Dua remaja yang tengah menunduk itu saling meremat jarinya. Setelah kepergok dengan pura pura tidur, kini keduanya malah disidang. Aska sangat menyesal setelah mengajak pergi ke club tadi malam.
Jika tau akan seperti ini, dirinya tidak akan mengajak Rangga pergi ke sana.Sekarang sial mengenai Rangga. Dirinya sudah biasa masuk keluar tempat itu. Masalahnya sekarang hanyalah Mama nya, jika sampai sang Mama tahu habislah dirinya.
Tentu saja dirinya tidak takut dengan tatapan kedua lelaki dihadapannya. Untung saja hanya ada Alvan dan Gavan disini, jika sampai kedua titan ikut juga Rangga pastikan masalahnya akan panjang.
Dentingan jarum terus berputar, ruangan yang mengeluarkan aura menyeramkan tidak sedikitpun membuat Rangga takut. Sudah Rangga katakan jika dirinya hanya takut mamanya tahu, Rangga hanya berdo'a semoga kedua manusia dihadapannya tidak mengadu macam macam kepada mama nya.
"Berani sekali kalian berdua pergi kesana" Celetuk Gavan setelah lama hening, marah tentu saja. Gavan tidak menyangka jika adiknya kembali mengunjungi tempat biadab itu lagi.
"Apa saja yang kalian lakukan disana" Tanya Alvan
"Tidak banyak, hanya memesan tiga gelas minuman" Sahut Aska cepat, Rangga menginjak kaki Aska membuat remaja itu meringis. Tidak bisakah temannya itu membuat dirinya tenang hari ini ?
Dari tadi Rangga ketar ketir jika Mamanya akan marah dengan dirinya. Bahkan Rangga tidak tahu bagaimana dirinya sampai rumah.
"Gav, Mama tahu gua pergi kesana nggak ?"
"Kakak, panggil kakak" Rangga menggeram di tempat, padahal sama saja.
"Kakak, Mama tahu gua pergi ke tempat kemarin nggak ?" Ulang Rangga, harap harap cemas Alvan malah membuat Rangga darah tinggi.
"Sama yang lebih tua bicara yang sopan" Ujar Alvan, Aska tertawa melihat wajah merah temannya. Untung dirinya tidak terkena semprot juga, cuma diberi wejangan agar tidak kembali kesana lagi.
"Mati ae lu sono"
***
Setelah Aska pulang, Rangga menjadi sangat bosan. Bersyukur saja karena dirinya tidak ketahuan sang Mama, bujuk rayuannya berhasil. Gavan tidak akan memberi tahu Mamanya, tidak untuk titan satu itu.
Dari tadi Alvan mencoba berbicara dengan Bunga. Siang ini semuanya telah pulang, Rangga sendiri bingung kenapa semuanya pulang lebih awal. Mungkin pekerjaannya selesai lebih cepat.
Karpet berbulu menjadi alas Rangga untuk melihat televisi, kedua orangtuanya di sofa Gavan duduk disebelah Rangga, Alvan yang memangku laptop, dan Abang pertamanya duduk di single sofa.
"Waktunya makan siang, biar Mama siapin makanannya" Bunga berjalan ke arah dapur, yang sedikit jauh dari ruang keluarga. Atensi ke empat pria tadi beralih menatap Rangga. Yang ditatap sendiri memilih pergi mengintili induknya ke dapur.
"Satu kali kamu melangkah, ucapkan good bye kepada dunia" Kevin berseru tegas, kan bener. Padahal pikiran nethink sudah ia buang jauh jauh, pulang cepet pasti ada apa apanya.
Habislah dirinya dengan keempat setan dihadapannya. Pasti ulah Alvan, memang dari tadi kakak nya itu minta sekali ia tonjok.
Rangga kembali duduk, jauh dari ke empat titan yang sedang menatapnya tajam. Ayolah, dirinya sudah besar hal itu sangat wajar jika ia masuk kesana. Umurnya sudah akan memasuki 17 tahun, ia ingin mengenal dunia luar. Dunianya, teman temannya tidak dikekang seperti ini.
"Kemarin kau kemana" Tanya Jeyrald
"Rangga sudah ijin so, kenapa tanya lagi" Ujar Rangga kelewat santai. Tentu saja Rangga harus tetap santai, jika saja dirinya takut ke empatnya malah akan menyebalkan.
"Papa ngerti kamu main, tapi main kemana" Geram Jeyrald, sengaja mereka tidak memberitahu Bunga jika Rangga melakukan hal yang membuat marah.
"Gua kemarin pergi ke club sama Aska" Sahut Rangga acuh, bahkan tatapan tajam yang tertuju kepadanya ia anggap mainan. Mampu membuatnya cengengesan padahal singa siap menerkamnya.
"Jauhi temanmu itu, atau abang sendiri yang harus turun tangan" Tandas Kevin tidak ingin dibantah.
Rangga melongos, apa katanya ? Menjauhi, shit dirinya baru saja mendapat teman. Sefrekuensi dengannya, sangat asik. Mereka siapa, hanya keluarga kan ?
"Tidak mau, tidak ada hak kalian melarang gua berteman dengan siapa saja" Sahut Rangga tajam.
"Lihat, baru beberapa hari Kakak bilang jangan gunakan bahasa gaulmu ketika berbicara dengan orang tua." Kini Alvan ikut berbicara, ayolah kenapa semua mesti diatur. Rangga paling tidak suka dengan aturan.
Rangga berdiri dari duduknya, remaja itu memilih tersenyum kepada empat orang yang sedang menatapnya. Dan memilih pergi daru sana.
"RANGGA MINTA MAAF" Remaja itu berlari terbirit menyusul Bunga yang ada di dapur.
**
Malam ini hujan, biasanya Rangga memilih untuk bermain game kesukaannya. Game yang bisa membuat dirinya lupa diri, mengasikkan memang. Apalagi jika ditemani oleh cemilan seperti sekarang ditambah cola favoritnya.
Diatas ranjang, tidak. Lebih tepatnya diatas ranjang dengan selimut yang melilit dirinya. Ranjang yang penuh dengan bungkusan jajan sedang dibersihkan oleh Bunga.
Ya, Bunga ibu dari empat anak itu sedang menemani bungsunya bermain. Tidak ingin ditinggal padahal dari tadi ia tidak dianggap sama sekali.
"Sudah ya, dari tadi loh dek" Rangga mendengus kesal gitukan, semanjak Mamanya menikah ia kerap sekali dipanggil adek.
"Bentar lagi mama, ini belum gol loh"
"Nanti ketahuan Papa atau bang Kevin abis kamu" Bunga tersenyum melihat ekspresi putranya yang berubah cemberut. Sangat lucu dimatanya.
"Ya jangan dibilangin mama"
Sudah lebih dari satu jam, Rangga hanya menatap layar komputer. Remaja itu tidak melakukan apa apa selain mengunyah, menelan dan mengumpat. Beberapa ekspresi dikeluarkan jika menang atau lose.
"Waktunya tidur boy" Jeyrald masuk dengan pakaian santainya, Rangga menatap acuh dan kembali melanjutkan acara bermainnya.
Menghiraukan decakan gemas yang terlontar untuk dirinya.
"Dimatikan sendiri atau Papa yang matikan" Ancam Jeyrald.
"Iya iya, seneng banget liat gua tertekan"
"Nggak boleh gitu sama Papa" Tegur Jeyrald.
Rangga diam, tubuhnya malah didorong oleh Papanya. Bantalnya ditata oleh Bunga, momen yang kadang membuat Rangga tersenyum dalam hati. Mamanya kelihatan sangat senang, itu saja membuat Rangga juga senang.
Ah, tuhan semoga saja keluarganya tetap seperti ini.
End
**
Yee, akhirnya update juga. Seneng banget bisa nge prank kalian juga. Cepetkan updatenya ? maaf pikiran dangkal huhu.. Tandain kalau ada typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Assenlio Rangga
Teen FictionSangat menyenangkan mempunyai kehidupan yang sangat bebas. Rangga kehidupannya bebas, sangat bebas. Mempunyai mama yang sangat memanjakannya, dirinya anak broken home. Orang tuanya bercerai. Rasa bebas itu hanya sementara, setelah mama nya memutusk...