Sambil denger playlis sambil baca chapter-nya!!!
Seperti tanaman yang membutuhkan cahaya, seseorang butuh orang lain untuk berpegangan.
Matahari perlahan menampakkan cahayanya dengan malu-malu, menggantikan tugas bulan untuk menyinari bumi selama duabelas jam dari sekarang.
Alesha mengerjap beberapa kali saat cahaya matahari memaksa masuk melalui sela-sela gorden kamarnya, netranya masih setengah terbuka saat menyadari Alevan sudah tidak ada di sampingnya.
"Ale?" gumam Alesha lalu mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Alevan.
Setelah mandi Alesha berkeliling rumah mencari keberadaan Alevan yang dari tadi tidak terlihat, dia pikir Alevan ada dikamar si kembar tapi dua anak menggemaskan itu juga tidak di kamarnya.
"Eh, Mbak Alesha pasti cari Mas Alevan, ya?" tanya Bi Mirna dengan tersenyum sopan.
"Iya nih, Bi, Bibi liat Ale sama anak-anak gak?"
"Mas Alevan sama anak-anak ada di kolam renang Mbak"
Setelah mengucapkan terima kasih Alesha langsung pergi area kolam renang, akhirnya wanita itu bisa bernapas lega saat melihat Alevran dan Aletha sedang berenang dan Alevan sedang duduk di sofa.
"Eh, anak-anak Bunda masih pagi udah berenang aja," ujar Alesha berdiri di samping sofa.
"Bunda sini air kolamnya gak dingin loh," ajak Alevran dengan senyum lebarnya.
"Iya Bunda, airnya anget jadinya Letha sama Kak Evan gak kedinginan," tambah Aletha dengan tersenyum menampilkan gigi rapi dan putihnya.
Alesha hanya geleng-geleng kepala kemudian dia duduk di samping Alevan, astaga pasti Aletha dan Alevran mengajak Alevan untuk menemani mereka berenang.
"Untung kolam renangnya bisa diatur air hangat atau air dingin," gumam Alesha yang membuat Alevan tertawa mendengarnya. "Ale, bukannya kolam itu dalem, ya?" tanya Alesha yang baru ingat kolam renang rumahnya itu mempunyai kedalaman lima puluh meter lebih.
Alevan menghela napas berat saat mendengar pertanyaan Alesha barusan, andai dia bisa melihat pasti Alevan akan menatap Alesha dengan tatapan yang mampu buat wanitanya merinding.
"Kamu nih lupa apa gimana sih Echa?" tanya Alevan yang membuat kening Alesha berkerut.
***
Jingga dengan pakaian steril ditemani Abian masuk ke ruang ICU untuk mengujungi Riani, sudah tiga minggu tapi tidak ada perkembangan apapun yang ditunjukkan perempuan itu.
"Lo lemah, Ri, lo lemah." cerca Jingga dengan netra memerah. "Kenapa lo gak bilang kalo lo sakit, Ri? Kenapa?" ucap Jingga dengan tangis yang sudah pecah.
Dadanya berkecamuk dengan rasa yang bercampur. Rasa sesal, kecewa, sedih semua tercampur jadi satu. Jika saja Jingga bisa menahan diri, kalau saja Alevan tidak berubah, pasti semuanya tidak akan seperti ini.
"Lo mau bikin Alesha makin marah sama lo? Lo mau bikin Laura makin benci sama lo bukan?" tanya Jingga namun hanya diam yang ia dapat.
Kalau boleh jujur Jingga masih dilanda dilema sampai sekarang, dia dan Laura memang setuju untuk merahasiakan semua ini dari Alesha.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband 2 (SELESAI)
Teen FictionBELUM DI REVISI 10 November 2020-19 Maret 2021 Tadinya hubungan Alevan dan Alesha baik-baik saja. Alevan pun sudah mulai bisa menerima kondisinya dan juga Alesha selalu ada di sisi Alevan. Sampai.... Satu persatu masalah datang yang membuat Alevan b...