28

304 36 4
                                    

****

"Alea jangan rusuh."

Segeplak-geplaknya Ara memukul balutan perban yang melingkar sempurna di kaki Albi. Entah ia sadar atau tidak, kelakukan nya barusan membuat Albi menggaduh kesakitan.

"Diem lo!"

"Yang sakit itu kaki, bukan kepala." Albi berucap pelan, takut-takut Ara akan melahap nya hidup-hidup. Cowok itu paham betul jika kini Ara sedang berada di mode maung, senggol dikit hap.

"Gausah bacot bisa?"

"Masalahnya lo ngompres tapi yang di tutup malah mata gue."

Ara menggangguk pelan dengan wajah kelewat polos lalu tangannya bergerak memperbaiki letak kain yang ia gunakan untuk mengompres Albi.

"Siapa suruh lo liatin gue terus."

Albi terkekeh menyadari ke risihan Ara, namun ia tak urung menghentikan nya. Agaknya lucu melihat ekspresi Ara yang khawatir di sertai omelan-omelan kecilnya.

Lagi-lagi Ara mendecak, jengkel. Bukannya paham, malah semakin menjadi-jadi. Dapat dilihat di bawah ranjang Albi ada sebaskom air yang mati-matian Ara bawa tadi, lalu muncul sebuah ide di balik otak tumpulnya.

"Terakhir mandi kapan Al?"

"Kemarin."

Ara menjetikan jari dengan senyum miring menghiasi wajah tengilnya, ia pun beranjak dari kasur membuat Albi melongo, tidak mengerti apa yang ada dipikiran gadis itu.

Karena sesungguhnya menebak pikiran Ara adalah pekerjaan yang sia-sia.

"Ngapain?"

Otak Albi akhirnya konek, sebelum tangan Ara meraih baskom itu Albi lebih dulu menarik nya sehingga gadis itu pun langsung jatuh ke atas tubuhnya.

Kini jarak wajah Ara dan Albi sangat dekat, bahkan nafas hangat Albi pun terasa di permukaan wajah Ara.

"A—al."

"Hm?"

"K—kalung gue nyangkut di kancing baju lo." susah payah Ara menelan salivanya, berada di jarak sedekat ini takut membuatnya sedikit— khilap. Kalo banyak bukan lagi khilap itu udah keenakan.

Ceklek!

"WOI ANJ JANGAN ZINAH!" teriak Dwi kaget ketika melihat posisi Ara dan Albi yang ambigu.

Ara menepuk jidatnya keras kenapa dari sekian banyaknya teman gadungan yg ia punya, harus Dwi yg menyaksikan adegan tidak senonoh ini.

"L—lo ngapain sih kesini?" tanya Ara ketus.

"Gue ganggu ya Ra? tapi kan maksud gue mah baik berdua-duaan di tempat sepi itu gaboleh yg ketiga nya setan."

"Iya itu lo."

"Lo ya Ra!! gue panggil balad-balad gue baru tau rasa lo!!"

"Gue comot tu bibir dower lo! aturan mah bantuin bukan malah khutbah!"

"Baik, apa ada yg bisa saya banting?"

"MATALO YA DEWI!!"


◦•●◉✿oOo✿◉●•◦


Ara menatap sinis Dwi yang kini tengah cengengesan, terkesan melunjak, namun Ara bisa apa? hidup dan matinya ada ditangan lelaki setengah waras itu.

"Ra woi! hp lo bunyi mulu."

"Apaan anj, jiwa preman tapi nada deringnya cewek banget." timpal Dodi yang langsung di angguki oleh Ardian.

"Bacot ya lo!" jawab Ara sengit "Lo juga!" lanjutnya dengan menunjuk wajah Dwi.

"Lah? ko gue?"

"Sadar diri aja Dew, lo itu emang selalu salah dimata cewek." beritau Haikal seraya melempar kacang polong yang tepat mengenai jidatnya.

"Sejak kapan si Ara jadi cewek?"

"Sejak barusan gue ngegep dia sama si Albi lagi kuda-kudaan dikamar."

Si Ara udah ancang-ancang ngelempar remot ke muka si Dwi, yang lain melongo kaget, tidak percaya. Jelas, Albi yang tampang nya tidak manusiawi bisa-bisanya doyan sama modelan cewek kek si Ara.

"Wtf? lo perkaos si Albi Ra? ASTAGHFIRULLAH." Ucap Ardian dramatis, lebih dramatis lagi si Dodi ngebantu cowok itu ngelus dadanya.

"DEW???"

◦•●◉✿oOo✿◉●•◦

Pintu caffe terbuka, dapat dilihat Misel tersenyum senang mendapati siapa yg membuka pintu itu. Orang yang sudah satu jam yg lalu ia tunggu-tunggu.

Tak ada sedikitpun rasa kesal menghampiri dirinya, cukup dengan melihat kedatangan lelaki itu rasa hampa di dalam hatinya seketika melebur.

"Maaf ya lama." katanya dengan raut wajah bersalah.

"Gapapa Geo." sekali lagi ia mengulas senyum indah nya, kemeja hitam yang di padukan dengan kaos putih didalamnya membuat Geo berkali-kali lipat lebih tampan dimatanya.

Meski diawal cara mereka salah, rasa sayang Misel pada lelaki itu sangat tulus.

"Sel sebelumnya maaf aku udah gabisa mertahanin hubungan ini lagi."


****


aku bakal usahain tamatin cerita ini, tp maaf klo akhirnya makin ga nyambung (个_个)

AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang