Pagi hari di kediaman Nakamoto begitu harmonis, ketiga putra Nakamoto sudah duduk di kursi masing-masing, menunggu kepala keluarga bergabung untuk sarapan.
Si sulung Renjun berulang kali melirik cemas pada jam yang melingkar di tangannya. Ia berharap sang ayah segera turun untuk mengantarnya ke kantor.
"Pagi anak-anak"
Sapa Yuta saat berjalan menghampiri buah hatinya lalu menunduk untuk mengecup pipi anak-anaknya yang manis itu bergantian.
"Pagi Ayah~" balas mereka riang, tapi tidak dengan si tengah Jaemin. Dia bahkan diam saja saat sang Ayah mencium pipinya sangat bukan Jaemin sekali, karna dia pasti akan mengusap pipi bekas ciuman sang ayah.
"Selamat makan!"
Keluarga itu makan dengan tenang, Wiwin tersenyum senang menatap putranya satu persatu yang tengah makan dengan lahap.
"Apa makanannya tidak enak?" Tanya Winwin saat mendapati Jaemin berpangku dagu sembari memutar-mutar sendok di piringnya.
"Jaemin..."
Shotaro segera menyenggol lengan sang kakak, Jaemin menoleh seperti orang linglung.
"Ada apa denganmu sayang?" Winwin dengan jiwa keibuannya segera beranjak dari kursi menghampiri sang anak yang tampak seperti orang kebingungan.
"Nda..." Panggil Jaemin pelan, lalu menggeleng ribut. "Tidak apa-apa"
"Tanganmu kenapa?"
Kedua tangan Jaemin di genggam erat, mata Winwin memicing curiga saat mendapati memar biru melingkar di kedua tangan anaknya, ia merasa kenal dengan luka seperti ini. Winwin dan Yuta saling melempar pandang, seolah tengah memikirkan hal yang sama.
"Jaemin, apa kau menyembunyikan sesuatu dari Ayah?" Suara Yuta menggema rendah, dan itu sangat menakutkan bagi Nakamoto bersaudara.
Renjun melirik pada kedua pergelangan tangan sang adik, mendadak jantungnya berdebar kencang lalu mengusap pergelangan tangannya sendiri.
Tidak, aku mohon jangan lagi
"Tidak, memang apa yang aku sembunyikan?" Jawab Jaemin tenang sembari menarik kedua tangannya dari genggaman Winwin.
"Lalu luka apa itu?"
"Ahh aku tidak tau, aku mendapatkannya saat terbangun tadi"
"Apa semalam kau mabuk?" Jantung Winwin bertalu-talu, ia berharap pikiran negatifnya segera hilang.
"Tidak Bunda, aku langsung tidur saat pulang dari restoran"
Diam-diam ketiga orang disana menghela nafas lega.
"Ayah ayo berangkat nanti terlambat" Si bungsu Shotaro segera lari kelabakan, bocah kelas tiga SMA itu panik menyeret tangan sang Ayah agar berjalan sedikit cepat. Tak lupa mencium kedua pipi sang Bunda.
"Ayah aku ikut, mobilku di bengkel" Si sulung segera menyusul. Mereka melambai pada Bundanya yang senatiasa menunggu mobil itu hilang dari pandangan.
"Kami berangkat~"
Kini giliran Jaemin yang datang mencium kedua pipi Winwin dengan leluasa.
"Mau pergi kemana sayang?"
"Aku mau ketempat Paman Taeil, Nda. Sungchan sudah menungguku di sana" Jelas Jaemin tak ingin membuat Ibunya Khawatir.
"Baiklah, Jangan pulang terlambat sayang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Run [Nomin]
Fanfiction[JN x JM] [M] Mata itu akan bersinar saat berada di kegelapan, dan Jaemin akan tunduk tanpa bantahan.