6.

31.2K 2.6K 279
                                    

Hahaha, kehidupan yang sangat menyedihkan. Kehidupan yang tidak pernah terbesit dipikiran nya kini malah terjadi, namanya juga takdir.

'Takdir'

Sejak mamanya menikah dengan Jeyrald, seluruh perhatian yang dulu ia dapatkan mulai punah, terbagi. Tidak mengerti lagi dengan jalan pikir mamanya yang menikah dengan atasannya, ah benar benar perasaan yang tidak enak.

Ketika dirinya pulang ke rumah, Tidak.

Ketika dirinya pulang ke rumah suami mama nya, tidak ada lagi kebebasan. Tidak ada lagi kehangatan milik mamanya untuk dirinya, semuanya terbagi dan Rangga benci dengan berbagi.

Tidak tahukah Bunga jika Rangga trauma, putranya hanya mengkhawatirkan dirinya. Perasaan cemas selalu hinggap dalam diri Rangga ketika melihat mama dan suami mama nya bersama.

Entahlah..

Sudah lebih satu minggu dirinya menginap disini sudah tidak ada lagi kebebasan, tidak ada lagi percakapan dengan Bunga hanya keterdiaman Rangga selama tinggal di rumah Jeyrald.

Mamanya yang sibuk dengan suami dan putra barunya. Dirinya dianggap, tapi tidak seperti dulu. Mau kembali ke rumah yang dulu tapi sudah di jual.

Akh

Rangga bosan, sudah satu jam dirinya berdiam di kamar tanpa keluar. Bagaimana tidak baru saja membuka pintu sudah di tanya akan kemana oleh pengawal Jeyrald itu.

SIAL

"Sayang turun makan malam sudah siap" Tumben mama nya kesini, biasanya juga abang atau kakak nya eh..

Biasanya juga anak Jeyrald, biar saja sementara waktu Rangga akan memanggil dengan sebutan nama saja. Jika dirinya mempunyai waktu akan ia pikirkan nama yang cocok untuk suami baru mama nya.

Rangga mengabaikan ketukan pintu dan teriakan mama nya, dikit lagi pasti hilang. Tidak sering keluar dari kamar, jika keluar bukan nya berkumpul bersama keluarga tapi pergi main tidak tau juga siapa teman main nya.

Kan bener, suara ketukan pintu sudah hilang. Rangga mengernyit ketika suara ketukan mama nya yang hilang kini malah kembali terdengar. Hanya saja bedanya ini semakin keras.

"Keluarlah makan malam" Kan bener bukan mama nya suara bariton abangnya membuat Rangga berjengit kaget. Dingin banget kek es dalem kulkas.

"Ogah" Teriak Rangga dalam kamar membalas perkataan Kevin, siapa tau jika dirinya tidak berteriak abangnya tidak mendengar. Tidak tau saja Rangga jika Kevin di luar mengusap pelan telinga karena teriakannya.

"Rangga keluar" Rangga mencomot remote AC di nakas menaikkan suhu ruangan yang mendadak dingin karena suara Kevin.

Iya suara Kevin dingin bat, datar pula.

"Budeg lo"

***

Bunga menuruni tangga dengan mimik wajah murung, putranya belum menerima keluarga baru nya. Padahal Bunga hanya mencarikan sosok ayah untuk Rangga.

Apakah salah?

Setelah selesai dari acara memasak nya Bunga memang sengaja memanggil Rangga mengingat lupa jika dirinya hampir tidak pernah mengingatkan putranya tentang makan.

Tapi malah penolakan yang ia dapat, putranya tidak mau menjawab panggilan nya, sudah seminggu pula Rangga mendiamkan nya. Padahal jika putranya tengah merajuk atau marah tidak pernah mendiamkan dirinya selama ini.

"Kenapa, tidak mau turun?" Atensi Jeyrald teralihkan kala mendengar suara helaan nafas Bunga, dirinya juga bertanya ketika melihat wajah murung istrinya.

Bunga tersenyum dan mengangguk, fake smile. Jeyrlad beranjak memeluk tubuh Bunga yang kecil dan mengusap pelan surai nya.

Kevin beranjak menaiki anak tangga dengan terburu buru menyisakan empat orang dengan pemikiran nya sendiri.

Hingga berselang lama Kevin turun di ikuti dua pengawal di belakangnya yang tengah membopong Rangga.

"AKH LEPAS GOBLOK GUE PUSING" Rangga berteriak kencang kala merasakan pusing. Dirinya di bopong dengan kepala menghadap ke bawah.

Rangga tersenyum kala ia di turunkan dan kembali berteriak kencang ketika dirinya di gendong Alvan, koala. Benar benar memalukan, lihat dirinya menjadi pusat perhatian maid dan pengawal.

"Rangga bicara yang sopan sama yang lebih tua" Ajar Alvan menyentil pelan mulut Rangga.

Bazink

"Turunin gue bisa jalan sendiri, pada di liatin noh nggak malu apa!" Rangga berbisik pelan di samping telinga Alvan nyaris tidak terdengar.

"Biarin salah sendiri nakal."

Rangga menarik rambut Alvan kuat mengabaikan empunya yang berteriak kesakitan minta dilepaskan, gendongannya sedikit oleng untuk tidak jatuh.

Kevin mencubit paha Rangga kencang yang menyebabkan tarikan di rambut Alvan terlepas tergantikan teriakan Rangga yang menggelegar di dalam mansion.

Alvan saja harus menahannya mengingat jika dirinya tengah menggendong adiknya, jika saja ia lepaskan maka Rangga bisa jatuh bukan..

"Awh sakit tolol" Rangga mengusap pahanya dapat dipastikan setelah ini akan menimbulkan memar kemerahan di pahanya, baru juga seminggu menjadi anak mamanya udah kekerasan saja.

"Kenapa tadi saat di panggil mama kamu tidak mau turun?" Tanya Jeyrlad to the point.

Rangga tidak menanggapi malahan remaja itu sibuk memainkan ponselnya, mengabaikan tatapan geram yang tertuju untuk nya.

"Jawab papah Rangga"

"Tidak selera makan"

Jeyrald menghembuskan pelan nafasnya, mendidik Rangga memang membutuhkan kesabaran yang banyak. Dan dirinya bukan orang penyabar, tapi dirinya juga tidak kasar.

"Letakin ponselmu diatas meja" Titah Gavan.

Lagi, Rangga hanya mengabaikan perkataan orang orang.

"Letakin ponselmu diatas meja, atau kakak letakin ponselmu di saku celana kakak." Ancam Gavan saat perkataannya di abaikan Rangga.

Brak

Rangga membanting cukup keras tangan nya ke meja di susul meletakkan pelan ponselnya bahkan hati hati, takut takut jika rusak.

Dasar

"Puaskan kalian" Rangga menunduk enggan mengambil makanan di hadapannya. Menunggu siapa tau mamanya masih mau mengambilkan dirinya makanan.

"Rangga tidak makan?"

***

Hai gais aku update. Gimana ceritanya?

VOTE & KOMENT

Assenlio RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang