****
Hari mulai gelap, kedua insan yg tengah basah kuyup itu baru saja tiba di rumah. Ara bergegas membukakan pintu rumahnya, kemudian mengajak Albi untuk masuk.Sudah pasti Albi menolak karena merasa tidak enak jika masuk ke rumah orang dengan keadaan dirinya seperti ini.
"Eh mau kemana?" tanya bunda Ririn tiba-tiba.
"Saya pamit pulang tan."
"Ko pulang sih, cepetan masuk. Tunggu ujan nya reda dulu baru boleh pulang."
"Bener kata bunda Al, lo mana bisa balik ujan nya juga makin gede."
"Gak usah tan, Alea gue balik ya."
"IH BATU BANGET!" ucap Ara dengan menyeret paksa Albi masuk kerumah nya, dibantu oleh bunda Ririn. Jika sudah seperti ini Albi tidak mempunyai pilihan lain, selain pasrah pada keduanya.
"Lo bersih-bersih dulu sana Al, nanti gue bawain baju bokap siapa tau masih ada." perintah Ara.
"Bunda bikinin kalian minuman anget ya."
Albi mengangguk patuh, kemudian berjalan masuk ke kamar mandi untuk memulai ritual bersih-bersih nya.
"Ehem, biasa aja kali liatnya. Gak pernah liat cogan ya?" celetuk bunda Ririn.
"Dih gajelas."
"Kalo maneh suka gas aja ra jangan kasih kendor."
"Apasi bun ngawur."
"Padahal bunda udah kasih lampu ijo, kalo kamu gamau yaudah buat bunda aja."
"Heh gitu amat ya jadi orang tua, suka gak inget umur." ucap Ara sinis.
"Bunda nyoba aja kali ya jadi sugar mommy."
"Ceilah laga nya udah kaya orang berduit aja."
"Maneh gatau ra? tanah warisan yg itu tea udah bunda jual."
"Loh? ko di jual?"
"Biar bisa pamer ke tetangga, bunda sekarang punya duit gepokan."
"Tau gak si bun?" bisik Ara.
"Aya naon Ara?"
"Kata tetangga sekarang lagi musim duit tiba-tiba ilang, lain ku maling tapi inimah apasi namanya Ara lupa baby ngepet?"
"Hah serius maneh?"
Ara mengangguk "Hayoh siah bunda, sekarang pamer tau-tau besok duitnya ilang semua."
"Ssst, bunda mau pergi ke bank aja sekarang."
"Aduh lama bun, keburu baby nya kesini."
"Ih maneh ulah nyingsienan bunda atuh, maneh mau sekolah gak dikasih uang jajan?"
"Bunda.. makin di azab loh entar sama Allah."
"ARA!!"
"KABUR!!"
◦•●◉✿oOo✿◉●•◦
Acara makan malam telah selesai beberapa menit yg lalu, namun pipi Ara masih saja merona akibat ulah bunda Ririn yg sedari tadi terus menggodanya.
Kalo lagi di kondisi kaya gini, ngutuk bunda sendiri halal kan ya? — tanya nya dalam hati.
"Jadi rencana nya kapan mau jadian nih?"
Uhuk uhuk
Ara yg tengah minum, sontak saja menyemburkan kembali minuman nya itu. Apa bunda nya sudah hilang akal?
"Pelan-pelan." ucap Albi dengan memberikan selembar tisu.
"E—eh iya."
"Lebih soswit lagi kalo Albi yg ngelapnya."
"Bun apasi."
"Pake bibir." lanjutnya.
"BUNDA!!"
Rasanya Ara ingin sekali menghilang dari muka bumi ini, tolong lihat lah secara baik-baik seorang ibu malah menjerumuskan anaknya sendiri masuk ke lubang neraka.
"Tan kalo gitu saya pamit pulang ya." pamit Albi.
"Kenapa gak nginep aja? ini kan udah malem?"
"Ya terus kata siapa ini masih siang?" sinis Ara.
"Albi kan bisa tidur di kamar Ara."
"Eng—"
Ara menggelangkan kepalanya, entah kapan bunda nya itu akan berhenti membuat ulah.
"Biar Ara tidur bareng bunda."
"Bundaku yg cantik, sudah cukup ya."
"Lain kali aja tante." jawab Albi dengan tersenyum.
"Kalo enggak, bawa aja Ara ke rumah kamu. Bunda ikhlas ko."
"LOH APA-APAAN?"
"Alea mau ikut pulang?" tawar Albi.
"HEH LO JUGA APA-APAAN? BISA-BISANYA KETULARAN MAK GUE?!"
Albi beserta bunda Ririn tertawa puas melihat ekspresi dongkol Ara, selama ini ia hanya bisa bermimpi suatu hari nanti akan merasakan hangatnya kebersamaan keluarga.
Namun, dalam sekejap mata mimpi itu terwujud lewat gadis berisik yg sering kali membuatnya jengkel.
"Eh Albi jangan panggil bunda tante atuh, sama camer sendiri ko gitu."
"Ngarep."
"Perasaan barusan ada yg ngomong, tapi ko gak ada rupa nya ya?" tanya Bunda Ririn heran.
"Setan kayaknya ta—bun." jawab Albi.
"LO YA!!!!!!"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Alea
Ficção AdolescenteTidak ingin dihujat tapi kelakuannya bikin orang lain ngucap astaghfirullah terus, sosok manusia yg tengilnya minta diampunin tapi susah, gak diampunin y gimana y terserah aja Panggil saja ara kalo dipanggil alea dia gabakal noleh, emang so anak nya...