15.

25.7K 2.2K 110
                                    

Siang hari ini sangat panas, Rangga berjalan gontai memasuki rumahnya. Setelah pulang dari sekolah ia langsung ngacir ke dapur untuk mengambil minuman dingin. Uh, bicara soal sekolah dua hari yang lalu ia memaksa Papa nya untuk mendaftarkan dirinya ke sekolah sepeti biasanya.

Lumayan hari pertama sekolah ia terlambat dirinya juga mendapatkan teman tadi, kebiasaan buruk tidak hilang dari Rangga. Hari ini pemuda itu pergi ke sekolah dengan Papa Jeyrald, pasal naik motor ia dilarang.

Rasanya Rangga ingin menimpuk otak pintar Papanya, saat Rangga meminta izin naik motor si bapak malah ngedo'ain jatuh dari motor.

Rangga bersendawa setelah menghabiskan dua botol kecil air mineral di dalam kulkas. Sungguh, sangat menyegarkan badannya.

"Tuan muda, sebaiknya anda ganti dan makan siang" Seorang kepala pelayan menghampiri dirinya.

Samuel entah kemana dirinya tidak tahu, Rangga berjalan gontai menuju kamarnya. Ia melihat mamanya di taman belakang sedang membaca majalah fashion dengan secangkir teh di meja.

Rangga menghampiri mamanya tidak jadi ke kamar, ia melempar tas nya sampai terpental jauh mengenai ujung sepatu Samuel. Pengawal Jeyrald nampak menggelengkan kepalanya.

"Mama~ "

Rangga berlari ke arah Bunga, meletakkan kepalanya di pundak sang Mama dari belakang. Bunga tersenyum, dan mengusap rambut lebat putranya.

"Sudah pulang anak mama, gimana sekolahnya ?"

"Belum pulang, ini masih raganya doang nyawanya ketinggalan di sekolah" Dengus Rangga sebal, Bunga terkekeh dengan penuturan Rangga.

"Mama nanti malem Rangga pergi sama temen Rangga, Rangga tadi punya temen baru. Sebagai bentuk pertemanan Rangga diajak keluar sama temen temen Rangga"

"Boleh, asal pulangnya jangan larut larut Rangga" Bunga memberi izin yang membuat Rangga senang bukan main.

Setelah penantiannya, baru pertama kali ia akan bebas dari rumah Papanya. Beberapa kali ia meminta izin kepada Papa pasti akan ada saja alasan yang membuat dirinya harus menuruti kemauan Jeyrald.

"Baiklah, Rangga ganti baju dulu ma"

Bunga mengangguk dan menatap punggung putranya yang kian menjauh, perasaan bersalah lagi lagi hinggap dihatinya.

Ia masih belum berani mengatakan kebenaran di depan putranya sendiri, Bunga takut jika nanti hanya membuat Rangga jauh dari dirinya.

Ia tahu, suatu saat nanti Rangga pasti akan mengetahui kebenarannya. Tapi Bunga tidak siap untuk itu, Bunga tidak siap jika Rangga tidak menerima takdirnya.

Punggung tegap putranya itu hilang bersamaan dengan ia menghela nafas gusar. Belakangan ini putranya sudah mau dekat dengan dirinya, Rangga sudah mau kembali menunjukkan sisi manjanya jika dengan dirinya.

Jika suatu saat nanti Rangga tahu, Bunga yakin Rangga akan marah dengan dirinya. Dan Bunga tidak siap dengan itu semua.

"Tuhan bantulah aku"

***

Rangga memasuki kamarnya dengan bersenandung kecil, kaki yang terbalut sepatu sneakers berwarna hitam kesukaan nya berjalan mendekati ranjang.

Pemuda itu melepaskan sepatunya dengan asal, Rangga meraih ponselnya disaku celananya. Beberapa notif masuk di ponsel genggamnya, Aska teman barunya itu mengirimi beberapa pesan.

Salah satunya tempat nanti malam.

"Ah iya, nanti kalau si tua ga ngizinin gimana"

Assenlio RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang