Segala umpatan terus terlontar dari bibir Rangga ketika dirinya malah terjebak dengan Kakak tertuanya. Niat ingin bersenang senang dengan Aska malah dirinya menderita.
Setelah perdebatan yang dimenangkan oleh ayahnya, kini Abangnya malah mengantarkan dirinya dengan Aksa sekaligus ke tempat yang ingin dirinya kunjungi.
Bukan, Rangga tidak ingin mengunjungi tempat ramai dengan setiap orang pedagang kelas atas. Rangga ingin pergi ke tempat seharusnya dirinya berada.
Tempat yang sering ia kunjungi, mengingat hampir setiap hari dirinya tidak menginjakkan kakinya di sana. Keramaian tapi menenangkan, uh membayangkan saja membuat dirinya ingin pergi ke sana.
Bersenang senang dengan tarian merupakan hobinya, saat semua orang melupakan masalahnya hanya dengan musik dan minuman.
Club
Masalah akan selesai jika seseorang menganggap club tempat penyelesaian. Salah satunya Rangga, remaja jika ada masalah pasti akan mendatangi tempat itu.
Mau senang atau sedih, jika sudah menyangkut dengan minuman pasti Rangga akan ke sana. Rangga melihat Aska yang terlihat anteng duduk di depan, remaja itu malah asik dengan pemandangan di luar jendela.
Kevin menoleh ketika decakan kesal ke luar dari mulut adiknya, mulai dari berangkat sampai di perjalanan adiknya terus saja menggerutu.
"Kenapa"
Rangga menoleh, menatap Abangnya dengan tatapan garangnya.
"Lo masih tanya kenapa hah !" Ujar Rangga memburu, bukan menyahuti ucapan Rangga Kevin malah menatap datar Rangga.
Anak itu kalau tidak diingatkan pasti mulutnya asal nyeblak tidak karuan. Tidak bisa berbicara dengan bahasa yang lebih halus sedikit, Rangga tidak takut malahan juga ikut menatap tajam Abangnya.
"Pulang kerja tuh istirahat, bukan ikut gue main" Ujar Rangga
"Bangun tidur makan, bukan kelayapan" Balas Kevin, Aska mah hanya duduk di samping Samuel yang tengah menyetir tanpa memperdulikan adik kakak dibelakang.
"Udah tau, main masih sama anak anak" Gerutu Rangga hanya dianggap angin lalu oleh Kevin.
Putra sulung Jeyrald hanya mengantarkan adiknya pergi bermain, bukan ikut bermain. Kurang kerjaan jika sampai dirinya ikut bermain dengan kedua bocah labil.
Adiknya itu malah marah marah tidak jelas dengan dirinya, niat Kevin baik. Ingin mengetahui kemana perginya Rangga main nanti.
"Udah sana pulang, gue enggak mau di ikuti" Usir Rangga saat mobil yang dikendarai berhenti di depan bangunan besar tempat orang orang berbelanja.
"Bicara yang sopan" Kevin kembali masuk ke dalam mobil jika saja adiknya tidak mencekal tangannya. Kevin mengernyit, saat Rangga menengadahkan tangannya.
"Uang, tadi suruh minta sama abang"
Kevin tampak menganggukkan kepalanya walau samar, pemuda itu mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna biru kepada Rangga. Sontak remaja itu berseru senang.
"Makasih bang, tar Rangga abisin tenang aja"
"Aska kuy" Kedua orang tersebut melangkahkan kakinya memasuki gedung perbelanjaan besar di kota ini.
Kevin sudah masuk dulu ke dalam mobil, dengan Samuel. Tidak ada yang mengikuti Rangga karena kemauan anak itu sendiri. Raja ngotot, kayanya dirinya sudah besar malu sama temennya. Ya akhirnya si bapak Jeyrald menyetujui saja walau tidak ikhlas.
"Woasu, gue niatnya bukan kesini anjing" Aska misuh misuh sendiri, tentu saja dirinya kesal dengan kelakuan kakaknya Rangga.
"Lah kemana si anjing, di dalem ada cafe goblok"
"Club ? Gue suka kesana"
"Ayok lah, kesempatan ga ada abang gue. Kalau ketahuan bisa bahaya kita. Mending sekarang lu pesen taksi online" Ujar Rangga kegirangan
"Patungan, ga ada duit gua. Misqueen" Aska mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Pemuda itu tampak gesit menarikan jarinya di atas layar ponsel sebelum memasukkan kembali ke dalam saku.
"Let's play" Ujar ke dua remaja itu senang
**
Dentuman musik langsung terdengar di telinganya saat baru saja menapaki tempatnya, aroma alkohol menyeruak masuk ke indera penciumannya. Kedua remaja dengan pakaian casual masuk ke dalam club.
Langkahnya terhenti saat ia di sambut dengan dunia wanita yang tengah mempromosikan tubuhnya. Tidak, senakalnya Rangga ia tidak akan bermain dengan wanita.
Rangga tau resikonya, ia juga tidak ingin membuat mamanya kecewa dengan dirinya. Batas kenakalan remaja itu hanya sampai merokok dan minum, itupun diam diam. Karena selama yang Rangga kesini mamanya tidak tau sama sekali jika dirinya suka minum dan merokok.
Dirinya ketahuan dengan anak anaknya Jeyrald, Rangga tampak menatap datar dan berlalu begitu saja dihadapan kedua wanita tadi di ikuti Aska dibelakangnya.
Kedua remaja berhenti tepat di bertender guna memesan minuman. Dua gelas minuman Bourbon tengah diracik, Rangga tersenyum. Sudah lama ia tidak menginjakkan kakinya kemari, beruntung kali ini dirinya tidak di ikuti oleh siapapun.
"Ka, tar gua nginep rumah lo"
"Bokap lo galak, ogah gua" Teriak Aska sesekali menyesap minumannya.
Rangga kesal, tidak mau tahu ia harus menginap di rumah Aska. Karena bagaimanapun juga jika dirinya pulang ke rumah bisa bisa mati muda dadakan.
Kedua remaja itu asik berjoget melupakan waktu yang kini kian larut, pengunjung juga semakin ramai. Menambah keasikan didalam ruangan, Rangga sudah dibatas puncaknya, berbeda dengan Aska yang hanya sesekali oleng.
Aska tidak tega dengan sahabat barunya itu, ia memutuskan untuk membawa Rangga pulang kerumahnya sesuai keinginan anak itu. Toh dirinya juga tidak ingin kena sembur oleh keluarganya Rangga.
"Berat baget sih lo, gini aja dah teler" Aska memapah tubuh tak berdaya Rangga keluar dari club. Keduanya sama sama oleng karena Aska juga ikut pusing, jadilah sekarang kedua remaja tiduran di trotoar pinggir jalanan.
Tidak ada yang sama kuat, semua akan tidak berdaya jika menyangkut alkohol. Minuman haram yang tidak sepantasnya kedua remaja itu konsumsi.
Taxi juga jarang lewat, keduanya hanya bodo amat dan melanjutkan tidurnya. Sampai beberapa saat satu mobil mendekati keduanya.
"Kenapa bisa disini sih" Decakan tidak suka keluar begitu saja dari mulut pria yang baru saja turun dari mobil.
"Aska goblok, gua terbang woy" Kekeh Rangga tidak sadar diri.
**
Aska mengerjabkan matanya, pusing langsung menghampirinya saat ia membuka matanya. Kamar yang asing menjadi pusat perhatiannya.
Ia tidak ingat apa apa selain pergi keluar dengan Rangga semalaman, yang dirinya ingat hanya pergi ke club dengan Rangga selebihnya dirinya lupa.
Aska melirik kearah Rangga yang masih tertidur pulas, selimut yang mereka kenakan telah jatuh dari tempat tidur. Aska menggoyangkan tubuh Rangga guna agar bangun.
Suara decitan pintu membuat Aska kembali berpura pura tidur. Ia takut sekarang, berada dikamar asing milik temannya bukan hal baik. Baik kalau dirinya tidak pergi ke bar, Aska merutuki kebodohannya setelah mengajak Rangga kesana.
"Bangun, tidak ada gunanya kamu tidur"
**
Hai gais, berapa lama ga up ? Maaf jelek, beri tanda kalau ada typo tar dibenerin. Oh ya, kritik sama saran kalian berpengaruh loh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assenlio Rangga
Teen FictionSangat menyenangkan mempunyai kehidupan yang sangat bebas. Rangga kehidupannya bebas, sangat bebas. Mempunyai mama yang sangat memanjakannya, dirinya anak broken home. Orang tuanya bercerai. Rasa bebas itu hanya sementara, setelah mama nya memutusk...