4.

31.6K 2.8K 83
                                    

Rangga melamun perkataan Jeyrald membuatnya marah dan juga kecewa, dengan mamanya. Dirinya marah karena tidak diberitahu lebih dulu, dan juga kecewa dengan keputusan mamanya.

Argh

Rangga mencabut infusnya yang tadi sempat di isi oleh Kevin ketika dirinya tertidur, Rangga membiarkan darah yang terus menetes dari punggung tangan kirinya.

Bruk

Prang

Duk

Rangga benar benar marah tiang infus sudah patah menjadi dua, pecahan kaca sudah berceceran di lantai jangan lupakan kondisi kamar Rangga yang sangat kacau.

'Om akan menikahi mama mu'

Perkataan Jeyrald terus terngiang di kepalannya, mengapa rasanya sesakit ini. Apakah mamanya tidak lagi menyayanginya, dirinya tidak ingin papa baru.

Rangga takut jika pernikahan mamanya akan terulang seperti dulu lagi.

Rangga takut jika mamanya tersakiti lagi.

Rangga takut..

Rangga mengusap air matanya kasar, keluar dari kamar dan berniat mengambil kunci motor dari tangan Gavan.

Pemandangan yang menurutnya memuakkan dimana mamanya tengah berada di pelukan Jeyrald dan ketiga anaknya di depannya.

"Kunci motor"

"Mau kemana sudah malam" Gavan berujar tenang.

"Balikin kunci motor gue" Ujar Rangga penuh penekanan.

"Sayang, mau kemana.." Bunga bertanya pelan, setelahnya menghela nafas sabar. Rangga mengabaikan Bunga, putranya benar benar kecewa dengan dirinya.

"Rangga cabut infus" Jeyrald menatap tajam darah yang belum kering, astaga Rangga benar benar marah dengan semua orang.

"Tidak ada keluar kamu masih sakit, Gavan berikan kunci motor Rangga pada abang" Ujar Kevin dengan mengulurkan tangan kanannya.

"BALIKIN KUNCI MOTOR GUE ASU" Umpat Rangga marah.

"RANGGA" Bentak Kevin, kali ini Rangga memberanikan dirinya untuk menatap mata Kevin sejujurnya dirinya juga gemetar tapi tak apalah sekali kali.

"Apa"

"Balikin kunci motor gue, gue mau keluar bang.."

"-sat"

Kevin berdiri dari duduknya memperlihatkan kunci motor Rangga di depan matanya, baru saja Rangga akan mengambil kunci kalah cepat dengan gerakan Kevin yang sudah mengantongi di dalam saku celana nya.

"Terserah kalian" Rangga berjalan keluar dari rumahnya mereka tampak tenang, tidak mengejar dan memberhentikan dirinya, baru saja menginjakkan kaki keluar pintu manusia besar dan gagah yang memakai baju hitam mencegah langkahnya.

Rangga dihadang oleh tiga orang yang berbadan kekar, dirinya menoleh kebelakang memperlihatkan Jeyrald dengan senyum menyebalkan nya. Pasti para orang hitam eh salah, pasti orang berbaju hitam suruhan dari atasan mamanya.

"Minggir" Ujar Rangga mendorong para pengawal Jeyrald, bahkan kini Rangga mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mendorong ketika pengawal Jeyrald.

"Sudahlah, nanti kamu capek. Sekarang makan malam, Alvan ajak adikmu untuk ke meja makan." Jeyrald berlalu dengan Bunga di dekapan nya, Bunga melihat Rangga yang masih enggan melihatnya.

"Masuk, kita makan malam" Alvan menarik lengan Rangga, mengajaknya untuk ke meja makan.

"Gue nggak laper" Rangga menarik kembali lengan nya, memukul dada Alvan kencang dan berlari ketika ketiga pengawal Jeyrald sedang menolong Alvan yang tengah merintih kesakitan.

Assenlio RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang