Pt.14

388 80 2
                                    

Jeongwoo sudah di depan pintu pemilik perusahaan tapi ia masih ragu untuk mengetuk pintunya, membuat para penonton gemas.

"Udah ketok." Teriak Haruto pelan. Jeongwoo menarik nafasnya untuk menenangkan pikirannya sejenak.

Tok tok tok

Masuk. Terdengar suara bariton dari dalam, jika orang itu berani memukul Jeongwoo nanti, habis giginya akan dirontokkan.

Ceklek

"Permisi." Jujur ia kaget saat suaraa dari autotune itu ternyata suara anime versi indonesia, benar-benar Haruto.

"Iya?, ada apa?, eh sebentar kayaknya kamu bukan karyawan disini ya?" Tanya Pemilik perusahaan yang terbilang masih cukup muda.

"Iya saya bukan karyawan disini, saya kemari untuk memberi tawaran pada bapak."

"Tawaran apa kalo boleh tahu?." Jeongwoo tersenyum manis. "Ini hotel tempat kerja saya lagi mengadakan promo besar-besaran, bahkan cashbacknya bisa sampai 50% loh pak."

Entah Jeongwoo yang salah atau bagaimana, soalnya jika dilihat dari sudut mata, Pemilik Perusahaan itu menatap Jeongwoo terus menerus sembari menebar senyumannya.

"Jadi gimana bapak minat?" Pemilik perusahaan itu kelegepan saat Jeongwoo kembali bertanya.

"E-eumm ok saya minat, didaerah mana kalo boleh tahu."

"Gimana kalo alamatnya saya kasih tau sekalian makan siang?" Pemilik perusahaan itu mengangguk. "Boleh-boleh, kebetulan saya punya tempat makan enak disekitar sini."

"Sebelum itu boleh saya tau nama kamu?" Katanya sambil mengulurkan tangan kananya.

Mampus siapa nama gue. Batinnya. "Eum nama saya Siesta pak." Jawab Jeongwoo menjabat tangan sang pemilik perusahaan. "Nama saya Xander, e-ee btw tangan kamu ko kasar ya?"

Pakek nanya lagi lo. Batinnya lagi. "Oh ini gara-gara pake hand sanitizer dari kantor, malah jadi kering plus kasar gitu." Alasan yang masuk akal.

"Kalo gitu nih saya kasih untuk kamu."

"Makasih pak, mari." Mereka berdua keluar dari ruangan dan memberi isyarat kepada Haruto.

"Woy, woy, woy Gc bangun si Jeongwoo udah kelar noh." Haruto menunjuk kedepan. "Cepet banget dah."

"Udah ayok keburu balik lagi." Saatnya menjalankan aksi.

Yoonbin memimpin jalan untuk masuk kedalam ruangan. Begitupun Haruto yang menjaga dibelakang.

"Kita mau bobol yang mana nih?." Tanya Yoonbin. "Tuh." Jawab Haruto dengan dagu.

Yoonbin tersenyum. "Ini mah gampang, tinggal diperhatiin baik-baik, pencet angkanya, dann kebuka deh." Waw Haruto saja bahkan harus menggunakan kode lain.

"Mata apa-apaan itu." Kagum Yoshi. "Sidik jarinya keliatan jadi gampang."

Setelah semua uang dimasukkan kedalam ransel, mereka juga berkeliling di ruangan itu untuk bermain. Seperti Yoshi yang berpura-pura membuka dokumen lalu melemparnya. "Dih bukannya bantuin malah maenan." 

"Udah kan?"

"Belom masih ada satu brankas lagi." Ucap Haruto. "Brankas yang mana lagi?."

"Tuh yang besi." Yoonbin kembali memerhatikan brankas itu kali ini ia membutuhkan bedak, untung dia membawanya.

Haruto kaget. "Itu bedak buat apaan nanti kita ketauan." Panik Haruto.

"Udah nanti juga lo tau." Yasudah Haruto lebih memilih diam, begitu juga Yoshi yang hanya memerhatikan.

Khas suara dari brankas itu seperti satisfying untuk telinga mereka.

Setelah sepuluh menit akhirnya brankas itu terbuka, dan kalian tahu?, justru uang dibrankas itu lebih banyak dari sebelumnya.

"Wahhh gila banyak banget uangnya." Yoonbin tertegun.

Ting!
Tuna mayo!

Ponsel Haruto berdering. Ternyata itu pesan dari Jihoon yang sedari tadi membuntuti Jeongwoo.

Bihun idup

|Udah belom bobolnya woy?
|Jeongwoo dah mau kelar nih, kalo bisa gercep.

Wah gawat, mereka harus cepat untuk pergi dari sini.

"Woy ayo kita harus cepet pergi dari sini, Jeongwoo udah kelar, udah ayo keluar, ilangin semua jejak."




















Jangan lupa votenya girl <3!

Dark Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang