25.

18.8K 1.4K 264
                                    

Berkali kali anak itu menunjukkan senyumannya di pagi hari, persetujuan sang Papah membuat hati remaja itu bungah. Yah, ia di izinkan untuk bersekolah walau bakal ada satu penjaga yang menjaga dirinya. Ia akan bersekolah mulai minggu depan, bukankah itu kabar gembira temen temen?

Rangga mau sekolah!!

Mau sekolah!!

Pagi ini remaja yang sudah menginjak umur 17 tahun itu keluar dari kamarnya, mungkin akan membuatkan makanan untuk Jeyrald sebagai tanda terimakasih. Eits, jangan salah gini gini Rangga pinter masak walau cuma rebus air.

Gampanglah nanti minta bantuan maid.

Hari ini Rangga sengaja bangun pagi pagi buta, remaja itu berlari kecil menuju dapur disana ada dua orang maid yang tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga Jeyrald pagi ini.

Keduanya kaget mendapati tuan muda mereka berjalan ke arah dapur, biasanya Rangga kemari hanya buat ulah saja. Rangga berjalan menghampiri keduanya yang masih mematung ditempat.

"Bi, bantuin gua masak nasi goreng buat babeh"
Ujar Rangga dengan mencomot sosis didepannya.

"Biar saya saja tuan muda" Tolak maid itu secara halus.

"Nggak usah, ini sebagai tanda terima kasih buat babe karna udah ijinin sekolah lagi bi"

"Tapi tuan-"

"Udah, bantuin aja. Mau gua bilangin kerja kalian nggak becus" Sewot remaja kecil itu.

Keduanya hanya bisa menurut, walau begitu jangan diragukan untuk kemampuan memasak Rangga bukan juaranya. Remaja kecil yang ingin membuat sarapan malah berniat menghancurkan dapur, semuanya berantakan.

Kedua maid hanya menghela nafas pelan, tuan muda mereka sangat sulit diatur. Satu gelas minyak telah masuk kedalam wajan, sayuran yang dimasukkan utuh tanpa dicuci dengan bawang merah dan bawang putih yang masih utuh juga masuk kedalam wajan.

Rangga tersenyum bangga, seratus persen yakin jika Papa barunya akan menyukai masakannya, ini sangat lezat tanpa harus ditambah garam lagi. Ia menatap nasi goreng yang sudah tersaji dipiring dengan rasa bahagia, remaja itu menghidangkan masakannya dimeja makan bersanding dengan makanan yang dibuat maid tadi sebelum dirinya datang kedapur.

"Rangga, kenapa disini nak?" Tanya Bunga yang baru saja turun dari arah tangga

"Buatin babe sarapan ma" Rangga menunjukkan eye smile nya, menambah kadar tampan pada wajahnya.

Bunga melirik masakan yang dibuat putra bungsunya, sedikit tak yakin dengan rasanya. Tersenyum kecil dan memeluk Rangga, tidak membayangkan bagaimana reaksi suaminya nanti saat makan.

"Rangga yakin dengan rasanya, Rangga sudah icip masakannya?

"Belum sih, tapi Rangga yakin sama rasanya kok" Rangga tersenyum pogah, menyisir rambutnya kebelakang

"Sayang, Papa tidak bisa makan itu nak" Ujaran lembut Bunga membuat senyum anak itu hilang. Dilihat lihat makanannya memang tidak meyakinkan sih menurutnya, tapi soal rasa kan belum dicoba.

Pepatah mengatakan jangan menilai buku dari sampulnya.

"Tidak tidak, Papa pasti suka" Ujarnya yakin

Bunga menghela nafas, Rangga sangat keras kepala. Daun bawang yang tercampur dengan sedikit tanah dengan kuah minyak yang menyelimuti nasi. Ayolah, siapapun tidak akan mau memakannya.

"Rangga cobain deh rasanya"

Rangga mengambil sendok, mengambil sedikit nasi dan memakannya. Benar, rasanya bukan seperti nasi goreng. Ini sangat tidak enak. Mimik remaja itu berubah sedih, bibir anak itu melengkung ke bawah.

Assenlio RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang