13.

26.1K 2.3K 73
                                    

Ya namanya manusia pasti tidak luput dari kesalahan. Seperti manusia satu ini, dari tadi remaja enam belas tahun itu  berdiri di depan kulkas dengan menatap was was kearah sekitar.

Malam ini remaja itu tidak bisa tidur, setelah tadi aksi pengecekan kamar oleh putra sulung Jeyrald  ia harus pura pura tertidur.

Jika tidak? Jangan ditanyakan, yang pasti ia akan kena amuk dan berakhir dengan dihukum.

Entahlah, Rangga menjadi bingung dengan keluarga barunya. Benarkah mereka sesayang itu dengan dirinya ?

Malam yang dingin ini Rangga habiskan dengan berdiri di depan pintu kulkas yang terbuka dengan semangkuk lumayan yang berisi es serut.

Rangga tengah menyiapkan minuman dengan coklat kental yang menjadi perpaduan. Ah, untuk mencicipi saja rasanya tidak sabar.

Rangga akan berani memakan makanan sejenis ini saat semua orang tengah berada di kamarnya masing masing. Ya ga mungkin dirinya akan makan dihadapan semua orang.

Tidak jadi makan, yang ada malah amarah yang ia makan.

"Ah, kamu sungguh menggoda sayang"

Bak orang gila, Rangga berbicara dengan mangkuk yang berisi es buatannya sendiri. Rangga langsung ngacir ke kamar saat sudah selesai membuat es buatannya.

Mungkin menonton bola juga akan menjadi temannya malam ini. Rangga menutup pintunya dan menguncinya dari dalam.

Rangga meminta Jeyrald untuk pindah kamar. Alibi butuh privasi padahal mah, kamar barunya sekarang lengkap. Kamar miliknya dulu tidak bisa dikunci dari dalam ya karena sifat keluarga barunya.

Ah, dari pada memikirkan itu lebih baik sekarang waktunya makan. Rangga sempat membeli kompor portabel kecil untuk memasak apa saja yang ia inginkan.

Kadang ia memasak sosis bakar disini, ia juga pernah memasak mie disini. Rangga sudah lama membeli kompor portabel nya. Tapi ya jarang dipakai. Dan hari ini ia akan memakainya kembali dengan memasak mie dengan kuah cabai.

Membayangkannya saja membuat dirinya ileran. Rangga mengambil dua mie dari kamar mandi, sudah satu bulan ia membeli satu kardus dan hanya berkurang lima. Kali ini ia menggunakan dua mie langsung.

Rangga menghidupkan televisinya, posisinya sekarang ia dibawah dengan kompor portabel kecil dihadapannya. Untung saja saat dibawah tadi ia sempat membawa sejumput cabai dan satu botol bon cabai. Lumayan nambah pedes.

Rangga memasukkan mie ketika air sudah mendidih, ia berdecak senang ketika berhasil membohongi Kevin. Tidak sia sia akting tidurnya. Kini membuahkan hasil, mie yang ia inginkan sebentar lagi akan jadi.

"Uhh mantep banget anjing"

"Ini cabainya kurang banyak deh, perasaan dari tadi nggak pedes pedes." Rangga menambahkan tiga butir cabai lalu ia memotongnya kecil kecil.

"Nah ini baru pedes"

Rangga menaiki King size nya, dan mengambil meja kecil untuk ia jadikan sebagai alas mie dan juga es nya.

Rangga tertawa senang karena keinginannya terwujud, ia menikmati mie dan es nya sambil menonton acara sepak bola.

**

Hari ini Rangga susah bangun, dari tadi gedoran pintu ia abaikan. Semalam ia baru bisa tidur jam tiga pagi. Dan sekarang jam tujuh ada yang mengetuk pintunya berulang kali.

Rangga sungguh kesal, ia baru bisa tidur empat jam. Dan sekarang sudah harus bangun lagi, sungguh ini membuatnya kesal.

"Rangga buka pintunya"

"Diem pergi sana lo" Teriak Rangga kemudian membungkus tubuhnya menggunakan selimut tebal miliknya. Rangga juga menutupi telinganya menggunakan bantal besar kesayangannya.

"Rangga keluar, kita sarapan" Lagi, suara Alvan merusak acara tidurnya.

Rangga berdecak untuk kesekian kalinya, teling Alvan rusak apa gimana, orang sudah disuruh pergi masih saja menggedor pintu kamar nya.

"Iya nanti mau mandi dulu"

"Abang tunggu dibawah, cepat turun"

Rangga mengedikkan bahunya, ia merenggangkan tubuhnya, Rangga baru ingat jika semalam ia memasak di dalam kamar.

Untung saja sebelum tidur semua ia bereskan terlebih dahulu. Dirinya masih mengantuk, ia ingin melanjutkan tidurnya jika saja dirinya tidak ditunggu banyak orang.

Rangga turun dari ranjangnya dan berjalan kearah kamar mandi, demi apapun ia sangat malas untuk bangun.

Rangga tersenyum melihat bathtub, ia menyalakan shower sebagai suara jika ia tengah mandi, lalu Rangga masuk ke dalam bathtub dan melanjutkan tidurnya.

Tak apa asal ia masih bisa untuk tidur.

Di meja makan semua tengah menunggu kedatangan seseorang, sudah lebih tiga puluh menit semua menunggu kedatangan Rangga.

Tapi yang ditunggu tak kunjung datang, kini giliran Kevin yang membangunkan adiknya, Rangga. Kevin mengernyit heran ketik pintu kamar Rangga terkunci.

Semalam dirinya ingat betul pintu kamar Rangga tidak ia kunci, dan sekarang malah terkunci. Kevin memanggil salah satu pengawal yang sedang berlalang dihadapannya.

"Tolong ambilkan kunci cadangan di ruang kerja saya" Memang, Kevin memegang semua kendali atas Rangga. Bahkan, anak itu akan takut jika ia ancam saja.

Kevin masih berusaha mengingat tentang semalam saat dirinya tengah mengecek Rangga tidur. Apakah anak itu pura pura tidur ?

"Ini tuan muda"

"Baiklah, kau bisa kembali bekerja"

Pengawal tersebut mengangguk patuh, dengan lincah tangan Kevin membuka pintu kamar Rangga.

Kevin yang semula mendesis tajam kini menghela nafas lega, ia kira Rangga kabur atau kemana. Tau suara shower nyala, ternyata Rangga sedang mandi.

"Rangga keluar, sarapan"

"Jangan buat abang marah"

Kevin berdiri di depan kamar mandi cukup lama, ia tak mendengar sahutan apapun. Saat mengecek pintu kamar mandinya untung tidak terkunci.

"Rangga!"

Rangga terlonjak kaget saat pintu dibuka dengan keras, suara nyaring dan teriakan Abangnya membuat dirinya terkejut.

Ia mengerjabkan pelan matanya dan melanjutkan tidurnya.

"Berisik"

Rangga melanjutkan tidurnya jika saja tubuhnya tidak melayang karena gendongan Kevin.

"Gosok gigi, turun sarapan,"

"Sarapan nanti, Rangga ngantuk"

"Sekarang"

Rangga menurut saja, toh jika tidak pagi ini akan mendengar ceramah panjang lebar keluarganya.

"Kenapa tidur di kamar mandi ?"

*

Astagaa, ga nyambung bener si Rangga

Assenlio RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang