21. Cinta Dalam Duka

2.4K 329 54
                                    

Jennie tak kuasa lagi untuk menahan tangisnya, ia meraung dalam pelukan Rio, baru beberapa bulan yang lalu ia kehilangan kedua orang tua nya karena kekejaman penguasa negara asal nya, kini sang dongsaeng satu-satunya juga harus pergi meninggalkan Jennie di negara yang tak ia kenal.



Tap. . . Tap. . . Tap. . .



Suara langkah kaki tergesa terdengar di lorong rumah sakit, mereka adalah Rose, Sicca eomma dan Dong Hae appa.



"Jennie, Rio" seru Sicca eomma melihat Rio tengah menghibur Jennie yang sedang berduka.


"Eomma" sambut Rio


"Jenn" Rose langsung memeluk Jennie, bersama Jessica


"Boy" Dong Hae appa menepuk-nepuk kepala sang putra, yang malah langsung memeluk nya, Rio menggigit tangan nya dibalik punggung sang ayah untuk menahan isakan nya.



"Aku menyayangi nya appa, aku menyayangi nya" isak Rio lirih agar tak terdengar oleh Jennie.

"Appa tahu, relakan ne, agar dia tenang" hibur Dong Hae.


"Kamu harus kuat, bukan kah kamu menjadi oppa sekarang? Demi dongsaeng mu" nasihat sang ayah mengusap-usap kepala belakang Rio.



Keesokan hari nya

Youra pun dimakam kan, Jennie menyandarkan kepalanya dalam dekapan Rio dengan wajah sembab nya, tak ada tangis, karena sepertinya air mata telah habis tercurah seharian kemarin, mereka mulai menerima kepergian Youra.


Jisoo, Yeri dan Joy, mendekati Jennie dan Rio untuk mengucapkan bela sungkawa, hati Jisoo terasa hancur, sakit kehilangan Youra, dan kini ia melihat Jennie yang seolah begitu lengket dengan Rio akhir-akhir ini.



Saat semua sudah pulang, Jennie dan Rio tetap tinggal, karena belum tega untuk meninggalkan Youra.


"Aku tak punya tujuan hidup lagi oppa" lirih Jennie menatap kosong pada gundukan tanah yang masih basah.



"Tolong jangan bicara seperti itu Jenn" balas Rio.


"Youra pernah mengatakan pada ku, jika ia ingin menjodohkan ku dengan mu" kata Rio, yang membuat Jennie langsung menoleh pada pria disamping nya itu.



"Aku tak tahu, apakah dia serius atau bercanda, tapi aku senang mendengar niatan Youra, karena sejujur nya, aku telah jatuh cinta pada mu, disaat kita pertama kali  bertemu di toko" ungkap Rio, Jennie tertegun.

"Mau kah kamu menjadi satu-satunya tujuan hidupku sekarang? Menjadi alasan bagi ku untuk segera pulang setelah bekerja, menjadi wanita yang kelak akan memberiku keturunan, menjadi wanita yang akan ku bahagiakan?" Tanya Rio menatap balik ke arah Jennie.


"Aku pun tadi nya tak memiliki tujuan hidup yang pasti, karena ku pikir membahagiakan appa dan eomma sudah cukup, tapi semua berubah semenjak aku bertemu dengan mu, kini saat nya bagi mu untuk menemukan laki-laki yang akan menjaga dan melindungi mu" tutur Rio, Jennie terdiam tak percaya.



"Mau kah Jenn? Youra yang akan menjadi saksi nya, apakah kamu mau menerima ku atau tidak" ulang Rio karena Jennie hanya terdiam.

Set


Jennie langsung memeluk Rio dan mengangguk cepat, menerima pernyataan cinta Rio.



"Pulang ya, hari sudah mulai gelap" ajak Rio masih sambil memeluk Jennie, gadis yang telah resmi menjadi kekasih nya itu pun mengangguk.


Rio membawa Jennie pulang ke rumah keluarga nya, ia tentu tak akan membiarkan sang kekasih berada di kontrakan nya sendirian dimasa-masa berkabung seperti ini.

"Kalian sudah pulang?" Sapa Sicca eomma.


"Ne eomma" jawab Rio.


"Sayang, tolong antar Jennie ke kamar tamu ne, biar dia membersihkan diri dulu sebelum makan malam" pinta sang eomma pada Rose putri sulung nya.



"Ayo Jenn" ajak Rose.


Tok. . . Tok. . . Tok. . .


Suara ketukan pintu di rumah keluarga Lee pun membuat suasana menjadi tegang, karena tak biasanya ada tamu malam-malam begini di rumah mereka.



"Biar Rio yang membukanya appa" kata Rio yang kemudian berjalan menuju pintu ruang tamu.



Ceklek



"Selamat malam tuan" sapa sang tamu.




"Iya?" Jawab Rio.



"Kami dari kantor imigrasi, mendengar jika ada imigran pelarian dari Korea Utara bernama Kim Jennie, yang tinggal disini tanpa ijin resmi pemerintah, jadi kami ingin menjemput dan mendeportasi nya ke negara asal" ucap sang tamu.



Duar



Rio bagai disambar petir mendengar ucapan sang tamu, wajah nya menjadi pucat pasi.





"Appa" panggil Rio berteriak dari ruang tamu, mendengar suara Rio yang tak biasa, Dong Hae, dan Jesicca pun segera menghampiri sang putra, termasuk Jennie dan Rose yang urung ke kamar tamu.




"Ada apa boy?" Tanya Dong Hae panik.





"Siapa kalian?" Kaget sang tuan rumah.





"Kami dari kantor imigrasi tuan"




Deg




Jennie langsung menunduk, karena ia tahu siapa yang di cari, di rumah keluarga Lee.






"Mencari seseorang bernama Kim Jennie" lanjut sang petugas.




"Saya" Jennie langsung menampakan diri dari balik punggung Jessica dan Rose.





"Ikut kami ke kantor imigrasi noona, untuk segera di deportasi kembali ke negara asal" ujar sang petugas.




"Baik" jawab Jennie yang langsung berjalan melewati pintu utama rumah keluarga Lee.





"Jenn" tahan Rio meraih tangan kiri Jennie.





"Maaf aku belum sempat bercerita pada mu tentang siapa aku oppa" lirih Jennie dengan wajah penuh penyesalan, gadis itu pun berpamitan pada keluarga tanpa membawa barang-barang nya yang tertinggal di kontrakan nya.





"Sir, tak bisakah kita bernegosiasi lebih dahulu?" Pinta Rio pada petugas.




"Maaf tuan, ini bersangkutan dengan keamanan dan keselamatan negara kita" tolak sang petugas.




"Jenn" Rio tak rela melepas kepergian gadis yang baru saja resmi menjadi kekasih nya itu, Jennie memberi nya senyum palsu, dimana sangat terlihat dari pancaran matanya jika ia tidak sedang dalam kondisi baik-baik saja.





"Jika Tuhan berkehendak, kita pasti akan bertemu lagi oppa" ujar Jennie pasrah.





"Tidak tidak, aku ingin memperjuangkan mu Jenn, kita tidak boleh menyerah" Rio terus berujar sambil mengikuti langkah sang gadis menuju mobil petugas.




"Aku percaya pada mu oppa" ujar Jennie sebelum memasuki mobil.





Bugh




Petugas menutup pintu mobil nya, dan berlalu meninggalkan kediaman keluarga Lee.




"Astaga, cobaan apa lagi ini" gumam Rio frustasi.





#TBC





Love In SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang