22. Jauh Darimu

2.2K 309 38
                                    

"Appa, tolong lakukan sesuatu" mohon Rio menatap sang ayah dengan wajah sembab nya, ia tahu pasti seperti apa negara tetangga mereka, dan alasan Jennie sampai bisa tiba di Seoul secara ilegal, pasti karena ia sudah tak kerasan tinggal di negara nya sendiri.


"Ayo kita masuk dulu" ajak Donghae merangkul bahu sang putra masuk ke dalam rumah kembali, Rose sendiri kelihatan jika ia masih sangat shock dengan apa yang terjadi barusan.



Keesokan hari nya, Dong Hae dan Rose bersiap untuk ke kantor imigrasi, guna menemui Jennie, untuk mengambil langkah dengan mengajukan nya sebagai warga negara Korea Selatan.



"Boy, fokuslah bekerja, biar appa dan noona mu yang mengurus Jennie" nasihat sang ayah.


"Ne appa, gumawo" balas Rio, ia kemudian memeluk erat tubuh Rose, tak biasanya Rio seperti ini.



"Fighting noona" bisik Rio.



"Tentu, doakan kami ne" balas Rose, Rio mengangguk.


Rio pun pergi ke rumah sakit seperti biasa, dan Rose bersama sang appa menuju ke kantor imigrasi.


Donghae kemudian bertemu dengan dirjen keimigrasian untuk membicarakan nasib Jennie.



"Sebagai orang yang bertanggung jawab atas Jennie, kami ingin mengajukan permohonan menjadi warganegara Korea Selatan untuk Jennie" ujar Donghae.



"Tidak bisa begitu tuan" tolak sang dirjen


"Apa nya yang tidak bisa? Dia pun dulu juga adalah warga negara Korea sebelum memisahkan diri, jadi dia juga memiliki hak untuk kembali pada negara nenek moyang nya" kesal Donghae.


Sementara Rose menemui Jennie di ruang isolasi, Jennie di tempatkan pada kamar khusus yang seperti ruang tahanan hanya lebih mewah.



"Jenn"

"Unnie"


Sapa kedua nya begitu mereka bertemu, meski terpisah pintu berjerusi besi, wajah Jennie nampak panik dan ketakutan, ia tak mau kembali ke Korea Utara, tapi tak tahu harus bagaimana agar bisa tetap tinggal.


"Sabar ne, aku dan appa sedang berusaha untuk membantumu mendapatkan kewarganegaraan Korea Selatan" beritahu Rose.


"Gumawo unnie" wajah Jennie berubah lega.


"Sekarang ceritakan awal mula nya kamu bisa berada disini?" Pinta Rose, Jennie menunduk, mengingat kisah pilu nya bersama Youra.



"Empat bulan yang lalu, appa dan eomma membawa ku dan Youra untuk melarikan diri dari Korea Utara, unnie tahu kan, kehidupan disana serba sulit, eomma dipaksa bekerja di pabrik batu bara, meski kala itu ia sedang mengandung Youra, mungkin dari sanalah penyakit Youra muncul, makan di jatah, semua serba dibatasi"




"Sampai kami tiba di perbatasan pada malam hari, sengaja agar memudahkan bagi kami untuk menyusup, appa kemudian memotong beberapa kawat berduri, untuk memudahkan kami lewati, tapi belum sempat appa membuat jalan yang muat untuk kami, tentara Korea Utara memergoki kami, mereka menghujani kami dengan serentetan tembakan, yang menewaskan orang tua kami" cerita Jennie dengan air mata yang kembali bercucuran.




"Dalam kondisi tertembak, appa dan eomma tetap berusaha menyusupkan kami ke negera seberang, meski harus menahan perih karena goresan kawat berduri, kami berhasil, sementara appa dan eomma, meninggal dibawah pagar berduri, itulah awal kami tiba di sini" Rose pun ikut merasakan kesedihan mendengar cerita pilu seorang Kim Jennie yang harus kehilangan keluarga nya demi kebebasan.



"Jadi ini, jawaban atas luka-luka ditubuh kalian waktu itu? Waktu aku menemukan  Youra berdiri di depan cafe?" Tanya Rose, Jennie mengangguk.



Donghae memenangkan perdebatan melawan dirjen keimigrasian yang hendak menghalang-halangi usaha nya untuk Jennie, dia pun kemudian menyusul sang putri.


"Appa" seru Jennie.



"Sabar ne, kita sedang upayakan"  hibur Donghae.


"Ne appa terima kasih" balas Jennie.


"Ayo Rose, kita kembali ke kantor, kita susun surat pengajuan kewarganegaraan untuk Jennie" ajak sang ayah.



"Kami pergi dulu Jenn, besok kita bertemu lagi" pamit Rose.



Setelah memenuhi semua syarat, berkas kemudian dikirim ke kementrian hukum dan HAM, melalui pengadilan setempat karena Korea Utara tak memiliki kedubes di Korea Selatan, jadi surat pengajuan dikirimkan ke pengadilan untuk di sampaikan ke kantor kementrian hukum dan HAM.



Sesampai di rumah, Rose langsung mencari keberadaan sang dongsaeng, untuk menceritakan kisah Jennie pada Rio.

"Apa besok noona akan kesana lagi?" Tanya Rio.


"Yaa, setelah dari pengadilan aku akan kesana, kenapa?" Rose balik bertanya.



"Besok aku mau menitipkan sesuatu untuk nya" jawab Rio.


Dan keesokan harinya, sebelum aktivitas masing-masing dimulai, Rio menyerahkan amplop putih pada sang noona.



"Apa ini?" Tanya Rose mengerutkan kening nya.




"Surat, untuk Jennie, aku mencoba menghubungi nya tapi tak bisa" jawab Rio.




"Mungkin pegawai keimigrasian menyita nya" sahut Rose.




Keluarga Lee pun memulai aktivitas masing-masing, kecuali Sicca eomma, yang hanya menjadi ibu rumah tangga biasa.



Kisah cinta Rio dan Jennie begitu banyak diuji, disaat kedua nya mulai menyimpan rasa, kesalahpahaman membuat kedua nya hanya bisa saling mengagumi dalam diam, dan ketika cinta terucap, status kewarganegaraan yang berbeda memisahkan keduanya, hati yang sedang berbunga-bunga, merasakan indah nya jatuh cinta, kini harus terhalang jarak, terbiasa bersama merawat Youra, berjauhan seperti ini cukup lah menyiksa.



Rindu, membuat Rio gelisah, pun Jennie yang tak bisa memejamkan kedua matanya, karena kini ia hanya punya Rio, rasa ingin bertemu memenuhi hatinya, ingin berlari dan segera memeluk sang pemilik hati, tapi apa daya, Jennie sedang dalam posisi 'terpenjara' sekarang.







#TBC

Love In SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang