16. Effek

2.4K 328 34
                                        

Rose jadi sering berkunjung ke rumah sakit sekarang, untuk menjenguk Youra, mereka tengah bermain berdua dengan mainan yang bawa Rose untuk Youra.

"Kyaa. . ." Teriak Rose kala susunan balok uno staco yang dia susun hancur berantakan, Youra terpingkal mengejek.

"Youra baru sekali kalah unnie" jahilnya

Dan Jisoo, ia menjadi jarang mengunjungi Youra karena kesibukan nya di toko, salah satu teman nya mengundurkan diri, jadi untuk sementara ia yang mengisi kekosongan tenaga kerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan Jisoo, ia menjadi jarang mengunjungi Youra karena kesibukan nya di toko, salah satu teman nya mengundurkan diri, jadi untuk sementara ia yang mengisi kekosongan tenaga kerja.

Dan sekali nya ia datang, suasana menjadi berbeda, ia seolah merasa asing diantara Jennie, Youra, dan Rose, Rio tak ada karena ia belum selesai bekerja.


"Unnie, kapan dokter Rio datang?" Tanya Youra pada Rose, karena Jennie sedang menemani Jisoo yang tadi nya duduk disofa sendirian.


"Tadi unnie tanya jam lima dia akan sudah akan tiba disini, kita tunggu saja, kalau setengah jam lagi dia tidak segera tiba disini, biar unnie omeli dia sampai telinga nya panas" ancam Rose bercanda, Youra pun terpingkal mendengar ucapan Rose, tak berapa lama.




Tok. . . Tok. . .




Ceklek



"Hi" Rio langsung masuk tanpa menunggu seseorang membukakan pintu terlebih dahulu.


"Oh ada tamu rupa nya, hyung" sapa Rio membungkuk pada Jisoo, yang membalas nya dengan senyuman canggung dan anggukan, tanpa sungkan, Rio langsung berjalan menuju ke arah bangsal Youra, dan Jennie melirik malu-malu pada dokter muda itu.

"Oh ada tamu rupa nya, hyung" sapa Rio membungkuk pada Jisoo, yang membalas nya dengan senyuman canggung dan anggukan, tanpa sungkan, Rio langsung berjalan menuju ke arah bangsal Youra, dan Jennie melirik malu-malu pada dokter muda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dan Jisoo tahu itu, jika gadis disamping nya itu menaruh perasaan pada Rio, karena semua terlihat jelas dari cara Jennie dalam menatap, berbicara dan gestur tubuh Jennie jika menyangkut dengan Rio.


"Dokter oppa kenapa lama sekali?" Protes Youra manja




"Oppa tadi keluar membeli ini dulu" jawab Rio menunjukan mainan di tangan nya.



"Apa itu?" Tanya Rose mengerutkan kening nya.




"Crocodile dentist" jawab Rio tersenyum lebar

"Bagaimana cara main nya dokter?" Tanya Youra antusias

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana cara main nya dokter?" Tanya Youra antusias.




"Ayo kita main bersama" ajak Rose semangat.




"Bagaimana toko hari ini oppa?" Tanya Jennie mengajak Jisoo mengobrol.



"Hari ini lumayan ramai, jadi harus menambah stock sesering mungkin" jawab Jisoo.




"Maaf aku tidak bisa mengunjungi Youra lebih sering sekarang, karena toko belum dapat pegawai baru lagi, jadi aku harus bekerja dua sift" sesal Jisoo.



"Tidak apa-apa oppa, aku bisa mengerti, jangan dipaksakan untuk kesini, oppa juga butuh istirahat" balas Jennie, Jisoo tersenyum senang dengan perhatian gadis pujaan nya itu.






"Kyaaa. . ." Rose menjerit karena jari telunjuk kanan nya tergigit mainan yang sang dongsaeng bawa tadi, dan Youra malah terpingkal menertawakan nya bersama Rio, melihat keseruan mereka, Jennie pun penasaran, ingin sekali ia ikut bergabung, tapi tak enak pada Jisoo.



"Jenn" panggil Jisoo pada gadis yang terus menatap ke arah Rio, Youra dan Rose itu.


"Ne oppa" jawab Jennie, langsung menoleh ke Jisoo



"Aku pulang ne" pamit nya




"Akh, ne oppa, hati-hati di jalan" sahut Jennie, Jisoo merasa aneh dengan reaksi sang gadis yang sepertinya ingin Jisoo pergi segera.



Dan benar, Jisoo mengintip dari balik pintu kaca kamar Youra, ia melihat Jennie yang langsung ikut bergabung dengan mengambil posisi di dekat Rio, sesak, itu yang Jisoo rasakan sekarang, ia pun berbalik sambil menundukan kepala nya, meninggalkan rumah sakit.





Sebulan sudah, Youra di rumah sakit, ia mulai merasakan perubahan pada tubuh nya yang malah kian melemah, meski wajah nya memucat, tapi Youra masih mampu membaca dan menanggapi obrolan, meski kini ia hanya bisa berbaring dan tak bisa dibawa kemana-mana lagi, rambut nya pun bahkan sudah mulai rontok, effek dari suntikan kemoterapy yang sudah empat kali ia terima bulan ini.



"Oppa" Jennie sedang duduk bersama Jisoo sekarang, menjaga Youra yang tadi siang mendapatkan suntikan kemoterapi untuk yang ke lima kali nya, gadis kecil itu sedang tertidur sekarang.




"Bagaimana jika aku mengundurkan diri dari pekerjaan ku saja oppa? Aku ingin fokus pada pengobatan Youra" Jennie meminta pendapat pada Jisoo yang dulu mencarikan pekerjaan untuk nya.



"Baiklah, aku bantu untuk berbicara dengam Joy nanti, dia pasti mengerti dengan alasan mu" Jisoo mendukung keputusan Jennie.



Saat ini, seperti biasa, Rio dan Rose menemani Youra, Jennie terus menatap sang dokter yang paham dengan maksud tatapan Jennie, ia pun mendekati gadis itu dan duduk disamping nya.



"Dokter Irene ingin bertemu dengan ku sekarang, dan aku takut dokter" adu Jennie lirih.


"Mau ku temani?" Tawar Rio menatap wajah samping Jennie.



"Apa tidak merepotkan?" Jennie pun juga menoleh menatap Rio.




"Tidak, ayo" ajak Rio



"Noona, aku tinggal keluar sebentar ne" pamit Rio pada Rose, gadis itu hanya memberi kode 'OK' dengan tangan nya.


Mereka pun tiba di ruang praktek Irene, yang langsung menyuruhnya masuk, Jennie duduk disebelah kanan Rio, berhadapan dengan dokter yang menangani Youra itu.



"Begini Jenn" ucap Irene



"Kanker di tubuh Youra ternyata begitu kuat, hingga mampu melawan obat yang masuk ke tubuh Youra, aku berencana untuk memperpanjang dosis pemberian kemoterapi sebulan lagi" jelas Irene, Jennie yang mendengar penjelasan Irene pun langsung gemetar, Rio menggengam tangan kanan Jennie.



"Tapi masih ada kesempatan sembuh untuk Youra kan dok?" Tanya Jennie dengan suara serak.



"Kita perjuangkan itu bersama, ok?!" Irene pun juga tak bisa memberi kepastian, bagaimana pun ia hanya seorang dokter, dan garis hidup seseorang, Tuhan lah yang menentukan, tugas nya hanya untuk berusaha memperjuangkan.




#TBC



Love In SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang