19. Lunch

2.2K 305 30
                                    

Youra sedang sibuk bermain bersama Jessica, Rio dan Rose, sedang Jennie dan Jisoo hanya memperhatikan keakraban mereka dari sofa.



"Mereka terlihat sangat dekat huh?" Tanya Jisoo memancing jawaban dari Jennie.



"Uhum, Rose unnie dan Sicca eomma, mereka pernah membelikan kami makanan, sebelum oppa akhir nya menemukan kami kala itu, dan Youra yang lebih akrab karena mereka sempat makan bersama" jawab Jennie, Jisoo mengangguk-angguk mengerti.

"Dengan dokter Rio juga?" Penasaran Jisoo, Jennie tersenyum menatap Jisoo lalu mengangguk.

"Mungkin Youra merasa nyaman dengan dokter Rio karena ia yang selalu ada setiap Youra mengalami serangan sehabis kemoterapi, aku tak tahu harus bagaimana menangani Youra waktu pertama kali dia di suntik, kebetulan dokter Rio dan asisten nya lewat, dia melihat kepanikan ku, yang hampir menyerah menghadapi Youra yang histeris, akhirnya mereka yang membantuku, dan setelah itu semua masalah Youra, dokter Rio yang menangani, kecuali soal pengobatan nya, masih dokter Irene yang menangani nya" jelas Jennie panjang lebar.


Dalam hati Jisoo mengumpat, merasa kesal karena Rio yang mendapat banyak kesempatan untuk mendekati dua gadis nya, Jisoo tahu, sesama pria pasti akan tahu, pada siapa mereka menaruh hati, dan baik Jisoo maupun Rio, mereka pun menyadari jika kedua nya menaruh perasaan pada gadis yang sama, hanya, sang gadis tak menyadari nya.


Merasa kecewa, kesal, sedih, marah, Jisoo pun pamit pulang, dan Jennie tak mencurigai gelagat Jisoo, jadi ia hanya mengantar nya sampai di lorong seperti biasa, Rio melirik Jennie yang baru saja menutup pintu kamar Youra.



"Eomma, Rio keluar sebentar ne" pamit nya pada sang ibu.


"Uhum" jawab Sicca eomma yang masih sibuk dengan Youra dan Rose, Rio pun mengusap kepala plontos Youra sebelum pergi.


"Nona" suara Rio membuat Jennie menoleh.


"Ne dokter?" Jawab nya.


"Ayo kita makan siang" ajak Rio, Jennie gelagapan dengan ajakan Rio yang tiba-tiba.



"Baiklah" jawab Jennie menunduk malu, salah tingkah, Rio kemudian membuka kan pintu kamar Youra dan membiarkan Jennie keluar terlebih dahulu.


Mereka lantas berjalan menuju kantin rumah sakit, Jennie tak berani mendongak, ia terlalu malu, jadi hanya bisa menunduk sambil tersenyum sendiri, jantung nya pun tak berhenti berulah, begitu juga dengan Rio, meski raut wajah nya tak terbaca tapi detak jantung nya sudah seperti genderang perang, yang dipukul bertubi-tubi.

Mereka lantas berjalan menuju kantin rumah sakit, Jennie tak berani mendongak, ia terlalu malu, jadi hanya bisa menunduk sambil tersenyum sendiri, jantung nya pun tak berhenti berulah, begitu juga dengan Rio, meski raut wajah nya tak terbaca tapi ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sesampai di kantin, mereka duduk berhadapan dengan makanan masing-masing, Jennie yang masih menunduk, serta Rio yang menatap nya kagum.



"Ayo kita makan, dan cobalah ikan kukus yang aku rekomendasikan untuk mu tadi, itu menjadi menu andalan disini" kata Rio memecah kesunyian diantara kedua nya.




"Wah berarti aku beruntung, karena masih tersisa satu untuk ku" girang Jennie, kedua nya pun kemudian menyantap menu makan siang masing-masing.




"Ini juga enak, cobalah" Rio menyuapkan potongan ayam panggangnya pada Jennie, gadis itu awal nya meragu, karena ia malu, tapi melihat Rio mengangguk, ia pun kemudian membuka mulut nya.



Kres


"Wow, aku suka tekstur kulit nya yang renyah oppa" senang Jennie sambil mengunyah ayam nya.



"Oops" Jennie menutup mulut nya karena salah memanggil Rio dengan sebutan oppa


"Mianhae" lirih nya menunduk dengan wajah memerah.



"Kamu juga dongsaengku sekarang, jadi itu tak masalah" jawab Rio tersenyum hangat.



"Kalau begitu, mulai sekarang jangan panggil aku nona, cukup Jennie" balas Jennie, yang seperti nya mulai bisa terbuka pada Rio yang mampu membuatnya merasa nyaman karena keluwesan dokter muda itu dalam mengimbangi Jennie.



Tak ada lagi kekakuan dalam interaksi mereka, karena sekarang hubungan mereka bukan antara dokter dan pasien, atau semacam nya, tapi menjadi dongsaeng dan oppa.




Dan suatu hari.

Rio dan Seulgi makan siang dikantin seperti biasa, tanpa sengaja, mereka bertemu dengan Irene, dokter cantik itu tak segan untuk ikut bergabung bersama Rio dan Seulgi, yang akan selalu gugup jika berada di dekat Irene.


"Aku dengar dokter Rio dekat dengan unnie nya Youra sekarang" goda Irene, Rio terkekeh malu-malu.



"Tidak mengherankan, kalian setiap hari bertemu, dan dia juga cantik, cocok untuk dokter" puji Irene.



"Tapi masih menunggu waktu yang tepat dok" jujur Rio.


"Iya, saya mengerti dok, Seul, apa kamu mendukung boss mu?" Tanya Irene, Seulgi tergugup tak siap karena Irene tiba-tiba mengajaknya bicara.





"Te-tentu dokter, apa pun itu, aku adalah orang pertama yang mendukung dokter Rio setelah keluarga nya" gagap Seulgi grogi.



"Dokter, Youra tidak sadar kan diri" Wendy tiba-tiba menyusul Irene ke kantin dengan wajah panik, Irene pun kaget, begitu juga dengan Seulgi dan Rio, mereka meninggalkan makanan yang baru beberapa sendok mereka makan.




"Jennie" batin Rio cemas, ia setengah berlari meninggalkan Irene dan Seulgi di belakang.



"Oppa" adu Jennie begitu melihat Rio berlari kearah nya, di dalam, Youra sedang ditangani oleh beberapa perawat, sembari menunggu dokter Irene datang.



Bruk


Rio langsung memeluk Jennie, gadis itu menangis hebat sekarang, merasa ketakuatan, cemas, dan khawatir akan keselamatan Youra, keluarga satu-satu nya yang tersisa.



"Youra oppa, aku takut" rancau Jennie.


"Tenang ne, sabar, Youra gadis yang kuat, percayalah, dia pasti bakal mampu melewati semua ini" hibur Rio mengusap-usap punggung Jennie dalam pelukan nya.





#TBC







Love In SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang