DAY WITH YOU

506 80 9
                                    

Pukul tujuh pagi waktu Korea Selatan, Jingga sudah berada tepat di depan penginapan Dinan, masih di dalam mobil Jingga mengeluarkan ponsel pintarnya untuk menelepon Dinan. Telepon tersambung namun, Dinan belum juga menjawab akhirnya Jingga memutuskan untuk ganti menelepon Ivan.

"Halo..."

"Haii Jingga..."

"Hai Ivan. Aku sudah di depan penginapan kalian."

"Hah?! Aduhh bagaimana ini kami belum mandi, Dinan juga masih tidur. Selama tiga hari ini kamu selalu membawa kami jalan-jalan sampai larut malam terutama semalam. Apa kamu tidak tidur??"

Jingga menahan tawa gelinya mendengar cerocosan Ivan, ia tahu betul jam berapa mereka semalam Jingga antar pulang, hampir jam tiga pagi dan sekarang pukul tujuh Jingga sudah dengan wajah super segar menjemput mereka lagi.

"Aku beri waktu satu jam dari sekarang agar kalian bersiap-siap. Tidak perlu sarapan."

"Siap! Ah, maksudku baiklah..."

Jingga menyudahi pembicaraannya dengan Ivan dan menunggu dengan hati yang ceria, mendengarkan radio, meminum air mineralnya dan bersenandung kecil. Jingga juga tidak lupa mengabarkan kepada Rere tentang jadwalnya hari ini agar ia tidak khawatir.

***

"Nan!!! Nan!!! Bangun!!" teriak Ivan namun sepertinya Dinan pingsan, Ivan tidak kehilangan akal, "Nan!!! Jendral inspeksi! Siap, Jendral. Ivan melapor!!"

Mendengar kata 'Jendral, sontak membuat Dinan melompat dari tempat tidurnya, berdiri tegap dan memberi hormat dengan mata yang masih berat karena mengantuk, tak pelak lagi tawa Ivan pecah menggema di seluruh kamar dan menyadarkan Dinan kalau dirinya tengah dikerjai Ivan.

"Sial!!" umpat Dinan namun tetap tidak bisa menghentikan tawa sahabatnya yang menjengkelkan itu. Dinan segera mengambil bantal dan memukulkan ke arah wajah Ivan agar tawa menyebalkan itu berhenti selamanya.

"Aduuh!! Kok lo mukul???"

"Berhenti ngerjain gue atau gue tinju."

"Yaelaahh broo, gue tahu lo ngantuk. Gue juga sama. Tapi, Jingga sudah nunggu tuh di depan penginapan kita. Kita dikasih waktu satu jam buat siap-siap."

"Lo pikir gue percaya? Tadi Jendral sekarang Jingga. Gue nggak bisa ketipu dua kali." Ucap Dinan sinis.

Ivan hanya geleng-geleng kepala melihat Dinan dalam mode sensi, tanpa banyak bicara Ivan menelpon Jingga dengan loudspeaker aktif agar Dinan dapat mendengarnya.

"Halo?" terdengar jernih suara Jingga di seberang telepon membuat Dinan seketika merasa kalau kantuknya hilang.

"Jingga... kamu masih menunggu?"

"Jadi dari tadi kalian belum bersiap?" tanya Jingga mendadak dingin membuat kedua pria ini beku.

"Hmm... Nggak kok kami hampir siap..., sabar ya, Jingga."

"Jangan bilang kalau Dinan belum bangun atau barangkali menolak untuk bangun?"

"Tidaakk! Aku sudah bangun sejak tadi, kami sedang bersiap." Sambar Dinan panik.

"Oke, dua puluh menit lagi segera turun. Aku menunggu."

"Siap!!" jawab keduanya serentak dan dengan cepat mereka berisp-siap. Nada bicara Jingga yang dingin itu lebih mengerikan dari apapun.

The Time When We Fell In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang