Kediaman Nakamoto kala itu tengah dilanda panik, saat seseorang menelfon melalui ponsel Jaemin mengatakan kalau sang putra tengah pingsan di tengah jalan.
Yuta saat itu langsung membawa Jaemin pulang dengan tangan gemetaran, ia mengintrogasi Sungchan sebagai orang yang terakhir kali bersama Jaemin. Katanya Jaemin hanya pingsan tapi sampai malam tiba putra manisnya itu tak kunjung membuka mata.
Pagi itu Winwin ke kamar Jaemin untuk mengecek konsisi sang putra. Air hangat yang ia bawa jatuh begitu saja saat mendapati tubuh Jaemin jatuh kelantai dan terbatuk hebat. Anaknya itu mengaku kalau ia kesulitan bernafas.
Jaemin segera di larikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan pertama, dokter bilang Jaemin terserang gejala Dry Drowning. Gejala langka yang biasa muncul saat selesai berenang. Jaemin harus istirahat total.
Dan sejak pertama kali membuka mata, Jaemin menjadi sosok lain yang bukan dirinya. Menatap dengan pandangan kosong dan tak banyak bicara. Yuta merasa ada yang salah dengan putra manisnya.
Dan bagaimana Jaemin bisa terserang gejala itu? Padahal Jaemin pingsan di sepanjang hari. Saat di tanya Jaemin mengatakan...
"Ayah seseorang menculikku, lalu dia mengikat kaki dan tanganku untuk diumpankan kepada hiu. Hiu itu memakan jempol kakiku! Aku nyaris mati tenggelam!"
"Setelah itu aku di buru di dalam hutan. Mereka memandangku sebagai kelinci buruan. Mereka aneh dan tidak punya mata"
"Ssstt sayang itu hanya mimpi" Winwin segera menenangkan Jaemin agar lebih tenang.
"Kalian harus percaya padaku!" Jerit Jaemin frustasi.
"Mereka ingin membunuhku Ayah!" Yuta segera memeluk tubuh gemetar putranya agar tenang.
"Ayah disini sayang, tidak ada yang berani melukaimu barang seujung kuku pun" Jaemin terisak memeluk erat sang Ayah. Hanya Yuta tempatnya mengadu dan mencari perlindungan. Hanya Yuta kepala keluarga juga laki-laki dominan yang selalu bisa ia andalkan.
"Ta-tapi Ayah...." Jaemin tergagap, tubuhnya kembali gemetar hebat. Yuta dan Winwin menunggu dengan cemas apa yang akan Jaemin katakan. "Aku telah membunuh orang"
"Hiks aku telah membunuh orang, aku menembaknya hiks a-ayah aku akan di hukum" Jaemin menangis menunjukan kedua tangannya.
"Hiks.... A-aku-"
"Sayang itu hanya mimpi, hanya mimpi oke tenang lah" Jaemin menggeleng ribut dalam dekapan Yuta. Bukan ini bukan mimpi yang sama seperti hari lalu, dia bahkan merasakan efek tenggelam. Ini terlalu nyata bagi Jaemin untuk di sebut mimpi.
"Dengarkan Ayah" Yuta menangkup kedua pipi gembul putranya, wajah manis itu tampak menyedihkan dengan mata dan hidung yang memerah. "Itu hanya mimpi, Nana seharian ini pingsan lalu bagaimana caramu tenggelam? Bagaimana caramu tersesat di dalam hutan? Bagaimana bisa kau membunuh orang saat tubuhmu terbaring lemas di ranjang?"
"Ta-tapi..."
"Nana hanya sedang bermimpi buruk, semua akan baik-baik saja" Winwin ikut memeluk Jaemin, Yuta merentangkan tangannya agar terbuka lebar. Jaemin merasa terlindungi dengan pelukan dari orang tuanya.
Benarkah hanya mimpi?
Entah kenapa Jaemin merasa telah melupakan sesuatu, tapi apa?
Benar, kenapa aku bisa pingsan di tengah jalan?
~o0o~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Run [Nomin]
Fanfiction[JN x JM] [M] Mata itu akan bersinar saat berada di kegelapan, dan Jaemin akan tunduk tanpa bantahan.