Tolong..
Siapa saja tolong Rangga, tolong dirinya untuk keluar dari kehidupan gila Bunga dan juga keluarga barunya. Sungguh, ini sangat menyakitkan untuk pemuda yang menginjak usia tujuh belas tahun itu, hidup terkekang dengan segala peraturan yang dibuat Jeyrald dan anaknya membuat Rangga tidak betah untuk tinggal di rumah ini, jangan lupakan Bunga yang sedikit mulai berubah.
Kejadian kemarin membuat dirinya terkurung di dalam kamar, setelah Gavan sialan itu berhasil merebut cutter yang ada di tangannya semua langsung mendekat dan memeluknya erat yang langsung Rangga dorong, entahlah dekat dengan mereka hanya akan memancing kemarahan pada diri Rangga.
Siang Rangga kembali membuat ulah, setelah tadi dirinya mencoba menggedor pintu tidak berhasil, membuat dirinya terpaksa harus keluar melalui balkon kamar.
Hahaha, miris sekali kehidupan nya. Rangga, ingin pergi tidak tahu akan kemana. Dirinya ingin pergi untuk sementara waktu jauh dari mama dan keluarga baru mama nya.
Ayah ?
Apakah dirinya akan pulang ke rumah ayahnya ? Ah, rasanya sangat tidak enak bukan. Menumpang di keluarga ayahnya.. ah, seandainya dirinya punya teman.
Rangga duduk di kursi taman, helaian rambutnya berterbangan terkena angin. Matanya menyipit kala dirinya mengenali seseorang.
"TARA!" Teriak Rangga
Sedangkan gadis yang dipanggil hanya menatap dari kejauhan enggan untuk mendekat, Rangga mendengus ketika panggilannya diabaikan.
Apakah teman kecilnya itu tidak mengenali dirinya?
Rangga memilih mendekat, Tara dengan seseorang lelaki disampingnya. Ntahlah mungkin abang atau kakak sepupunya, Rangga tidak tahu. Memang Rangga tidak begitu dekat dengan keluarga Tara.
"Tara, lama nggak ketemu"
"Ehm siapa ya ?"
Rangga cengo, benarkah teman kecilnya tidak mengenali dirinya ayolah..
"Rangga, gue Rangga."
Gadis yang dipanggil Rangga dengan sebutan Tara itu seperti mengingat sesuatu sedetik berikutnya menjentikkan jari.
"Ay iya, lo gangga itu kan!"
"Rangga!" Koreksi Rangga.
Gadis itu tampak tersenyum, mudah sekali menjahili teman kecilnya ini. Tara, teman kecil Rangga. Ingat bukan?
Tara tampak meneliti tubuh Rangga dari atas hingga bawah. Tidak banyak berubah hanya saja pancaran mata Rangga tidak seceria dulu, ada apa dengan teman kecilnya ini.
Apakah ada masalah ?
Ekhem
Kedua remaja itu mengalihkan pandangan nya kepada seseorang yang berdiri disamping kiri Tara, Tara nampak terkikik sebelum mengenalkannya pada Rangga.
"Aish, lupa. Gangga kenalin ini Aldo"
"Rangga" Rangga menjulurkan tangan yang dibalas dengan Aldo, dan juga senyuman nya.
"Aldo tunangan nya Tara" Balas Aldo tersenyum.
Rangga melepas jabatan tangan nya, mengalihkan pandangan nya kepada Tara. Temannya sudah bertunangan? Memang selisih umur mereka terpaut empat tahun.
Mengerti dengan kebingungan Rangga Tara menjelaskan bagaimana dulu saat dekat hingga sekarang yang sudah bertunangan dan tahun depan akan menikah.
"A-ah selamat ya Tar" Ujar Rangga tersenyum.
"Iya, makasih. Oh iya kita mau makan siang lo mau ikut nggak? Sekalian ngobrol boleh kan kak Aldo?" Ujar Tara dengan menatap Aldo.
"Hm, boleh dong. Kalian pasti juga lama nggak ketemu kan" Ujarnya dengan mengusap rambut Tara.
"Gimana ayok lah ikut, lama banget loh kita nggak ketemu"
"Uh?, la-lain kali aja ya. Gue tadi ada urusan" Ujar Rangga berbalik tanpa menunggu jawaban dari Tara.
***
Rangga berjalan menyusuri gelapnya malam, kaki yang terbalut sepatu itu terus berjalan mengabaikan rasa capek yang mulai terserang di kedua kakinya.
Tidak perduli dengan kilatan kilatan yang menandakan akan turun hujan, Rangga terus berjalan. Sudah semenjak keluar dari rumah dirinya tidak makan, tuhan membantu dirinya. Rangga menemukan dua lembar uang kertas merah di saku hoodie nya.
Warung makan menjadi tujuan Rangga, pemuda itu tersenyum ketika dirinya menemukan warung kopi yang tidak jauh dari jangkauan nya.
"Bu nasi satu, lauk mie ama kopi nya satu."
Rangga menunggu pesanan nya datang, sedangkan dirinya memikirkan kemana lagi setelah ini.Tuhan, tolonglah Rangga.
Rangga tertawa miris, jalan hidupnya sangat rumit. Pertama dengan keputusan mama Bunga yang menikah tanpa memberi tahu dirinya, dan sekarang wanita yang ia anggap sebagai kakak nya memiliki seorang laki laki yang akan mendampingi hidupnya.
Rangga takut, jika Tara menikah dirinya tidak akan mempunyai tempat untuk mencurahkan isi hatinya, jika Tara menikah ia tak akan memiliki lagi sebuah sahabat.
Jika saja mamanya sudah mempunyai keluarga baru, tolong tidak dengan sahabatnya--Tara. Rangga tidak mau kehilangan sosok yang membuat dirinya kuat saat perceraian kedua orang tuanya dulu.
Rangga terlonjak kaget saat dirinya ditarik kencang membuat putung rokok yang baru ia nyalakan terjatuh. Rangga menatap tajam tangan yang bertengger di lengan kirinya yang sialnya tangan milik Gavan.
Kebetulan Gavan baru pulang kuliah dan setiap hari dirinya memang melewati tempat ini. Saat mendapat telfon bahwa adiknya kabur dari rumah terdapat khawatir di dalam dirinya. Gavan tadi tidak akan pulang jika dirinya belum juga menemukan adiknya, untung saja tuhan menolongnya.
"Pulang" Seru Gavan datar.
Rangga menepis tangan putra baru mamanya, dirinya kembali duduk. Memakan makanan yang tadi dirinya pesan, sedangkan Gavan?
Pemuda itu menatap tajam makanan Rangga yang menurutnya sangat tidak sehat. Dengan cekatan tangan kekarnya meraih dompet yang berada di dalam saku celana bahan nya dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah kepada ibu penjual nasi.
Rangga tersedak ketika dirinya di tarik lebih kencang dan dipaksa masuk ke dalam mobil, bahkan dirinya tadi belum sempat meminum kopinya.
"Bukain gue mau pulang" Gavan menoleh melempar air mineral kehadapan Rangga, dirinya mengangkat sebelah alisnya mendengar penuturan melantur adiknya.
Pulang katanya? Pulang kemana, sedangkan Rangga sendiri kabur dari rumah.
"Gue mau balik ke rumah gue yang dulu, bukain pintunya sebelum gue tonjok wajah lo bangsat." Desis Rangga kesal.
Gavan tidak mendengarkan, setidaknya Rangga sudah bersama dirinya. Mobil yang tengah ia kendarai berjalan dengan cepat bahkan sesekali Gavan menyelip pengendara lain nya.
Gagal, lagi.
Rangga gagal untuk kesekian kalinya yang berusaha untuk kabur. Rangga gagal, setiap dirinya akan kabur pasti dengan mudah ia ditemukan. Memang ini takdirnya, tapi dirinya tidak bisa menerima.
Rangga benci dengan dunia, Rangga benci dengan takdir. Rangga benci semuanya, ingatkan Rangga akan melakukan kebiasaannya yang membawa dirinya dalam kenikmatan dan melupakan masalah dunianya.
***
Huhu maaf atas ke ngaretannya. Lagi asik baca wattpad, ingatkan aku atas update Rangga lain kali. Huwe maaf yak?
Vote jan lupa, koment juga. Awas aja nggak hehe..
KAMU SEDANG MEMBACA
Assenlio Rangga
Teen FictionSangat menyenangkan mempunyai kehidupan yang sangat bebas. Rangga kehidupannya bebas, sangat bebas. Mempunyai mama yang sangat memanjakannya, dirinya anak broken home. Orang tuanya bercerai. Rasa bebas itu hanya sementara, setelah mama nya memutusk...