Hati Jingga terasa lebih ringan kini karena kabar dari Pierre tempo hari yang mengatakan kalau dirinya sekarang telah ditempatkan di Jakarta sebagai ajudan Pak Nas. Penempatannya kini membuat Pierre lebih sering berkirim kabar pada Jingga, surat tidak lagi datang tak menentu melainkan teratur, dalam seminggu Jingga akan menerima tiga pucuk surat dari Pierre dan dengan rajin pula Jingga membalasnya.
Tak pernah Jingga bayangkan sebelumnya kalau berkirim surat itu ternyata terasa lebih romantis dan memiliki kesan lebih mendalam dari pada sekedar bertukar pesan pendek dari ponsel.
Karena seringnya surat menyurat, keluarga Pak Nas mulai mencurigai kalau Pierre memiliki kekasih hanya saja mereka masih ragu karena di setiap surat yang sampai di rumah tidak pernah tercantum nama pengirimnya.
"Pierre..." Panggil Bu Nas
"Siap. Ya, Bu."
"Coba bantu dulu bawakan lauk ini ke meja, ya." Pinta Bu Nas pada Pierre dari arah dapur dan dengan sigap Pierre lansung membantu membawa piring lauk untuk makan malam. Selagi Pierre meraih piring lauk tersebut, Bu Nas langsung bertanya perihal surat-surat yang sering datang ke rumahnya untuk Pierre. "Kamu sudah punya kekasih rupanya, Pierre." Bu Nas memberi piring lauk kedua pada Pierre sambil tersenyum bijak.
Pierre terkejut namun dengan cepat menetralkan ekspresi wajahnya, lalu tersenyum menatap Bu Nas sekilas namun tak memberi jawaban apapun.
"Ibu harap dia adalah wanita baik dan tidak menimbulkan masalah padamu kelak, Pierre." Pierre lagi-lagi hanya membalas dengan senyum. Bu Nas jadi putus asa dibuatnya, melihat sikap Pierre seperti ini.
Pernyataan tegas dari Bu Nas membuat Pierre berpikir panjang malam itu karena Pierre mengenal Jingga dengan baik, Pierre tahu kalau Jingga bukanlah tipikal wanita yang akan meyulitkannya seperti yang ditakutkan oleh Bu Nas namun, Pierre-pun tak menampik kalau perbedaan antara dirinya dan Jingga seperti jurang yang dalam menganga diantara mereka yang sewaktu-waktu dapat membuat dirinya kehilangan Jingga begitupun sebaliknya.
Pierre telah bertekad kalau segala perbedaan yang telah menjadi jurang pemisah antara dirinya dan Jingga akan segera dia selesaikan. Jingga tidak perlu kemanapun hanya tetap di tempatnya Pierrelah yang akan datang menghampirinya, Pierrelah yang akan merapatkan jarak itu hanya untuk Jingga. Menimbang perkataan Bu Nas saat makan malam mereka tadi, Pierre jadi semakin ingin menampilkan Jingga ke permukaan, Pierre mengenal baik keluarga ini juga memercayai keluarga ini. Pierre ingin mengenalkan Jingga pada keluarga Pak Nas, ingin mengenalkan wanita yang ia cintai sepenuh hatinya. Kalau keluarga ini mengenal Jingga seperti dirinya, Pierre yakin kalau keluarga ini juga akan jatuh cinta pada sosok Jingga seperti dirinya.
***
Beberapa bulan berlalu sudah, Pierre begitu sibuk mengawal Pak Nas namun, semuanya dijalani dengan penuh dedikasi yang tinggi sehingga tidak pernah ada kata mengeluh dalam kamus Pierre saat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya tersebut. Pak Nas pun nampak sangat puas dengan kinerja ajudan termudanya itu, beliau menyayangi Pierre bukan hanya sebagai ajudan melainkan sudah seperti adik kandung.
"Pierre, kamu mau ambil cuti?" tanya Pak Nas siang itu ketika selesai dari tugas. Pierre terkejut dengan tawaran tersebut dan nampak dirinya menimbang namun akhirnya memutuskan untuk tidak mengambil cuti dahulu karena merasa tak enak dengan rekannya yang pangkatnya lebih tinggi. Pak Nas membaca kekhawatiran dalam raut wajah Pierre buru-buru menenangkannya. "Tidak usah khawatir Pierre, rekanmu itu sudah mendapatkan cutinya juga, jadi saya rasa kamu tidak perlu merasa tidak enak..." Pierre hanya mengangguk mengiyakan lalu mengucapkan terimakasih.
Pierre berencana untuk mengunjungi Jingga sekaligus menyampaikan maksud hatinya untuk mengenalkan Jingga pada keluarga atasannya namun, kalau mereka hanya pergi berdua saja Pierre merasa kurang pantas, dia hanya perlu menunggu kesempatan yang lebih baik itu datang, hanya saja Pierre akan memberitahukan pada Jingga sedari sekarang agar dirinya bersiap.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time When We Fell In Love
General FictionHello Readers ^_^ Tidak ada yang salah dari jatuh cinta, hanya saja jika cinta itu terjadi pada dua insan yang terpisah masa tentu akan menjadi suatu yang tidak lumrah. Hal inilah yang kemudian menyeret Jingga pada takdir yang tidak pernah ada dalam...