22. Keras kepala

20.4K 2K 174
                                    

"Rangga ingin tidur sendiri !" Bentak remaja yang kini duduk ditepi ranjang.

Selepas makan malam, ketika dirinya ingin pergi menuju kamarnya ia malah diboyong untuk memasuki kamar kakak tertuanya. Apalagi usahanya selain melawan. Tidak ada yang menolong, semuanya hanya diam melihat dirinya.

Entah ini keuntungan atau kesialan tidur dengan kakak pertamanya, yang pasti hal ini tidak ia inginkan sama sekali. Satu ruangan dengan setan ? Menakutkan.

Duduk disofa menghadap dirinya, perawakan tenang dengan mata tajam yang terus menghunus remaja itu mampu membuat ia mati ketakutan. Apakah ia salah berkata.

"Berani bentak ?"

"Abang yang mulai, o..orang Rangga ingin tidur sendiri" Ujarnya gagap

"Tidak ada tidur sendiri, sekarang naik atau Abang panggil Papa" Ancam Kevin

Remaja itu memilih menurut, dari pada memperumit masalah mending ia turuti kemauan setan jahanam di depannya. Rangga berbaring membelakangi Kevin yang tengah menatap tajam dirinya.

Selain takut, ia juga tidak bisa tidur jika harus diawasi. Sudah lebih dari setengah jam tapi ia tidak bisa untuk tidur, bermain ponsel tentu tidak bisa. Setelah tadi acara boyong memboyong ponselnya disita oleh Papanya.

Huh jika begini, lebih baik ia lebih berhati hati. Remaja itu dari tadi hanya menghela nafas panjang berulang kali, berharap dapat menghilangkan kebosanan karena tidak dapat tidur.

Biasanya saat tidur sendiri, ia dapat melakukan apapun. Tidak seperti sekarang, yang apa apa selalu terbatas. Pergerakannya, aktifitasnya, apapun akan selalu dipantau. Ntah kapan kedua orang tuanya akan sadar, jika ia juga butuh kebebasan.

Jika boleh jujur, ia memang tidak meneriman kehadiran Jeyrald masuk ke dalam hidupnya. Malah ia sendiri ingin, jika Bunga kembali dengan ayah kandungnya. Frans.

Kehidupan yang ia sukai direnggut dengan kehadiran Jeyrald dengan anak anaknya. Ntahlah, saat mereka masuk semuanya berantakan. Ternasuk dengan mentalnya.

"Tidur.."

Rangga menoleh, menatap sang Abang yang tengah menatapnya juga. Pria dewasa yang mempunyai kharisma luar biasa itu berjalan mendekati ranjang, dimana letak sang adik tengah tiduran

Pemuda itu mengusap rambut lebat milik Rangga, sebelum memilih mencium keningnya. Rangga terdiam untuk beberapa saat, tidak dapat berkata kata. Karena ini merupakan kali pertama dicium oleh abangnya.

Mengusap pelan kening Rangga yang tengah mengernyit, Kevin menggeram pelan saat adiknya tengah berpikir keras. Ia benci itu, saat adiknya memikirkan hal yang tidak harus dipikirkan.

"Tidur, jangan berpikir yang tidak tidak"

Rangga mengangguk, ntahlah dirinya terlampau lelah untuk melawan. Selain tidak ingin memperumit masalah, Rangga juga ingin mengbindari Jeyrlad untuk beberapa hari karena ini.

Kevin mendekap tubuh ringkih Rangga yang berbalut selimut, adiknya dari tadi diam tidak mengeluarkan suara apapun kecuali bentakan tadi. Mungkin karena marah, tapi bukankah lebih baik seperti ini ?

"A-abang.."

Rangga membalikkan badannya, mata berkaca kaca itu membuat Kevin menatapnya dalam. Didalam hatinya tengah bertanya tanya, apakah setiap malam adiknya selalu menangis. Tatapan yang diberikan Rangga membuat Kevin mengeratkan pelukannya.

"Rangga mau, Rangga mau bebas" Ujar anak itu memelas.

Kasihan sebenarnya, namun ini demi kebaikan Rangga juga. Ia tidak mau hal membuat keluarganya hancur kembali lagi, satu satunya cara hanya membuat Rangga tinggal dirumah.

"Udah malem, tidur"

Lagi, keinginannya ditolak. Capek, meminta hal yang tidak akan dikabulkan sangat capek. Rangga memilih tidur membelakangi Kevin, tapi sebelum itu terjadi Kevin malah mendekap erat Rangga.

"Lepas" Ujar anak itu serak

"Hiks..hiks, Ab-abang lepas" Anak itu terus berontak dan menangis didalam dekapan Kevin berakhir tidur dipelukan Kevin.

"Nite baby"
**

Tepat pagi hari, semua anggota keluarga panik karena mendapati bungsu mereka tengah sakit. Demam tinggi selepas menangis wajar untuk Rangga, dan ya ia mengalami lagi. Tidak ingin makan, membuat mereka semua bingung.

Jika memaksa Rangga akan membanting kembali mangkuk makanan, jima dibiarkan begitu saja sampai besok tidak akan ada makanan masuk.

Ya, jika ia memaksa kembali mangkuk ketiga pasti akan dipecahkan. Anak itu meringkuk, dengan tangan yang meremat erat selimutnya karena kehadiran Alvan dengan jas kebanggaannya.

Semalam Kevin keluar, tidak dapat menemani Rangga tidur yang harus diganti dengan Gavan disisi Rangga. Saat Gavan bangun, mendapati Rangga yang tengah menggigil kedinginan.

"Makan dulu sayang, mama loh ini yang buatin" Ujar Bunga dengan mengusap rambut lebat putranya.

"Pergi, Rangga mau tidur"

"Makan, tidak ingin melihat Papa marah kan ?"
Rangga terdiam, menatap tajam mata Papa nya yang kini tengah menanap dirinya.

"Papa tiap hari juga marah"

"Dek makan ya, nanti mau tambah sakit hm ?"

"Nanti makan, sekarang Rangga mau tidur"

"Makan, Papa bakal turuti kemauan Rangga"
Ujar Jeyrald datar, ia akan menuruti selama itu baik untuk putranya.

"Janji ?"

"Ya"

"Pisah dari mama, Rangga ingin mama sama ayah balik lagi.

**

Fiks si ngga nyambung bgt, oh iya banyak typo karena baru nulis langsung up

Diundur lagi jadi 900 ah, biar lama ahaha, jangan lupa tinggalin jejak ya..

Maap pisan karena ceritanya jadi ga jelas

Selamat malam
-

Assenlio RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang