...
Harley Davidson yang Hyunjin kendarai berhenti tepat di sebelah Sungchan. Kedua pria itu saling tatap sesaat sebelum membuang muka. Sudah Sungchan katakan kalau ia tak menyukai teman-teman Jaemin yang satu ini. Benar-benar seperti brandal tak berpendidikan.
"Hei, Kau tau dimana Jaemin?" Sungchan bertanya tanpa menoleh, matanya fokus menelisik pekarangan rumah Jaemin yang sangat sepi, pagar tinggi ini juga terkunci seolah enggan menerima tamu, siapapun itu.
"Aku pikir dia bersamamu"
"Dia tidak bersamaku, dua hari ini dia sangat sulit di hubungi"
Keduanya termenung memikirkan segala kemungkinan yang terjadi, Hyunjin kira Jaemin sedang sibuk dengan dunia fiksi nya. Jika pria manis itu tidak bersama Sungchan, Lalu dimana Jaemin...
"Nak apa yang kalian lakukan di rumah orang?" Keduanya menoleh, seorang wanita paruh baya dengan tas belanjanya menatap mereka penuh selidik seolah kedua pria itu adalah maling yang hendak mencuri.
"Anu... Eum bibi, rumah ini tampak sepi apa bibi tau kemana keluarga ini pergi?"
Hyunjin dengan sopan bertanya, membuat Sungchan mendecih tak suka.
"Ohh kemarin malam tuan Yuta membawa keluarga nya pergi, entahlah aku tidak tau kemana tapi..."
Wanita itu berbisik pelan membuat Hyunjin dan Sungchan mau tak mau mendekat untuk mendengarkan. "Sempat ada keributan besar disini. Mereka mengusir anaknya sendiri..."
"Siapa?"
"Anak yang memiliki senyum manis itu ahh.. aku lupa namanya, dia sangat cantik! Aku melihat nya menangis malam itu. Aku sempat menawarinya untuk bermalam di rumahku tapi suamiku malah memarahiku agar tidak ikut campur urusan orang lain"
"Jaemin?" Tanya Sungchan khawatir.
"Ahh iya Jaemin Jaemin"
"Terimakasih bibi" Hyunjin dan Sungchan saling bertatap tajam ia ingin menanyakan ini sungguh. Ia akan sangat marah jika itu benar.
"Kau!"
"Kau!" Teriak keduanya bersamaan.
"Jaemin hamil"
"Kau tau?! Apa kau yang melakukan itu apa Jaemin ku?" Teriak Sungchan marah, ia sudah mencengkram erat kerah baju Hyunjin. Tangannya terkepal siap melayang saat itu juga.
"Bukan aku" balas Hyunjin mencoba untuk tetap tenang. "Dengar, Jaemin mungkin dalam bahaya saat ini"
"Apa maksudmu"
"Aku akan menjelaskannya nanti, ini sangat genting. Lebih baik kita bekerjasama dari pada saling menyalahkan seperti ini." Sungchan dengan sigap menerima gumpalan kertas yang Hyunjin lempar, itu kartu nama pria itu. Sungchan mencibir lalu dengan cepat menyusul Hyunjin yang tengah memacu motornya bak orang kesetanan. Meskipun begitu, dalam hati ia berteriak khawatir. Sebenarnya apa yang tidak ia ketahui saat ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Run [Nomin]
Fanfiction[JN x JM] [M] Mata itu akan bersinar saat berada di kegelapan, dan Jaemin akan tunduk tanpa bantahan.