Setelah dari ruangan Irene, Rio pun menuju ke bagian administrasi, dan bertemu dengan Sunny.
"Noona" panggil Rio pada Sunny, sambil berdiri di depan meja kasir yang setinggi kira-kira 1,5 meter.
"Ya dok ada yang bisa saya bantu?" Tanya Sunny ramah.
"Begini noona, aku ingin bertanya tentang biaya pengobatan untuk pasien di kamar nomor lima, bangsal anak-anak atas nama Kim Youra" jawab Rio.
"Baik, sebentar saya carikan dok" jawab Sunny yang kemudian mulai mengutak atik komputer nya.
"Begini dok rincian nya, untuk biaya kamar dan obat nya, itu 1,5 juta ₩ per hari, belum suntikan kemoterapi nya" jawab Sunny.
"Bisakah kita membuat perjanjian?" Bisik Rio mendekatkan wajahnya ke arah Sunny, gadis itu curiga, melihat ke kanan dan ke kiri untuk meyakinkan jika tak ada yang memperhatikan mereka, ia kemudian mengangguk lirih.
"Saya yang akan melunasi semua biaya pengobatan Youra, tapi noona, berjanjilah untuk tidak mengatakan pada siapa pun termasuk keluarga Youra sekalipun tentang siapa yang membayar nya" ujar Rio, Sunny terbelalak mendengar ucapan Rio, ia menatap haru juga bangga pada dokter muda itu.
"Tentu dokter tentu" balas Sunny cepat, Rio pun segera mengeluarkan kartu debet nya, yang mana tagihan akan dipotong kan pada saldo yang terdapat pada rekening Rio, meski hanya kartu debet dan bukan blackcard, isi nya tentu tak sedikit, karena ayah Rio bukan lah orang sembarangan, ditambah penghasilan nya sendiri dari menjadi dokter.
"Gumawo noona" ucap Rio sumringah begitu Sunny menyerahkan kembali kartu debet milik sang dokter.
Keesokan hari nya
Jisoo datang ke rumah sakit pagi-pagi sekali, ia langsung menemui Jennie sebelum bekerja.
"Pagi Jen" sapa nya membawa bingkisan berisi menu sarapan untuk Jennie.
"Pagi oppa" balas Jennie sumringah merasa punya teman.
"Ini sarapan mu" Jisoo mengulurkan bingkisan ditangan kanan nya.
"Gumawo oppa" balas Jennie yang memang sudah sangat lapar, karena semalaman ia tak tidur, Youra mengeluh sakit, jadi ia harus menenangkan nya, Jisoo tersenyum melihat lahap nya Jennie makan.
"Oppa tidak bekerja?" Tanya Jennie setelah selesai sarapan.
"Ini oppa mau berangkat, tapi aku ingin melihat keadaan Youra terlebih dahulu" jawab Jisoo.
"Jen"
"Ya oppa?" Jennie menatap Jisoo serius.
"Aku ada uang 3 juta ₩, pakailah dulu untuk membiayai Youra" ujar Jisoo menyerahkan amplop coklat berisi lembaran uang tabungan milik Jisoo yang sudah ia kumpulkan selama tiga tahun.
"Tidak oppa, tolong jangan lakukan ini" tolak Jennie sungkan, karena ia sudah terlalu banyak merepotkan Jisoo selama ini.
"Jennie, hanya ini yang bisa kulakukan untuk kalian, aku juga menyayangi Youra seperti dongsaeng ku sendiri Jenn" bujuk Jisoo memohon, dan Jennie pun terpaksa menerima nya.
"Aku berangkat dulu ne" pamit Jisoo.
"Ne, hati-hati" balas Jennie, Jisoo pun hendak membuka pintu.
"Oppa" panggil Jennie, Jisoo pun menoleh.
"Gumawo" balas nya dengan ekspresi sungkan, canggung jadi satu.
Jennie berjalan cepat menuju ke bagian administrasi, untuk menyerahkan uang pengobatan Youra.
"Maaf nona, disini, biaya atas pasien bernama Kim Youra sudah lunas" ujar Sunny membacakan keterangan dikomputer nya.
"Siapa yang membayar nya unnie?" Tanya Jennie bingung, ia terkejut karena ia tak punya siapa-siapa di Korea Selatan dan kini tiba-tiba tagihan nya sudah terbayar lunas.
"Unnie, tolong chek sekali lagi?" Pinta Jennie tak percaya, Sunny pun pergi ke komputer lain.
"Disini pun sama nona, sudah lunas, dan ini bukti nya" sunny menyerahkan kertas fotocopy bukti pembayaran dan tagihan yang terbayar lunas.
"Terima kasih unnie, maaf merepotkan mu" lirih Jennie menerima kertas pemberian sunny.
"Bukan kamu yang melakukan nya kan dok?" Tanya Seulgi yang kebetulan sedang melewati Jennie di depan meja kasir rumah sakit, ia dan Rio baru datang yang kebetulan bersamaan.
"Tentu saja bukan" elak Rio.
Dan akhir nya, kemoterapi pertama pada Youra disuntikan siang itu, Jennie menggenggam erat tangan kanan dongsaeng nya.
"Ini tidak sakit, jangan menangis ne, unnie disini" hibur Jennie mencoba meyakinkan Youra, gadis kecil itu mengangguk.
Dan setelah di suntik, dokter pun keluar dari ruangan rawat inap Youra, bahan kimia dosis tinggi yang disuntik kan masih belum bereaksi, dan Youra masih tenang, sampai dua jam kemudian.
"Unnie aku pusing" keluh Youra tak berani membuka kedua matanya, obat mulai memberi effek pada tubuh Youra.
Rio keluar dari ruangan nya bersama Seulgi untuk makan siang, mereka berjalan beriringan melewati lorong rumah sakit.
"Unnie, kepala ku sakit" tangis Youra, Jennie pun panik, gugup karena ia hanya sendirian mengurus Youra.
"Yang mana sakit? Unnie pijat ya?" Tawar Jennie.
"SAKIT UNNIE!" teriak Youra yang mulai tak tahan dengan rasa yang menyerang tubuh nya, Jennie yang panik pun mulai menangis, tak tahu harus bagaimana, mendengar teriakan Youra, Rio pun menghentikan langkah nya.
"Seul, tunggu sebentar" ujar Rio untuk meyakinkan pendengaran nya, dan benar, Youra kembali berteriak kesakitan, Rio pun segera berjalan terburu-buru menuju ke kamar Youra, dan tanpa mengetuk.
Ceklek
Jennie berusaha menenangkan Youra dengan memeluknya, tapi bocah itu menjerit dan meronta, hingga sang unnie kewalahan.
"Youra!" Panik Rio, ia lalu menahan tangan si gadis kecil yang meronta, Jennie pun menyingkir.
"Youra mual, Youra mual!" Teriak nya.
"Seul" Rio memberi kode pada Seulgi untuk membantu nya memegang infus ditangan Youra, Rio menggendong gadis kecil itu memasuki kamar mandi, untuk mengeluarkan isi perut nya, merasa tak tega mendengar suara dongsaeng nya, Jennie berlari keluar kamar sambil menutup mulut nya, ia menangis hebat sambil menyandarkan punggung nya di dinding, sendirian.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Sorrow
Fanfictionkisah cinta dokter muda Lee Mario Manoban, yang menyukai gadis pelarian dari Korea Utara, Kim Jennie, jatuh cinta pada pandangan pertama, namun hati keduanya tak mudah untuk disatukan, kenapa? Ikuti saja kisah mereka.