Karena melepaskan lebih sulit dari pada mendapatkan.
Alena memasuki kamar anak bungsunya. Menatap di sana ada seorang wanita yang sangat anaknya cintai, wanita itu yang sudah menjadi separuh hidup Alevan selama beberapa tahun terakhir.
Saat Alena hendak menghampiri Alesha, tangan seseorang menahan pergerakannya, itu Raidin. Saat Alena menoleh, anak sulungnya itu memandang dengan tatapan lekat.
"Biarin Alesha sendiri, Ma," ujar Raka.
"Udah empat tahun, Mas. Tapi Alesha masih betah dengan kesendiriannya."
"Jangan nangis depan Alesha," peringatnya.
Alena baru di peringatkan saja sudah mau menangis, namun dengan sekuat tenaga dia tahan kemudian mengangguk.
"Ya udah, kita ke bawah dulu, yuk. Mama harus ingat satu kalimat yang selalu Alesha ucapkan saat dia sedih karena Alevan."
Alena tersenyum getir. "Alevan selalu hidup di hati kita."
Raka mengangguk, kemudian mencium kening istrinya. "Kita mulai yang baru, ya?" ucap Raka dengan tulus.
Alena mengangguk, membiarkan Raka pergi. Kemudian setelah kepergian Raka wanita itu menatap menantunya dengan begitu lekat, kemudian menutup pintu kamar itu, membiarkan Alesha sendiri.
Wanita paruh baya itu duduk di samping sang suami, di sana juga ada Nagita dan Andara yang menatapnya dengan tatapan penuh tanya.
"Gimana Alesha, Mbak?" tanya Nagita sedetik setelah Alena duduk.
"Seperti biasa, Na." jawab Alena seadanya.
Andara menggenggam tangan sang istri kemudian mengelusnya, dia paham pasti Nagita merasa sangat amat kecewa.
"Kita bisa apa? Alesha udah gede dan bisa nentuin kemana jalan hidupnya, kita sebagai orangtua cuma bisa mendukung apa pilihan Alesha." ujar Andara.
Tap! Tap! Tap!
Atensi mereka berempat langsung buyar saat mendengar suara langkah kaki, di sana Alesha sudah siap dengan pakaiannya. Kemeja hitam, celana jeans hitam, high heals hitam, selendang yang menutupi rambutnya juga kacamata hitam.
"Kamu mau ke mana sayang?" tanya Raka membuat langkah Alesha terhenti.
"Ke makam, Pa,"
Alena dan Nagita langsung berdiri kemudian menghampiri Alesha, kemudian memeluknya dengan erat seakan menyalurkan kekuatan untuk tetap tegar.
***
Alesha sedang membersihkan makam suaminya, menabur bunga kemudian memanjatkan doa ke Tuhan dengan tulus ikhlas hati.
"Echa,"
Suara itu, suara yang sangat Alesha rindukan masuk ke telinganya. Namun dengan cepat Alesha menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Pasti gue halu," gumamnya.
"Echa!"
Saat menoleh dia melihat Alevan dengan membawa sebuket bunga yang indah, kakinya cepat berlari menghampiri pria itu sampai akhirnya dia berhenti dengan raut wajah yang sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband 2 (SELESAI)
Ficção AdolescenteBELUM DI REVISI 10 November 2020-19 Maret 2021 Tadinya hubungan Alevan dan Alesha baik-baik saja. Alevan pun sudah mulai bisa menerima kondisinya dan juga Alesha selalu ada di sisi Alevan. Sampai.... Satu persatu masalah datang yang membuat Alevan b...