"Dokter" suara lirih gadis kecil itu membuyarkan konsentrasi Rio yang sedang berkutat dengan laptop nya, meski ia sudah menjadi dokter, browsing di dunia maya untuk menambah pengetahuan masih sering Rio lakukan.
"Hey, Youra sudah bangun?" Tanya Rio yang menjaga Youra sendiri siang itu, Rio libur, Rose pergi bersama Sicca mommy, dan Jennie sedang ke toko roti untuk menyampaikan pengunduran diri nya
Rio meletak kan laptop nya, dan mendekat pada sang gadis kecil.
"Youra sangat ingin sekali memiliki seorang oppa, apa dokter bersedia menjadi oppa ku?" Tanya bocah itu menatap Rio penuh harap.
"Tentu, dokter juga tidak memiliki yeoja dongsaeng, dan noona ku sangat nakal" balas Rio pura-pura mengeluh, Youra terkikik lucu.
"Bolehkah Youra memanggil dokter dengan sebutan oppa sekarang?" Pinta Youra lagi, Rio mengagguk, Youra langsung membentangkan kedua tangan nya meminta sebuah pelukan persaudaraan pada oppa baru nya.
"Oppa" panggilnya tersenyum lucu dibalik punggung Rio yang terkekeh senang.
Suatu hari
"Unnie" panggil Youra.
"Ya sayang?" Jennie mendekat, ia terkejut melihat tangan kanan dongsaeng nya itu penuh dengan rambut nya yang rontok.
Jennie membersihkan rontokan rambut sang dongsaeng yang begitu parah, lalu membuang nya di tempat sampah luar, Jennie tak langsung masuk, ia menangis sambil menutup mulut nya, takut isakan nya akan terdengar oleh Youra.
Rio yang kebetulan melewati koridor pun menatap Jennie curiga, dengan perasaan cemas ia pun menghampiri gadis itu.
"Jenn" Jennie langsung menoleh pada si pemanggil, ia membuka tangan kanan nya menunjukan banyak nya rambut Youra yang rontok, melihat Jennie menangis, Rio pun dengan berani nya langsung memeluk tubuh Jennie, hati Rio pun rasanya ikut sakit melihat effek yang dari kemoterapi yang dijalani Youra, gadis kecil yang seharusnya menikmati masa anak-anak nya dengan bermain dan belajar, dia malah harus berjuang melawan penyakit ganas yang menggerogoti tubuh kecil nya.
Dihari yang berbeda
Irene mendatangi Youra untuk melakukan pemeriksaan rutin, mengenai perkembangan penyakit yang di derita nya.
"Bagaimana kalau rambut Youra di potong saja?" Tanya Irene hati-hati pada gadis kecil itu, Youra terdiam, ia tak menjawab karena sejujur nya ia tak mau memangkas rambut hitam panjang nya itu.
"Baiklah, tidak apa-apa kalau Youra tidak mau" ujar Irene lagi sambil mengusap-usap lengan kecil yang kian mengurus itu, Irene memang diminta oleh Jennie untuk merayu Youra agar mau dipotong rambut nya.
Jennie pun menceritakan perihal Youra yang enggan dipotong rambutnya nya.
"Ya sudah, jangan dipaksa" ujar Rio pada Jennie.
Dan hari ini, Youra kembali mendapatkan suntikan kemoterapi nya yang ke enam, dan seperti biasa, Rio dan Seulgi membawanya ke kamar mandi, karena setelah mengeluh pusing, Youra lalu akan menguras isi perut nya.
Gadis itu duduk dipangkuan Rio yang membersihkan wajah nya, dengan handuk, dan menata rambut panjang Youra yang terurai.
"Oppa, jika rambut Youra dipangkas habis, apa Youra akan tetap kelihatan cantik seperti yang dokter Irene bilang dulu?" Tanya gadis itu, Rio terkejut dengan pertanyaan Youra, begitu juga Seulgi yang sedang memegang infus Youra berdiri disamping sang gadis kecil.
"Mau rambut Youra panjang, pendek, atau apa pun itu, Youra tetaplah gadis tercantik oppa, dongsaeng oppa, bukankah begitu Seulgi oppa?" Rio meminta pendapat Seulgi untuk meyakinkan Youra.
"Ya, cantik itu bukan hanya tentang rambut, tapi Youra juga punya senyum dan hati yang cantik" jawab Seulgi tersenyum hangat pada Youra untuk membangun kepercayaan diri nya.
"Youra mau di potong rambutnya kalau begitu" tutur sang bocah.
"Baik, biar Seulgi oppa mencari alat nya terlebih dahulu" jawab Rio.
Dengan berbekal kartu debit milik Rio, Seulgi keluar untuk membeli krisbow.
"Oppa mau kemana?" Tanya Jennie yang berada di luar kamar bersama Rose, yang kebetulan sedang istirahat makan siang, dan mengunjungi Youra.
"Membeli krisbow, Youra bersedia dipotong rambut nya" jawab Seulgi yang kemudian berjalan cepat menyusuri lorong.
"Youra mau potong rambut?" Bingung Rose.
"Iya unnie, rambut Youra sudah rontok parah" balas Jennie sendu, setengah jam kemudian, Seulgi kembali dengan menenteng kantong berisi krisbow, Jennie dan Rose pun ikut masuk, mereka juga penasaran.
Masih dengan posisi yang sama, Youra duduk dipangkuan Rio, menghadap jendela kamar agar mendapat pencahayaan yang lebih terang.
"Seul, ambil cermin di toilet" perintah Rio, Seulgi pun menurut.
"Tolong pegang ne" lanjut Rio meminta Seulgi berdiri di hadapan nya sambil memegang cermin.
"Siap?" Tanya Rio pada Youra, gadis kecil itu mengangguk, tak jauh dibelakang mereka Jennie dan Rose menatap dengan perasaan tak karuan.
Rio pun mulai menyalakan krisbow ditangan kanan nya, dan mulai memotong rambut Youra dari depan mundur kebelakang, sementara yang dipangkas rambut nya hanya diam tak berekspresi, tenggorokan Jennie terasa sakit untuk menelan, menahan tangis melihat rambut Youra berceceran di lantai.
Selesai mencukur rambut Youra, Rio tersenyum menatap pantulan cermin di hadapan nya, dan tanpa pikir panjang, Rio kini mencukur rambut nya sendiri, Youra langsung terbelalak dengan apa yang Rio lakukan.
"Lanjut kan Seul" pinta nya pada sang sahabat untuk memotong habis rambut nya seperti milik Youra, dan kini Rio yang memegang cermin nya sendiri, ekspresi wajah Youra pun berubah sumringah menatap kini ia tak botak sendirian, tapi sang oppa baru nya pun juga memangkas habis rambut nya.
Kedua nya berbagi tawa bahagia, saling memandang lucu pada kepala masing-masing yang kini terlihat mulus tanpa rambut, padahal Jennie dan Rose sudah tak mampu lagi menahan tangis mereka.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Sorrow
Fanfickisah cinta dokter muda Lee Mario Manoban, yang menyukai gadis pelarian dari Korea Utara, Kim Jennie, jatuh cinta pada pandangan pertama, namun hati keduanya tak mudah untuk disatukan, kenapa? Ikuti saja kisah mereka.