20.

22.9K 2.3K 141
                                    

asli baru sadar yang baca cerita aku uda banyak, seneng banget si.
Uda seneng eh langsung dijatuhin ama vote dong. ngga percaya ? cek sendiri deh perbedaan read ama vote, itu yang baca hargai juga ya usaha aku hehe.

*

***


"Rangga ingin sendiri"

Helaan nafas kembali terdengar, sudah lebih dari setengah jam kedua orang tua itu mencoba berbicara dengan putra bungsunya. Setengah jam itu juga mereka terus mendapat penolakan, jika terus dibiarkan begini mungkin kesalahpahaman tidak akan selesai.

"Nak dengarkan mama, mama minta maaf" Lirih Bunga menatap sendu kearah Rangga.

"GUA BILANG, GUA INGIN SENDIRI" Reflek, dirinya berteriak. Seketika tatapan tajam dari Jeyrald ia dapatkan, menyuruh Bunga untuk keluar kini tinggal dua orang didalam satu ruangan.

Seakan dapat membunuh, tatapan yang diberikan Jeyrald untuk Rangga membuat remaja itu bergidik takut. Setiap langkah yang diambil Jeyrald bak kematian yang akan menghampiri Rangga.

"Tau apa kesalahanmu" Tidak ingin merasa takut, Rangga balik menatap tepat di manik Jeyrald.

"Gua nggak punya salah, terutama sama lo. Kedatangan keluarga lo kesini, bikin semuanya berantakan" Hanya berucap dalam hati, bagaimanapun kalau disuarakan masalah akan menjadi rumit hukuman juga ia dapatkan.

"Rangga tidak punya salah" Rangga mengumpati suaranya yang bergetar, jika begini kentara kalau dirinya takut kepada Jeyrald walau faktanya memang begitu.

"Oh ,benarkah. Perlu Papa kasih tau apa kesalahan putra kesayangan papa ini"

"Tidak, karena Rangga tidak bersalah"

"Berteriak dihadapan mama, dengar dengar seseorang ingin bertemu dengan ayah kandungnya." Berujar dengan senyum manis, yang Rangga anggap senyuman kematian entahlah. Jika Jeyrald tersenyum menurutnya sangat menakutkan.

"S-siapa bilang ingin kabur"

"Papa tidak bilang jika kau akan kabur"

Ah, anjing

Sial.

Brengsek.

"Jangan mengumpat, lebih baik minta maaf sama mama" Usapan lembut dirasakan Rangga, remaja itu malah melongos menatap pemandangan luar yang menarik perhatiannya.

Tiba tiba perasaan ingin keluar hinggap dihatinya, Rangga menggeram kesal lantaran baru berniat turun dari ranjang tangannya lebih dulu dicekal oleh Jeyrald.

Berapa kali cowok itu mencoba menepis tangan kekar milik Papanya yang berujung sia sia. Tentu saja, tangan miliknya kecil sedangkan milik Papanya besar.

"Lepasin tangan Rangga" Kedua tangan cowok itu masih berusaha lepas dari cengkraman tangan Papanya.

"Tidak, sebelum Rangga minta maaf sama mama" Ujar Jeyrlad menatap serius kearah putranya.

"Tidak mau" Jawab Rangga acuh

"Yaudah, tangan kamu bakal papa pegang sampai besok" Balas Jeyrald

"Heh om!"

Pria itu menaikkan sebelah alisnya, panggilan dari putranya membuat dirinya ambigu. Atau mungkin ada seseorang masuk dikamar putranya.

Tidak ada, kosong.

Lantas siapa om yang dimaksud oleh Rangga.

"Om, siapa ?"

"Bapaklah"

Assenlio RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang