pusing, sementara Nana sibuk membuat snapgram.

"Woi jingan sesi keamanan tiap kali dibutuhin selalu ngilang." kesal Aldo, pasalnya konsentrasi belajar nya terganggu karna ulah gerombolan Ara.

"Lah, kebanyakan belajar malah bikin lo jadi bego Do. Orang manusia nya ada disana." jawab Reyhan, mengalihkan pandangannya dari ponsel yg tengah ia genggam.

"Hah? siapa?"

"Itu si Nana."

"Goblok banget,  yg jadiin si Nana sesi keamanan siapa hah?! ayo ribut sama gue!"

"Dia sendiri malah open war." gumam Reyhan menggeleng-gelengkan kepalanya.







****

AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang