15. Pertemuan Yang Tak Terduga

2.3K 328 35
                                    

Hampir sebulan lama nya, Rio selalu melewatkan makan malam nya bersama keluarga Lee, kadang ia bahkan tidak pulang jika mendapat jadwal piket, hal ini tentu membuat Rose sang noona khawatir, ia merindukan dongsaeng nya, rindu pada pertengkaran mereka, bagitu juga dengan Dong Hae appa dan Sicca eomma, rumah terasa sepi, tanpa si maknae.



"Appa, aku bawa mobil sendiri ne? Sekalian mau ke Jung Hospital dan menyeret anak itu pulang" sarkas Rose meminta ijin sang appa, tapi mereka malah tertawa.



"Ne, hati-hati, dan jangan buat keributan di sana nanti" pesan Sicca eomma bercanda, Rose terkikik lucu.



"Bukan nya appa sudah menyuruhmu untuk membawa mobil mu sendiri" balas sang appa.



"Aku malas appa, jika tidak mendesak aku masih bisa mengandalkan appa dan Rio" curang Rose.


Sorenya

Rose datang ke rumah sakit Jung Hospital, ia langsung menuju ke ruang praktek sang dongsaeng, Seulgi yang tahu kedatangan Rose pun terkejut.


"Jangan beritahu dia" pesan Rose, Seulgi mengangguk, Rio telah siap hendak keluar dari ruangan nya.




Ceklek




Glek



Rio menelan ludah nya, melihat Rose berdiri tepat di ambang pintu sambil menyilangkan kedua tangan nya di dada, dan wajah dingin nya.

Rio menelan ludah nya, melihat Rose berdiri tepat di ambang pintu sambil menyilangkan kedua tangan nya di dada, dan wajah dingin nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Noona" kejut nya, Rose langsung mendorong tubuh Rio kembali memasuki ruangan nya.



"Jelaskan, kenapa kamu sering pulang malam sekarang? Dan bahkan kadang tidak pulang, orang rumah mencemaskan mu boy" kesal Rose, Rio yang terdorong masuk pun dibuat gugup dan takut dengan wajah marah sang noona.

Rio menghela nafas lelah, ia kemudian menunduk lemah, Rose mengerutkan kening nya melihat sang dongsaeng menyadarkan pantat nya diatas meja kerja nya.


"Noona ingat waktu aku bilang menyukai gadis pada pandangan pertama, sewaktu kita membeli roti di La Tarte Bakery malam itu?" Tanya Rio, Rose mengerutkan kening nya mencoba mengingat.

"Iya, lalu?" Tanya nya setelah Rose mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu.


"Gadis itu memiliki seorang dongsaeng berumur sepuluh tahun, yang menderita leukimia stadium akhir, dia dirawat disini, aku yang dulu mengantar nya, sewaktu noona menyuruhku membeli kue lagi waktu itu, ia pingsang di toko roti" cerita Rio, mulut Rose menganga tak percaya, mendengar cerita dongsaeng nya, meski belum mengenal sosok yang Rio ceritakan tapi jika itu bersangkutan dengan anak-anak, Rose pasti bakal menaruh rasa iba.



"Kadang aku menemani si kecil, ketika unnie  nya bekerja" lanjut Rio

"Aku tentu tak bisa membiarkan orang yang aku cintai menanggung semua nya sendirian, meski ia belum tahu tentang perasaanku pada nya" imbuhnya lagi, Rose yang mendengar cerita sang dongsaeng pun ikut merasa iba pada kisah dua gadis itu.


Love In SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang