Seharusnya hari ini dirinya tersenyum, seharusnya hari ini hari bahagia, seharusnya hari ini bukan pernikahan mama nya, capek.
'Capek'
Satu kata yang mewakili perasaan Rangga, capek dengan melawan capek dengan keadaan intinya dirinya benar benar capek.
Kedua mempelai tengah tersenyum menghadap ke arah kamera jangan lupa dengan ketiga putra Jeyrlad yang ikut tersenyum, tidak manis menjijikkan menurut Rangga.
"Tuan tolong senyum" Ujar fotografer menginteruksi Rangga.
Semua yang berada di panggung mengalihkan atensinya ke arah Rangga, menatap isyarat agar dirinya tersenyum yang di abaikan oleh Rangga.
Jas yang tidak rapi ditambah muka kusut Rangga memberi kesan jika Rangga memang tidak menginginkan semua ini, dimana dirinya juga melihat mamanya yang terus tersenyum.
Setelah sesi foto keluarga selesai Rangga memilih turun dan berjalan menuju tempat yang menyediakan makanan dan juga minuman beralkohol yang mempunyai kualitas tinggi.
Acara pernikahan ini sangatlah besar, menampung dua ribu undangan lebih, acaranya di selenggarakan di out door. Halaman villa milik Jeyrald sendiri.
Bahkan Rangga tidak habis pikir dengan acara yang di buat oleh Jeyrald yang mampu menguras habis uang miliknya.
Rangga mengambil cake coklat dan segelas wine kesukaannya, banyak berbagai minuman beralkohol yang tidak sabar Rangga cicipi.
Rangga meneguk pelan merasakan sensasi ketika minuman red wine membasahi tenggorokan nya. Sangat enak, belum sempat meneguk habis gelasnya sudah ada di tangan seseorang.
Alvan.
Orang yang mendapati dirinya tengah meminum red wine, untung saja tidak dengan Kevin bisa gawat kan kalau dirinya mendapat amukan dari dia.
Mau marah banyak orang, Rangga memilih mengambil minuman baru enggan memperdulikan Alvan yang tengah menatap dirinya tajam.
"Nggak usah aneh aneh, kamu masih kecil letakin kembali minuman itu, Rangga."
"Gue haus" Rangga berujar datar.
Red wine sudah habis diteguk Rangga, tapi dirinya sangat kurang puas. Rangga mengambil satu gelas lagi mengabaikan Alvan yang kini tengah menggeram emosi, tidak disangka Rangga Kevin dan Gavan kini tengah berdiri di belakang nya.
"Letakin gelasmu Rangga" Ujar Gavan datar
Tck
"Mau?"
Kevin merebut gelas yang berada di tangan adik nya, menyeret menuju kursi yang sudah di sediakan para tamu.
"Bangsat lepas gue bisa jalan sendiri" Rangga menepis tangan Kevin, sebelum berlari keluar dari halaman villa sulit karen banyak orang yang tengah lalang.
Bahkan kini dirinya menjadi pusat perhatian orang orang, Rangga bodo amat.
Setelah berlari cukup jauh, Rangga kini mampir di warung kopi sekedar untuk beristirahat. Dirinya capek, Rangga memesan satu bungkus nasi ya karena dirinya belum makan..
"Terimakasih, sama kopi nya satu bu" Ujar Rangga yang kini mulai menyantap makanan nya.
"Di tunggu sebentar ya mas" Rangga mengangguk. Mama nya menikah lagi, mama nya mempunyai kehidupan baru lagi. Rangga benci orang baru.
Apakah Rangga harus pergi dari rumah nya?
Apakah Rangga harus benci mamanya?
Tolong jawab Rangga..
"Mas kopi nya" Lamunan Rangga buyar dengan kedatangan Ibu penjaga warung kopi ini, Rangga sedikit tersentak.
"Ah iya bu"
Rangga menikmati kopinya, tidak sengaja netra nya menangkap anak muda yang tengah mengepulkan asap di udara, jika dilihat dengan teliti anak itu punya masalah. Melampiaskan dengan rokok, apakah enak?
"Bu tambah rokok satu biji" Tidak apa bukan jika dirinya mencoba, toh juga sekali kali.
Rangga menyalakan rokok nya dengan pemantik api, mengepulkan asap di udara sensasi manis nya langsung yerasa di bibirnya.
Inikah rasanya merokok? Ah, sangat menyenangkan sekali. Tidak memperdulikan dengan baju yang sedang di pakai nya, Rangga terus menikmati secangkir kopi dengan rokok yang berada di tangan nya. Mengikuti pemuda yang ada di sini--menggambar rokok dengan sisa kopi.
Atensi semua pemuda di warung kopi teralihkan kala melihat mobil keluaran terbaru parkir di halaman warkop. Rangga hanya mengedikkan bahu, paling juga orang numpang tanya.
"Rangga pulang" Suara bariton dingin membuat Rangga terlonjak dari kursinya. Dirinya mengenal suara ini, Alvan. Rangga menoleh kebelakang mendapati Alvan tengah menatap dirinya tajam jangan lupa mobil hitam yang berisi para pengawal Jeyrald yang sudah berjejer rapi di setiap mobil.
Eh?
Anjing malu banget, kini dirinya menjadi pusat perhatian semua orang. Rangga menggaruk tengkuk nya yang gatal, pura pura tidak kenal tidak masalah bukan ?
"Maaf mungkin anda salah orang" Ujar Rangga tenang.
"Tidak, kakak tidak salah orang. Sekarang pulang." Alvan menarik tangan Rangga menjauh dari tempat Rangga duduk.
"TOLONG..TOLONG SAYA MAU DI CULIK. PAK MAS SAYA MAU DICULIK, AKH LEPASIN TANGAN GUE WOY!!" Rangga berteriak bak orang gila, dasar negara +62, orang minta tolong malah hanya di lihatin malah lebih parah ibu ibu penjual tadi memvideo aksinya.
***
Mobil yang memuat dua orang kini hening Rangga yang kesal dengan orang di sampingnya dan Alvan yang tengah fokus menyetir. Alvan mengejar Rangga karena Kevin ada urusan mendadak.
"Gue mau pulang" Rangga berujar kala Alvan membelokkan arah yang harusnya jalan untuk menuju ke rumahnya.
"Iya kita akan pulang.."
"Ke rumah papa"
Rangga melotot mendengar penuturan Alvan, apa apaan ini. Jika saja Alvan tidak lagi menyetir pasti akan di buat babak belur oleh dirinya, walau dirinya pasti akan di tahan lebih dulu oleh Alvan. Setidaknya masih berusaha bukan ?
"Ogah, gue mau pulang ke rumah gue sendiri"
"Terserah tapi rumahnya udah di jual sama papa"
Fuck.
***
Hai gais, akuu update.
VOTE & KOMENT
KAMU SEDANG MEMBACA
Assenlio Rangga
Teen FictionSangat menyenangkan mempunyai kehidupan yang sangat bebas. Rangga kehidupannya bebas, sangat bebas. Mempunyai mama yang sangat memanjakannya, dirinya anak broken home. Orang tuanya bercerai. Rasa bebas itu hanya sementara, setelah mama nya memutusk...