kisah cinta dokter muda Lee Mario Manoban, yang menyukai gadis pelarian dari Korea Utara, Kim Jennie, jatuh cinta pada pandangan pertama, namun hati keduanya tak mudah untuk disatukan, kenapa? Ikuti saja kisah mereka.
Keluarga Lee baru saja selesai makan malam, Dong Hae sang kepala keluarga sedang menikmati teh buatan sang istri dan cookies coklat, ditemani Jessica, sedangkan Rio dan Rose menikmati jus mangga buatan eomma.
"Appa, eomma, Rio sedang jatuh cinta" adu Rose jahil.
Glek
Rio terkejut, begitu juga sang appa dan eomma mereka yang langsung menatap penuh selidik pada Rio, meski mereka tidak marah, atau setidaknya belum, tapi Rio tetaplah takut akan diomeli oleh orang tuanya.
"Dengan siapa?" Tanya sang appa dengan wajah polos, Rose terpingkal.
"Dengan. . . %#&^$*¥¥€"
"Noona!" Rio langsung membungkam mulut Rose dengan tangan kanan nya, dan menindih tubuh gadis yang lebih dewasa setahun dari nya itu, Rose menjerit.
"Aarrghhh. . ." Giliran Rio mengerang karena Rose menarik rambut nya.
"Aww. . . Aww. . . Eommaaaa. . ." Teriak Rose kesakitan mengadu pada sang ibu karena Rio mencubit kedua pipi nya, Jessica dan Dong Hae terbahak melihat Rose menarik rambut Rio, dan tangan Rio bertengger di kedua pipi noona nya, mereka sudah hampir berusia tiga puluh tahun, tapi masih sering bercanda dengan fisik.
"Sudah. . . Sudah. . . Rio lepas kan noona mu" lerai Jessica.
"Appa dia belum melepas rambut ku" Rio yang tak mau kalah pun mengadu pada sang ayah.
"Rose. . ." Tegur sang ayah tak berniat untuk memarahi kedua nya.
"Aku hitung sampai 3 ok?" Tawar Rose, Rio mengangguk.
"1. . . 2. . . 3" seru Rose, kedua nya lantas melepaskan cengkeraman tangan masing-masing, Rio langsung menyisir rambut nya dengan tangan kanan, sedangkan Rose cemberut sambil mengusap-usap pipi nya bekas cubitan Rio.
"Rasanya rambutku seperti mau tercabut dari kepala ku" keluh Rio.
"Rasanya pipi ku juga akan koyak oleh ulah mu" balas Rose, jika di rumah kedua nya memang lebih sering bertengkar, tapi tidak sampai marahan, karena setelah itu Rose merebahkan kepala nya di atas punggung Rio yang tengkurap diatas karpet sambil bermain game, sedangkan Rose sedang mengechek ponsel nya.
Si sulung itu memang seringkali berbuat usil pada namdongsaeng nya, tapi justru dari situlah rasa sayang sesama saudara mereka tumbuh kuat.
Pagi-pagi sekali
Rio sudah hendak berangkat ke rumah sakit, tapi sang noona menghadang nya, dan tanpa dosa langsung duduk dibangku depan.
"Antar aku, appa mau ke Amerika hari ini jadi tidak ke kantor" katanya pada Rio, dan ini saat nya Rio membalas dendam, ia melajukan mobil nya ke rumah sakit.
"Kenapa kita kesini? Kantor ku sudah terlewat Rio" protes Rose.
"Noona berangkat sendiri saja dengan mobil ku, nanti jemput aku jam lima" kekeh nya sebelum menutup pintu mobil.
"Aarghh" Rose mengerang kesal, ingin sekali menendang pantat dongsaeng nya yang terbahak-bahak sambil berjalan menuju gedung rumah sakit.
Rio mematung, mendapati seorang gadis menunggu di depan ruang praktek nya, ia menoleh pada Seulgi, tapi asisten nya itu mengangguk, yang arti nya gadis itu sudah mendaftar, Rio pun segera memasuki ruangan praktek nya, dan bersiap untuk memeriksa pasien pertama nya.
"Nona Victoria Song" panggil Seulgi, wanita tadi pun segera berdiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Silakan masuk, dokter sudah menunggu anda" ujar Seulgi membuka kan pintu ruang periksa.
"Terima kasih" balas nya ramah, lalu memasuki ruangan, Rio pun sudah menunggu lengkap dengan stetoskop yang menggantung di leher nya.
"Selamat pagi nona, silakan duduk dulu, dan coba ceritakan tentang keluhan yang anda alami" ujar Rio, ramah, ia memang akan selalu seperti itu pada pasien mana pun.
"Selamat pagi juga dok, ini dok, jantung saya rasanya berdetak lebih cepat dari biasa nya" jawab Victoria serius.
"Suara duk duk nya kencang sekali, seperti saat ini dok" panik Victoria.
"Nafas saya juga rasa nya berat" tubuh Victoria mulai melemah, takut terjadi sesuatu dengan pasien nya, Rio buru-buru berdiri dan menahan tubuh Victoria yang nyaris tumbang.
"Nona" kaget Rio, ia menahan tubuh atas pasien nya itu yang sudah menutup kedua mata nya.
"Nona" panggil Rio lagi.
Jeng
Victoria tiba-tiba membuka kedua matanya, lalu berkata
"Coba rasakan dok, debaran jantung saya yang tak biasa ini" Victoria meraih sebelah tangan Rio dan meletak kan di dada kiri nya.
Blush
Wajah Rio langsung merona, tapi dia masih bisa mengendalikan diri nya, karena jika tidak, ia pasti sudah membiarkan Victoria jatuh sekarang.
Rio langsung menarik tangan nya, dan menegak kan tubuh Victoria yang merasa menang, karena berhasil membuat Rio gugup dan salah tingkah.
"Maaf nona, anda tidak sakit" ujar Rio kikuk, dia merasa canggung sekarang.
"Tapi dokter merasakan sendiri kan debaran jantung saya" Victoria masih berusaha merayu Rio, tapi pemuda itu acuh.
Sementara di tempat lain
Youra nampak pucat, ia mengeluh pusing pada Jennie.
"Kamu di rumah saja ya hari ini" ujar Jennie sambil menyelimuti dongsaeng nya itu yang mengangguk lemah.
"Nanti unnie pulang saat makan siang ne" lagi-lagi Youra hanya mengangguk.
Tak ada yang menjaga Youra, karena Jennie bekerja, dan ia sengaja tak memberitahu Jisoo karena ia sungkan, takut merepot kan, Youra yang mandiri pun tak masalah, dia sudah terbiasa mandiri tanpa unnie nya yang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.