23. Demi Cinta

889 77 16
                                    

Tidak pernah ada yang baik tentang pemikiran bahwa 'Aku bahagia jika dia bahagia meski tidak bersamaku' karena pilihannya adalah bertahan dalam sakit atau pergi dengan luka.

Alesha senang karena Alevan sudah enakkan dan kini dia dibuat melayang karena pertama kali suaminya ini mengantarnya untuk cek kandungan, senang? Banget! Siapa yang tidak senang diperlakukan seperti orang paling istimewa?.

"Aku seneng kamu mau temenin aku cek up sayang" ujar Alesha dengan senyum sumringah. "dan pasti debaynya juga seneng banget dianter sama papahnya" lanjut Alesha sambil mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit.

Alevan hanya tersenyum simpul mendengar ucapan Alesha, dia juga senang dan dia bisa sedikit merasa lega karena akhirnya Alevan berani keluar dan bertemu orang banyak.

"Alesha? Alevan?" atensi Alesha berubah saat ada yang memanggilnya dan Alevan. "Kak Arsha? Apa kabar?" ujar Alesha dengan senyum merekah saat tahu yang memanggilnya adalah Arsha.

"I'm fine, kamu hari ini cek up?"

Alesha mengangguk dengan tersenyum simpul, kemudian Arsha duduk disamping Alevan lalu merangkul pundak Alevan yang sudah ia anggap adiknya sendiri.

"Gue seneng lo akhirnya berani keluar, Van. Gue tuh suka kasihan kalo liat Alesha sendirian cek upnya"

"Iya kak, ini juga sebenernya Echa yang maksa katanya siapa tahu kalo aku ikut jenis kelamin anaknya langsung ketahuan"

Arsha tertawa mendengar penuturan Alevan sementara Alesha hanya bisa diam dan memendam malu, tentu saja dia malu.

'Ale ngapain sih harus bilang itu ke kak Arsha? Rasa ingin nyeburin Ale kekolam renang dua meter gue! Untung sayang jadi gak bakal gue lakuin' batin Alesha merasa kesal namun dia tidak bisa lama kesal dengan Alevan.

"Udah siapin nama belum? Kan tinggal lima bulan lagi" tanya Arsha kembali memecah keheningan. "Udah dong kak, cewek cowok lagi kita udah kepikiran" jawab Alesha yang membuat Arsha senang.

"Tapi kakak ada felling nama anak kalian nanti pasti awalannya Ale lagi" ujar Arsha yang membuat Alevan dan Alesha tertawa.

***

Riani menatap pantulan dirinya dicermin dengan tatapan sendu, kalian boleh prihatin atau kasihan pada gadis itu.

Riani sudah seperti zombie dengan kantung mata yang terlihat jelas dibawah netranya, pipi yang tadinya chubby kini berubah menjadi tirus, wajahnya juga pucat pasi.

"Gue pengen mati" gumam Riani yang merasa dia sudah tidak ada gunanya untuk hidup.

Untuk apa bertahan kalau dia sudah tidak punya siapapun untuk dia ajak berbagi tangis dan tawa? Riani sudah kehilangan semuanya sekarang. Keluarga, sahabat, orang yang dia cintai semuanya seakan ditelan bumi secara bersamaan.

"Tapi gue akan melakukan apa yang bakal buat sahabat gue bahagia" gumam Riani dengan tersenyum miris.

Ting...

Ponsel Riani berdering singkat menampilkan notifikasi dari instagram, sebuah foto sepasang kekasih didalam mobil dengan sang gadis mengangkat tangan kanannya yang menampilkan sebuah cincin perak dengan berlian.

My Perfect Husband 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang