****
Pukul 12 kurang 15 menit kediaman Ara kedatangan sosok tamu yang tak di undang, bukan cuma jantung Ara saja yg ingin melompat empedu Bunda Ririn bahkan sampai ingin meletus.
Jam-jam dimana mata mulai terlelap, namun ketukan pintu dimalam jum'at kliwon malah membuat gaduh seisi rumah. Ditambah listrik yang tiba-tiba mati, memberikan kesan mistis yang kental.
Digenggam nya buku berisi kumpulan doa di lengan sebelah kanan lalu lengan satunya lagi memegang tasbih. Entah kapan muncul nya kini Ara telah berada di samping Bunda Ririn dengan baskom yang ia gunakan untuk menutup kepalanya dan juga sapu yang ia pegang masih dibungkus rapih oleh plastik.
"Ra awas aja kalo rusak."
"Di situasi gini mah gaboleh perhitungan bun, kita teh harus kerja sama."
"Hiks"
Terdengar dibalik pintu sana ada suara orang menangis, secara berjamaah mereka pun langsung menghentikan langkah kakinya.
"Bunda sih di suruh kawin lagi malah gamau, kalo udah gini kita mau minta tolong sama siapa lagi?" bisik Ara dengan lampu senter menyoroti wajahnya.
"R—ra kalo dibandingin sama suara tadi kayanya lebih sereman wajah maneh."
Tok tok tok
"Ra.."
Detak jantung Ara semakin tidak terkendali, ketika dengan jelas mendengar ada yang memanggil namanya.
"Gih Ra gapapa Bunda ikhlas ko."
"B—bunda Ara gamauuuuuuu huaaaaa!! takuttttt." tangis Ara akhirnya pecah, dibawah celana yang ia gunakan pun sudah basah kuyup.
"R—ra ini Misel.."
Cepat-cepat bunda Ririn membukakan pintu guna memastikan kebenaran yang tengah terjadi saat ini, dan ya sosok itu 100% manusia.
◦•●◉✿oOo✿◉●•◦
"Nih ganti dulu baju lo." ucap Ara seraya menyerahkan baju tidur motif doraemon.
Sejak tadi kepala Misel hanya tertunduk tidak berani menatap wajah lawan bicaranya, entah ada apa Ara pun tidak mengerti kenapa bisa tengah malam begini mantan temannya itu masih berkeliaran.
"Sel?"
Ara memegang pundak sebelah kanan Misel yang mana langsung ditepis oleh gadis itu,
"Lo kenapa?"
"Jangan kasihani gue Ra!"
"Apasih?"
"Lo puas kan udah bikin Geo jauh sama gue?"
Pelupuk mata gadis itu mulai basah kembali, punggung nya pun bergetar hebat dengan gelengan kepala yang cepat.
Tadi setelah Geo menjelaskan alasan kenapa ia ingin mengakhiri hubungan nya gadis itu sama sekali tidak bisa menerimanya, bahkan ia rela merendahkan dirinya sendiri di depan orang banyak dengan memohon-mohon dibawah kaki Geo.
"G—gue gamau hiks.. jangan jahatin gue Ra gue cuma punya Geo."
"Sejak kapan gue jahatin lo? bukannya selama ini lo yang selalu jahatin gue?" tanya Ara dengan memalingkan wajahnya cepat-cepat, kalo aja diruangan ini gak ada seorang pun pasti ia sudah menjerit hebat.
"Gue tau gue salah, tapi gue juga gabisa kalo harus ngerelain Geo buat lo."
"Gak harus kaya gitu, lo bisa ngomong baik-baik ke gue. Iya pasti awalnya gue bakal marah, tapi lambat laun gue juga yakin bisa nerimain itu, dengan lo bertindak jahat kek kemarin emang masih ada lagi yang mau nerima lo? sekarang lo gapunya temen kan? terus si Geo malah mutusin lo? gimana rasanya Sel?" tutur Ara dengan satu tarikan nafas.
"Gue udah gapunya semuanya, bahkan gue juga udah di usir dari rumah. Gue cuma butuh Geo Ra."
Ara ingin berteriak, memaki gadis di depan nya ini yang sudah kelewatan. Jika pun perlu ia ingin membenturkan kepalanya ke tembok supaya lupa dengan cowok brengsek itu.
"Sel lo kenapa jadi gini sih?"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Alea
Teen FictionTidak ingin dihujat tapi kelakuannya bikin orang lain ngucap astaghfirullah terus, sosok manusia yg tengilnya minta diampunin tapi susah, gak diampunin y gimana y terserah aja Panggil saja ara kalo dipanggil alea dia gabakal noleh, emang so anak nya...