Pertemuannya dengan lelaki bernama Dinan Bouvier itu membuat hari-hari Jingga menjadi resah dan penuh dengan tanda tanya siapa sesungguhnya dia, karena lelaki itu hampir saja membuatnya berlari dan memeluknya erat dan berkata kalau dirinya sangat merindukan sosok itu. Benar-benar gila... bantah Jingga dalam hati, berusaha keras menepis khayalan tak masuk akalnya.
Meskipun lelaki itu memiliki nama yang berbeda dari Pierre-nya namun sungguh demi apapun, wajah lelaki itu seperti kembar identik dengan Pierre-nya. Rindu yang sebelumnya ia simpan rapat di dalam lubuk hati kini membuncah. Diam-diam, air mata kembali membasahi pipinya, ia kembali memeluk kenangan itu dengan erat. "Pierre..., Pierre..., aku rindu." Bisiknya pada udara.
Jingga berusaha sekuat tenaga tidak ingin jatuh dalam bayang-bayang dan angannya sendiri dengan lelaki yang sangat mirip dengan Pierre-nya. Walau wajah, suara dan tatapan mata cokelatnya itu memiliki rasa yang sama namun tetap saja lelaki itu bukanlah Pierre-nya. Jingga tidak ingin terkecoh.
Sementara itu Rere juga mengalami syok tersendiri menyaksikan lelaki yang telah ia lihat di dalam ponsel Jingga menjelma menjadi sosok nyata ada dan berdiri di hadapannya juga Jingga. Tapi, dia bilang tadi namanya Dinan Bouvier, bukan Pierre... apakah lelaki itu cucu dari Pierre? Atau barangkali keponakan dari Pierre? Oleh karena itu dia mewarisi wajah dari Pierre? Batin Rere sibuk mencari jawaban yang kiranya logis dan masuk akal.
Berbeda lagi yang dirasakan oleh Kai ketika melihat kejadian itu melalui akun resmi Jingga untuk promosi, Kai langsung merasa tidak nyaman dengan sikap yang ditunjukan oleh lelaki itu, salah satu fans dari Jingga. Lelaki itu terlihat sok akrab dan ekspresi Jingga ketika menatapnya terlihat seperti... seperti mengenal dengan baik pria itu. Kai tidak suka, dia merasa sangat terganggu dengan kehadiran fans Jingga yang satu itu.
***
Dinan masih menghabiskan waktu liburannya di Korea. Sudah tiga hari sejak peristiwa COEX dan Dinan masih menunggu waktu yang tepat agar dapat bertemu Jingga tidak dikeramaian atau dalam acara apapun.
Dinan kembali menjadi stalker, mencari kesempatan untuk kemudian menciptakan momen pertemuan dengan Jingga. Berdasarkan pengamatannya, Dinan melihat kalau Jingga menghabiskan sore ini di tembok batu istana Deoksugung atau dikenal juga sebagai Jalan Jeongdong-gil, Deoksugung Doldan-gil yang merupakan tepat popular untuk acara jalan-jalan romantis. Seperti caption pada story medsos Jingga yang menggunakan Bahasa Indonesia "Jalan sore romantis" pada foto daun-daun berwarna kuning tersebut.
Tanpa pikir panjang, Dinan langsung mengajak Ivan pergi menuju tembok batu istana Deoksugung. Dengan berbekal penujuk arah dari internet, Dinan dan Ivan berangkat menaiki kereta bawah tanah Seoul Subway Line 2, lalu turun di Stasiun City Hall, kemudian mereka berjalan kaki kurang lebih satu sampai dua menit dari Exit 2 Stasiun City Hall.
Tak ada habisnya Ivan menggumamkan kekagumannya ketika melihat pemandangan daun-daun berwarna warni dengan warna kuning yang lebih mendominasi, memanjakan matanya. Sementara Dinan mencoba peruntungannya.
Dinan hanya bisa berharap kalau ia masih bisa bertemu dengan Jingga di sini. Dinan bahkan sudah mempersiapkan cara-cara receh untuk membuat pertemuan itu terasa seperti kebetulan. By the way, ia mempelajarinya melalui potongan-potongan drama Korea yang berseliweran di jagad maya. Namun rasanya ia sudah terlambat, melihat kembali pada story Jingga tadi, yang sudah tiga puluh menit lalu, mungkin saja Jingga sudah pulang. Akhirnya Dinan memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri menyusuri jalan yang panjangnya kurang lebih 900 meter tersebut. Menyusuri bekas langkah Jingga, jangan tanya soal Ivan, sejak turun tadi ia sudah izin untuk berpencar dan menghambur entah kemana namun ia berjanji untuk bertemu kembali di Stasiun City Hall tempat mereka keluar tadi, tentu saja Dinan sangat setuju dengan idenya karena sesungguhnya Dinan butuh menyindiri beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time When We Fell In Love
General FictionHello Readers ^_^ Tidak ada yang salah dari jatuh cinta, hanya saja jika cinta itu terjadi pada dua insan yang terpisah masa tentu akan menjadi suatu yang tidak lumrah. Hal inilah yang kemudian menyeret Jingga pada takdir yang tidak pernah ada dalam...