12

27.2K 2.4K 115
                                    

Sudah terhitung cukup lama berdiri di depan pintu kamar Rangga, Jeyrald menghembuskan nafas kesal dan menyuruh bawahannya untuk mengambil kunci cadangan. Tadi dirinya hanya tak ingin mengganggu privasi Rangga yang masuk sembarangan ke kamarnya, tapi Putranya itu benar benar menguji kesabarannya.

Jika saja tadi Rangga makan maka dirinya tidak akan mempersalahkannya, tapi tidak. Rangga hanya makan saat dipaksa ketiga kakaknya, dalam sekali tarikan pintu yang dominan warna putih itu terbuka.

Tampak jika kamar si bungsu berantakan karena ulahnya. Rangga sedang berjelajah kamar, selimut yang tadi rapi kini malah ia pakai untuk menutupi kepalanya. Untuk pertama kalinya ia menggeleng akan tingkah konyol putranya.

Jeyrald berjalan masuk diikuti satu pengawal dibelakangnya, selimut yang menutupi kepala Rangga ia tarik membuat putranya oleng sedikit.

Rangga memekik tertahan ketika lengan kirinya di cekal cukup keras oleh Jeyrald, Samar warna merah tercetak jelas hoodie milik Rangga.

Rangga panik, tentu saja. Siapa yang tidak panik saat lengan hoodie nya akan dibuka, bahkan sekarang Jeyrald tengah melotot kearahnya.

"Papa Rangga lapar" Sejenak Jeyrald mengalihkan pandangannya ke arah Rangga yang tengah memasang wajah masam.

Ia lupa jika tujuannya kesini untuk mengajak putra nakalnya untuk pergi sarapan. Cepat cepat saja Jeyrald memanggil maid untuk membuatkan makanan untuk putranya.

"Tidak Rangga tidak mau makan ini" Rangga berujar ketika makanan sudah sampai dihadapannya, dan tentu saja dirinya menolak dengan sarapannya.

Senjata makan tuan, memang pantas diberikan kepadanya saat ini. Alasan untuk mengalihkan perhatian Papa nya malah membuat dirinya terjebak di dalam perkataannya sendiri.

Nasi goreng dengan perpaduan tanaman- ah tidak, dengan bermacam sayuran didalamnya membuat Rangga pening sendiri. Jangan lupakan jika terdapat susu dan kapsul disampingnya.

Menurut Rangga, setelah Jeyrald dan ketiga anaknya menjadi bagian keluarganya banyak sekali peraturan yang harus ia turuti.

Banyak kekangan, banyak sekali perintah yang dia sendiri tidak bisa untuk membantah. Sakit sedikit, rumah sakit. Tidak sepertu dulu kehidupannya, bebas tanpa peraturan.

Papa dan ketiga kakaknya terlalu mengekangnya, walau tidak dipungkiri bahwa merek sangat menyayanginya. Mereka begitu memanjakan dirinya, tapi jika dirinya meminta hal yang menurut mereka berbahaya pasti akan ada saja ceramah dadakan yang menghantui telinganya.

Rewel, pasti ada saja. Padahal Rangga bukan tipikal orang yang akan merengek tidak jelas kepada orang lain, untuk beberapa hari kemarin remaja itu merengek kepada Kevin yang akan memberikan dirinya injek vitamin, Kevin tidak menuruti tentu saja.

Seperti sekarang ini, Rangga tengah merengek kepada Papanya untuk tidak memakan makanan, yang menurutnya harus memisahkan terlebih dahulu sayur dari nasinya.

Lidahnya sangat membenci dengan kehadiran sayuran, Rangga sendiri bingung. Apakah mereka berdua ada masalah dari dirinya lahir atau bagaimana.

"Mau Papa panggilkan Abang atau kedua kakakmu sayang ?"

"Ahh~ Papa Rangga tidak mau makan, makan yang lain saja tidak mau ini"

Jeyrald menghembuskan nafas sabar dengan tingkah labil putranya, disisi lain dirinya juga senang karena baru pertana ini Rangga merengek gemoy kepadanya.

Surga dunia bagi dirinya, mendengar rengekan putra tirinya. Seharusnya dirinya tadi mengabadikan moment tersebut dengan memvideonya.

Tapi disisi lain dirinya juga kesal akan tingkah Rangga yang lagi lagi tidak mau makan, memang benar benar putranya satu ini. Diantara ke empat putranya hanya Rangga yang sulit makan, padahal tinggal buka mulut, mengunyah dan menelan.

Assenlio RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang