Cinta itu bisa membuatmu bahagia, tapi juga bisa membuatmu sedih.
"Alesannya itu karena lo Alevan!" sentak Nadien menunjuk wajah Alevan.
Alevan terdiam mengernyitkan keningnya mendengar jawaban Nadien. "Aku?" tanya Alevan sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya! Karena lo buta! Dan gue gak mau punya adek ipar tunanetra. Karena apa? Karena pasti nanti gue jadi bahan omongan temen-temen gue! Gue gak mau, Van gue gak mau!" jawab Nadien yang secara perlahan membuat hati Alevan sakit.
Nadien kembali melangkahkan kakinya namun dengan gesit tangannya dicekal oleh Alevan. "Mau apa lagi sih lo hah?!" sentak Nadien tersulut emosi.
"Kak Nadien tolong terima Kak Raidin kak...gak masalah kalo kak Nadien gak anggep aku adek kakak gak masalah buat aku suer deh," jawab Alevan yang membuat Nadien tertawa terbahak-bahak.
"Eh, lo telat ngomongnya, tahu gak? Semua orang udah tahu kalo lu itu adeknya Raidin. Tanpa Raidin kenalin juga udah ketahuan kali dari nama lo, Alevan Ardian Wardhana!" balas Nadien menatap sinis Alevan.
Saat Nadien ingin menyebrang dia tidak sadar ada mobil berkecepatan tinggi menghampirinya, indra pendengaran Alevan langsung menangkap suara mobil itu dan dia langsung menghampiri Nadien yang sudah agak jauh darinya tapi masih bisa dia dengar suara langkah kaki Nadien.
"Kak Nadien awas!" Alevan langsung mendorong gadis itu sampai jatuh diatas tuotoar sebrang.
Belum sempat Alevan menghindar mobil warna hitam itu langsung menghantam tubuh Alevan, tubuh cowok itu mengelinding diatas jalanan aspal.
"ALE!!" pekik Alesha saat melihat suaminya kesakitan.
Tenang saja Alevan tidak sampai pingsan dia tidak selemah itu, tertabrak mobil tidak seberapa sakitnya sampai membuatnya harus masuk rumah sakit lagi.
Raidin langsung memapah Alevan kekursi dekat sana. "Mana yang sakit sayang? Ada yang luka gak? Kita kerumah sakit, ya?" tanya Alesha bertubi-tubi karena kelewat khawatir.
"Aku gak papa kok, Cha... cuma sakit dikit aja," jawab Alevan tersenyum tipis.
***
"Gak papa ndasmu! Ini apaan woy luka ampe berdarah gini tangan lo!" ketus Raidin melihat darah segar yang mengalir ditangan kanan Alevan.
"Hm...mana kak?" tanya Alesha.
"Nih." jawab Raidin sambil menunjukan lengan Alevan yang terluka
"YA TUHAN KAMU BILANG GAK PAPA!!! INI HARUS DIOBATIN SAYANG!!" pekik Alesha melihat darah segar Alevan. "Sekarang kita pulang! Luka kamu harus diobatin sekarang!" lanjut Alesha langsung memberikan tongkat pada Alevan.
Tak lama Alevan dan Alesha pergi Nadien datang dengan menundukan kepalanya, Raidin yang melihat kedatang Nadien menghela napas berat sambil menatapnya datar.
"Puas kamu sekarang?" tanya Raidin datar. Nadien mengusap hidungnya yang sudah berubah merah.
"Aku minta maaf, Din," jawab Nadien serak.
"Aku kecewa sama kamu, Na! Aku pikir kamu bakal bisa nerima aku apa adanya tapi ternyata... kamu sama aja kaya cewek yang cuma mau sama aku karena nama dan harta aku." jelas Raidin penuh penenkanan dibeberapa kata.
"Kamu bilang apa sih, Din? Aku terima kamu apa adanya kok!"
Raidin tertawa hambar saat mendengar protesan Nadien barusan. Menerima dirinya apa adanya dia bilang? Jika dia tidak menerima Alevan adiknya apa itu yang bisa dikatakan menerima apa adanya? Sepertinya Nadien harus kuliah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband 2 (SELESAI)
Novela JuvenilBELUM DI REVISI 10 November 2020-19 Maret 2021 Tadinya hubungan Alevan dan Alesha baik-baik saja. Alevan pun sudah mulai bisa menerima kondisinya dan juga Alesha selalu ada di sisi Alevan. Sampai.... Satu persatu masalah datang yang membuat Alevan b...