27.

5.9K 386 35
                                    

Bel istirahat berbunyi, murid murid berlarian keluar menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah lapar. Sama halnya dengan Rangga, remaja urakan itu langsung ngacir duluan ke kantin meninggalkan guru yang masih berada di dalam kelas.

Urakan?

Ya, anak itu bisa dibilang sedikit nakal. Ungh sedikit?
Bagaimana tidak, remaja itu terlambat saat baru saja masuk pada hari pertama berakhir dengan ia yang diberi hukuman.

Kabur dari hukuman? Tentu saja. Siapa juga yang mau untuk membersihkan 1 perpustakaan seorang diri. Haloo, dirinya itu Rangga bungsu dari Jeyrald. Ya.

Jangan tanya tentang Reyhan, anak itu tentu saja tidak terkena hukuman. Seorang ketua osis yang berlaku semenanya.

"IBUKK MIE AYAM SATU AMA ES TEH SATU" Teriak Rangga kesal, bagaimana tidak. Dirinya harus berdesakan dengan anak anak lainnya. Remaja itu tidak mengenal kata antri atau sabar. Membuat murid lain kesal karena tingkah laku Rangga.

Rangga terus saja mendesak agar ia bisa lebih dekat dengan penjual kantin tersebut. Hari ini dirinya ingin memakan mie ayam, masa bodo dengan perintah Reyhan yang menyuruhnya untuk menunggu dikelas saat jam istirahat.

Ia sudah lapar, bung.

Rangga belum mempunyai teman, dari tadi ia seorang diri.
sekalipun itu duduk dikelas, dirinya mah bodoamat selagi tidak ada yang mengusik ketenangannya.

"Ini den, sudah jadi pesenannya nak"

Rangga segera menyerahkan uang satu lembar berwarna biru kepada penjualnya lalu ngacir untuk mencari tempat duduk, soal kembalian nanti ia akan memintanya. Sayang, kalau ditinggalkan begitu saja.

Rangga tersenyum sumringah saat pesanannya sudah didepan mata, sudah lama dirinya tidak memakan mie ayam. Uhm, mungkin dua bulan yang lalu?

Remaja badung itu menuangkan semua bumbu di dalam mangkuknya, saus - sambal, kecap dan sedikit pilus.

"Ah segar sekali !" Celetuk Rangga.

Setelah berhasil menyeruput sedikit es nya, Rangga tertawa. Ia dijatah bahkan hanya untuk meminum es, konyol sekali. Duduk sendiri dipojok kantin tanpa satu teman, toh tiap hari dirinya sendiri.

Rangga asik mengaduk makanannya, melahap satu persatu mie ayam favoritnya. Rasanya tetep sama, persis sebelum ia diliburkan oleh Papa nya.
Sisa satu suapan terakhir, mangkuk nya terpental jauh dari hadapannya. Remaja itu mendongak, mendapati Reyhan yang menjulang tinggi dihadapannya.

Rangga tersenyum setelah puas menghabiskan minumannya. Membuat sorot mata tajam milik Reyhan menghunus tepat dalam manik Rangga.

Remaja itu tidak marah, toh hanya tinggal satu suapan. Sedikit kenyang, ia memilih abai dan meninggalkan kantin yang tengah ramai. Sebelum pergelangan tangan miliknya dicekal erat oleh Reyhan.

Tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Reyhan. Pemuda itu terus saja menyeret Rangga untuk mengikuti dirinya. Melewati lorong sekolah yang panjang dengan beberapa siswa yang tak sedikit melihatnya.

Malu, tentu saja!

Hingga sampai lift, baru tangan miliknya dilepaskan. Rangga melirik, menatap kesal pada sang pelaku.

"Sakit, bodoh!" Desisnya

"Gua mau balik ke kelas, lepasin gua" Ujar Rangga yang kini pergelangan tangannya kembali ditarik.

Mengabaikan rontaan Rangga, Reyhan terus menyeretnya untuk masuk kedalam perpustakaan pribadi miliknya. Membawa nya duduk disofa ruangan tersebut.

"Duduk" Tekan Reyhan saat Rangga mencoba untuk keluar ruangan miliknya.

Assenlio RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang