Ichi

46K 3.1K 88
                                    







Musik rock yang di putar keras sama sekali tidak mengganggu konsentrasinya yang tengah lihai memainkan jari-jari lentiknya di atas keyboard, wajahnya tampak  fokus menyelami dunianya.

Sedangkan di kamar sebelah seseorang sibuk menyumpah serapahi adiknya di kamar sebelah, demi tuhan adiknya itu apa telinganya tidak sakit memutar musik begitu kencang!


Brakk





Membuka pintu dengan cara menendang seolah menjadi kebiasaan bagi pemuda cantik itu, jengkel ia segera mematikan pemutar lagu yang terhubung ke sound mengabaikan dadanya yang sakit seolah tengah dipukul-pukul dari dalam.

"Ya!" Protes yang lebih muda saat musiknya dimatikan.

"Apa?" Sungutnya.

"Nyalakan lagi musiknya!"

"Diam lah kau pengangguran, jangan mengganggu ketenangan kakakmu di akhir pekan!" Pekiknya marah, oh ayolah ia hanya ingin tidur tenang itu saja!

"Ayo bukan pengangguran!"

"Kau iya!"

"Apa kau buta? Lihat semua itu hasil kerjaku" tunjuk yang lebih muda pada deretan buku berwarna hitam, iya warna hitam tak ada warna cerah yang lain.

"Buku tidak berguna seperti itu apa yang bisa kau banggakan?" Ejeknya

"Sudah lah apa yang kau inginkan?" Yang lebih muda mengalah memang diantara saudaranya hanya dia yang bersahabat dengan pekerjaannya.

"Ayah menelpon, memintamu datang ke restoran untuk membantu"

Yang lebih muda segera menutup laptop di pangkuannya, "kenapa harus aku? Ayah punya banyak pekerja yang di bayar"

"Cepatlah... restoran sedang ramai dan salah satu pelayan disana tidak datang" Jelas yang tua.

"Aku tidak mau, disana sangat ramai aku benci"

"Kenapa kau selalu menolak untuk kesana?" Tanya Sang kakak penasaran, hanya adiknya yang satu ini yang selalu menolak untuk sekedar membantu di restoran kelurganya, entah apa masalahnya, dia selalu menolak dengan berbagai alasan untuk datang.

"Aku benci jadi pusat perhatian!"

"Omong kosong macam apa itu?" Pekik yang lebih tua tak percaya.

"Aku tidak mau, bilang sama ayah aku tidak bisa datang"

"Nakamoto Jaemin!" Bentak sang kakak murka.

Jaemin, terdiam ditempatnya. Ia benci jika seseorang meneriakkan namanya.

Jaemin itu keras kepala, jika sulit dikendalikan cukup teriakan nama lengkapnya. Maka Jaemin akan tunduk dengan sendirinya.

"Cepat pergi" Jaemin segera menyambar jaket keluar dengan perasaan dongkol luar biasa tak lupa mengumpati yang lebih tua.

"Renjun sialan!"





~o0o~






Dengan langkah berat Jaemin segera masuk kedalam restoran jepang milik keluarganya, dan benar saja hari ini pengunjung sangat ramai. Langkahnya ia bawa ke dapur beberapa pelayan yang melihatnya datang tampak menyapa, Jaemin hanya tersenyum sebagai balasan.

Di sana Jaemin mendapati Ayah dan Bundanya tengah kerepotan dengan peralatan dapur. Makanan di sini di masak langsung oleh Ayah dan Bunda Jaemin sebagai koki utama.

"Jaemin cepat ganti bajumu dan bantu Ayah disini" Jaemin mendengus lalu berjalan ke ruang ganti.

Ada dua setel baju pelayan yang di gantung, Jaemin mengambil asal lalu mulai mengancingkan bajunya satu persatu, menanggalkan dua kancing teratasnya lalu keluar dari ruangan itu.

 Dream Run [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang