11. Tersiksa

2.3K 324 42
                                    

Dan setelah mengeluarkan isi perutnya, Youra pun mulai tenang, Rio membaringkan kembali tubuh gadis kecil yang mulai mengurus itu, mereka berdua pun segera keluar dari kamar Youra.


"Noona, Youra sudah tertidur, masuk lah" beritahu Rio pada Jennie.


"Gumawo dokter, aku tak tahu harus bagaimana jika dokter Rio dan. . ." Jennie menggantungkan kalimat nya menatap pria disamping sang dokter.


"Seulgi" sahut sang asisten.


"Ne, Seulgi oppa, terima kasih atas bantuan kalian" Jennie membungkuk, setelah itu Rio dan Seulgi pun melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda tadi, yaitu menuju kantin untuk makan siang.



Rio membawakan makan siang untuk Jennie yang ia beli dari kantin, sambil bercanda dengan Seulgi, mereka berjalan hendak kembali ka tempat mereka bekerja.

Rio membawakan makan siang untuk Jennie yang ia beli dari kantin, sambil bercanda dengan Seulgi, mereka berjalan hendak kembali ka tempat mereka bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu menyukai nya dok?" Goda Seulgi.




"Tidak, aku hanya merasa bahwa dia belum makan, jadi apa salah nya aku membawakan makan siang untuk nya" elak Rio.




Deg



Rio mematung menatap pemandangan di depan nya, Jennie sedang mengadu pada Jisoo, dalam posisi berpelukan, hati Rio pasti sakit, luka dihatinya pasti akan kembali berdarah setiap menyaksikan Jennie dan Jisoo bermesraan, Seulgi melirik boss nya, yang ia tahu tidak dalam kondisi baik-baik saja, Rio kemudian berjalan mendekati meja kasir.



"Noona, ini untuk mu" Rio menyerahkan makanan nya pada Sunny.



"Wah anda baik sekali, terima kasih dokter" girang Sunny, Rio tersenyum palsu.


"Kamu tak bisa membohongi ku Rio" batin Seulgi menatap miris punggung sahabat nya itu, beruntung nya sebelum Rio mulai melewati Jennie, gadis itu sudah lebih dulu masuk ke kamar rawat inap Youra, setidaknya siksaan Rio sedikit berkurang.


Dan hari ini, Rio lah yang mendapat tugas piket, sebagai dokter jaga 24 jam, full, ia mengemasi peralatan nya, sebelum menuju ke ruang piket.


"Dok, aku pulang ya" pamit Seul.


"Ne, hati-hati Seul" pesan Rio.


Ketika Rio sedang berjalan menuju ke ruang piket, ia menghela nafas, melihat Jisoo membawa minuman memasuki kamar Youra, yang arti nya dia pasti menginap, batin Rio, yang rasanya tak rela, tapi dia juga tak bisa berbuat apa-apa.

Ruang piket dokter di lengkapi kamar tidur dan kamar mandi, sebagai tempat beristirahat, Rio pun segera mandi dan bersiap untuk memulai tugas nya.

Jam 9 malam, suasana rumah sakit mulai hening, dan Rio, ia gelisah memikirkan Jennie, matanya tak bisa terpejam, padahal, setiap mengingat gadis itu, perasaan nya akan kembali tersiksa, ia pun lantas terbangun dari rebahan nya, dan keluar dari ruangan, menuju ke vending mesin yang berada di sudut lorong, sambil berjalan Rio mulai menyesap minuman kaleng nya, sampai akhir nya ia melihat Jennie duduk sendirian di kursi tunggu depan kamar Youra, Rio pun mendekati nya.




"Hey" sapa Rio dengan tangan yang memegang kaleng minuman nya.


"Dokter" kaget Jennie yang tadi nya hanya diam melamun.


"Boleh saya ikut duduk?" Ijin Rio.

"B-boleh dok" gugup Jennie yang terkejut dengan kedatangan Rio, sang dokter pun langsung duduk disamping kiri Jennie.


"Kenapa diluar?" Tanya Rio berbasa-basi.


"Aku bosan di dalam sendirian dok, Youra juga sudah tertidur lagi setelah meminum obat nya" jawab Jennie, dalam hati Rio bertanya "kemana kekasih nya?" Yang ia lihat tadi sore, tapi Rio hanya memendam nya, karena itu bukan urusan nya.



"Dok" kini Jennie yang membuyarkan lamunan Rio.





"Ya noona?" Balas Rio.





"Jennie saja" ralat sang gadis.




"Ya Jennie" gumam Rio lirih dengan senyum mengembang di bibir nya.




"Apa Youra akan mengalami kesakitan terus setiap selesai kemo?" Tanya Jennie menatap Rio serius.




"Iya, itu effek dari kemo yang dijalani nya, pusing, kemudian muntah-muntah, tapi setelah itu ia akan tertidur" jelas Rio.




"Tapi Youra pernah mengeluh sakit diseluruh tulang nya, apa itu juga effek dari kemo nya?" Tanya Jennie, Rio menggeleng.




"Bukan, tapi itu memang yang dirasakan oleh penderita leukimia" balas sang dokter.




"Aku takut dok, menghadapi Youra yang seperti tadi, minggu depan, dan itu akan terus terjadi sampai dua bulan lama nya, sementara aku tak punya yang lain, oppa bekerja" curhat Jennie, menunduk sambil memainkan jari nya gelisah.




"Tapi Youra butuh kamu, jangan takut, kamu ingin dia sembuh kan?" Tanya Rio memberi semangat pada Jennie.



"Ya, aku tak mau kehilangan Youra, satu-satunya keluarga yang aku miliki sekarang" gumam Jennie




"Dan jangan sungkan nanti untuk meminta bantuanku" tawar Rio, Jennie langsung menoleh cepat ke arah Rio.



"Boleh aku meminta nomor telpon dokter?" Tanya Jennie lancang, dia adalah gadis yang lugu dan polos, jadi tak tahu jika keberanian nya itu, mungkin bisa saja membuat beberapa orang tidak nyaman, tapi tidak dengan Rio, ia tersenyum, lalu merogoh ponsel nya disaku celana dan menyodorkan nya pada Jennie.




Tak terasa jam sudah menunjukan pada angka 23.12 KST




"Ini sudah malam, masuk dan beristirhat lah, jangan sampai kamu juga ikut sakit" ujar Rio.




"Baik dok, dan terima kasih" balas Jennie memberi senyum terbaik nya pada Rio.

Jennie memegang dada kiri nya sendiri, sambil bersandar pada pintu kamar rawat inap Youra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie memegang dada kiri nya sendiri, sambil bersandar pada pintu kamar rawat inap Youra.



"Kenapa rasanya seperti ini? Mendebarkan, memalukan, menegang kan, tapi aku menyukai sensasi nya, ada apa ini Tuhan?" Batin Jennie menggigit bibir bawah nya, dan di luar, Rio masih belum beranjak, tapi masih berdiri sambil tersenyum tak percaya menatap pintu yang baru saja menelan tubuh Jennie.






#TBC

Love In SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang