Juu

15.4K 1.6K 71
                                    

...



Sunyi mencekam dengan hawa dingin yang mampu membuat tubuh mungil itu bergetar, langkahnya ia bawa mantap tak peduli jika hari sudah memasuki waktu tengah malam. Ia hanya berjalan mengikuti keinginan hati, untuk membeli daun ketumbar untuk ia makan.

Nakamoto Jaemin merasa dia sudah gila, karena menginginkan daun ketumbar ditengah malam. Ia terbangun dari tidurnya lalu menggeledah seisi dapur untuk mencari sesuatu yang ia inginkan, karena tak kunjung menemukan Jaemin nekat pergi ke minimarket terdekat yang buka dua puluh empat jam hanya untuk daun ketumbar.

"Akhirnya..."

Jaemin mengeratkan cardigan yang ia kenakan sebelum kedua tangannya mendorong pintu kaca itu, berbincang sebentar dengan sang kasir sembari menunggu barangnya di kemas.

Dalam perjalanan pulang lembar demi lembar daun ketumbar Jaemin makan sembari mengoceh betapa dinginnya malam ini. Ia memilih berjalan kaki karena terlalu malas mengeluarkan mobil ataupun sepeda dari garasi, Jaemin enggan membuat kebisingan bisa-bisa nanti Ayahnya bangun lalu mencecar nya dengan berbagai pertanyaan. Lagi pula jarak antara minimarket dan rumahnya hanya sepuluh menit.

"Wahhh... Aku merasa seperti kambing" kesal Jaemin segera membuang sisa daun ketumbar yang tengah ia pegang erat, saat mencium mulutnya sendiri ia merasa pusing karena baunya sangat menyengat.

"Heishhh sialan! Kenapa aku seperti ini huh!" Dengan gerakan kasar Jaemin membuka bungkus permen susu yang juga ia beli.

Di tengah perjalanan langkahnya terhenti saat mendengar jeritan nyaring seseorang, tubuh Jaemin menegang dengan gerakan kaku ia menoleh ke sisi kanan yang ia yakini sebagai sumber suara jeritan tersebut.

"Tolong aku!!"

Itu seperti suara wanita yang merintih kesakitan, matanya menatap tajam pada gang sempit yang gelap tanpa penerangan. Otaknya memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di sana. Antara pembunuhan atau pemerkosaan.

Mata bulat itu mengitari sekeliling, barang kali masih ada satu atau dua orang masih berkeliaran meskipun Jaemin tau orang itu hanya dia saja. Tapi Jaemin tak ingin kabur begitu saja, ini menyangkut kemanusiaan saat ada yang kesulitan maka yang ia tau ia harus menolongnya. Itu adalah ajaran yang ibu dan ayahnya berikan.

Merasa tak ada yang bisa membantu, Jaemin menggeledah tempat sampah yang tak jauh darinya, mencari barang apapun yang bisa ia gunakan sebagai senjata. Tongkat kayu ia temukan lantas ia genggam kuat matanya menatap tajam pada gang tersebut saat derap langkah kaki bergema dalam rungunya.

"Siapa di sana!"

Sosok itu semakin dekat bayangan tinggi menjulang tampak menatapnya. Jujur Jaemin ketakutan tapi ia harus tetap berani di sana ada seorang wanita yang membutuhkan pertolongannya.

"Apa yang kau lakukan pada wanita itu!"

"Jangan mendekat! Atau ku pukul kau!"

Tap

Tap

Tap

Sosok itu tampak berlari, seketika kayu yang Jaemin pegang jatuh begitu saja. Matanya menatap tak percaya pada sosok di depannya. Bagaimana wajah itu penuh dengan percikan darah, dan jangan lupakan tangan mungil yang masih menggenggam kuat batu dengan salah satu sisi penuh akan darah.


"Ren...." Lirih Jaemin dengan air mata yang mengalir deras.




~o0o~




"Hoeeeekk"

"Ahhhhh hummmph!" Kedua tangannya segera membungkam mulut saat merasa ia akan memuntahkan sesuatu lagi.

 Dream Run [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang