Juu Ichi

15.5K 1.5K 103
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terkadang Haechan menyesal kenapa ia harus lahir saat itu, ia tak ingin dilahirkan untuk menjadi seperti ini. Berdiri mematung dengan hanbok yang membalut tubuhnya menanti suatu pintu terbuka untuk menyambutnya. Di belakang sana berdiri sang suami yang tengah menatap punggung pasangan hidupnya datar, tak ada raut belas kasih ataupun sayang pada wajahnya yang terlampau dingin.

Punggungnya didorong agar cepat-cepat masuk sebelum bulan bergeser menjadi condong ke barat. Masih teringat jelas dalam otaknya saat menguping pembicaraan sang mertua Minggu lalu, Peter tengah murka karena salah satu Lee melanggar perjanjian.

Itu yang membuat Haechan yakin untuk tidak melangkah dan berdiri di depan pintu meskipun suaminya sudah geram ingin menyeretnya maju.

"Cepat Lee Haechan!" Bentaknya.
Haechan menggeleng ribut sembari memberikan tatapan memohon pada suaminya.

"Tidak, M-mark aku takut" Haechan ketakutan, ia sempat melihat kondisi mertuanya setelah keluar dari pintu kayu itu terkoyak sana sini dan tak sadarkan diri. Begitu marahnya Peter sampai nyaris membunuh Taeyong yang saat itu jadwalnya menyerahkan diri.

"Kau tak ingin melakukannya demi suamimu?" Nada bicara Mark mulai meninggi, Haechan segera menunduk takut.

"Tidak bisakah menunggu sampai Peter tenang?"

"Kau ingin membuatnya menunggu dan semakin murka? Hah kau ingin suamimu ini mati rupanya"

"Peter akan menyakitiku, kau lihat apa yang terjadi dengan Mom-"

"Karena itu cepat serahkan dirimu" Mark sungguh tak sabar ia menyeret Haechan lalu membuka pintu kayu itu dengan kasar, hawa dingin segera menyambut mereka berdua. kesan mistis begitu terasa terlebih dengan bau anyir darah yang membuat perut Haechan terlilit ingin memuntahkan isi perutnya.

"Mark jangan tinggalkan aku" Haechan mencengkram kuat bagian belakang kemeja yang suaminya kenakan, langkahnya ia bawa hati-hati melangkah dalam kegelapan. Mark mulai mematik api lantas menyalakan lilin satu-satunya yang berada di sana.

Tes

Haechan mengusap cairan dingin yang jatuh menimpa hidung bangirnya, darah. Menantu Lee segera mendongak matanya terbelalak kaget saat sebuah kepala tanpa tubuh terikat di langit-langit dengan rambut sebagai talinya.

"Mark!" Haechan menjerit histeris, meskipun ia sering melihat hal mengerikan seperti ini tetap saja ia ketakutan. Terlebih kedua mata wanita itu terbuka lebar seolah melotot kearahnya.

"Apa?" Pandanganya mengikuti istrinya lalu merolling kedua mata "Itu persembahan ku" ucapnya datar. Mark mulai menggumamkan sesuatu dari mulutnya, cengkraman Haechan pada pakaian Mark semakin kuat saat tiba-tiba api mengeliat hebat pertanda bahwa ia akan datang.

Geraman terdengar memekakkan telinga, Haechan segera menutup kedua telinganya. Mark menoleh pada istrinya mengecup singkat bibir mengkilap yang menjadi candunya. "Layani dia dengan baik"

 Dream Run [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang