Irene sudah pulang dari jam praktek nya, tinggal Rio yang masih menunggu Jennie diluar ruang praktek Irene karena gadis itu belum siuman.
Ceklek
"Noona" sambut Rio yang langsung berdiri menyambut Jennie, gadis itu keluar dengan wajah sembab dan pucat nya.
"Maaf" ujar Rio seolah meminta ijin sebelum menuntun Jennie menuju kursi tunggu.
"Ini minum lah" Rio menyerahkan air mineral kemasan yang sengaja ia siapkan untuk Jennie.
"Dokter, boleh aku bertanya?" Tanya Jennie dengan suara sengau nya, setelah meneguk air pemberian Rio.
"Tentu" jawab Rio, Jennie langsung menoleh dan menatap serius pada Rio yang kini jantung nya berdetak sangat cepat mendapati wajah cantik Jennie tepat dihadapan nya ia pun gugup.
"Berapa biaya untuk pengobatan Youra sampai sembuh?" Tanya Jennie.
"A-aku tidak tahu pasti, jangan pikirkan tentang biaya nya, fokuslah pada penyembuhan nya lebih dahulu" gugup Rio salah tingkah dengan tatapan Jennie.
"Baik dok, terima kasih sebelum nya, aku Jennie, maaf karena sebelum nya aku belum mengucapkan terima kasih atas pertolongan dokter waktu itu" ucap Jennie mengulurkan tangan kanan nya.
"Aku Rio, tidak masalah, aku bisa mengerti keadaan mu waktu itu" balas Rio menjabat tangan Jennie.
"Jennie!" Panggil Jisoo yang baru datang dari tempat kerja nya, Rio langsung menarik tangan nya takut terjadi salah paham dengan Jisoo.
"Oppa" Jennie menoleh.
Bruk
Jisoo langsung memeluk nya, begitu sadar jika Jennie sedang tidak dalam kondisi baik, tangis gadis itu pun pecah, Rio yang tak kuat melihat nya pun segera beranjak pergi, hati nya kembali di serang rasa sakit, dan sepertinya ia harus terbiasa dengan pemandangan itu setiap hari.
"Unnie" panggil Youra pada Jennie
"Kapan Youra boleh pulang?" Tanya bocah itu.
"Sabar ne, tunggu Youra sembuh baru boleh pulang" jawab Jennie, wajah Youra berubah murung.
Dan rutinitas Youra di rumah sakit pun di mulai, meski dengan keterpaksaan, siapa yang mau hidup di rumah sakit yang bau obat, dan penuh virus.
"Makan ya?" Bujuk Jennie sore itu.
"Tidak unnie, Youra tidak lapar" tolak dongsaeng nya, Rio yang hendak pulang pun tak sengaja melihat Jennie yang berusaha merayu Youra, ia pun menghampiri nya.
"Selamat sore" sapa nya, Youra langsung menatap ke arah sumber suara.
"Dokter" balas Youra tersenyum
"Hey, sudah makan nya?" Tanya Rio, gadis kecil itu menggeleng sambil cemberut.
"Youra tidak mau makan dokter, dia tidak ingin sembuh katanya" jawab Jennie sarkas, wajah Youra berubah panik.
"Tidak, bukan begitu dokter" elak Youra berusaha menjelaskan dengan takut, Jennie terkikik lucu melihat gelagat dongsaeng nya.
"Sekarang makan ya, biar Youra bisa cepat pulang" ujar Rio yang kemudian mengambil alih piring ditangan Jennie untuk menyuapi Youra, dan gadis kecil itu pun mulai membuka mulut nya, menerima suapan Rio, Jennie sendiri malah keluar duduk di lorong rumah sakit.
Set
Jisoo tiba-tiba duduk di samping Jennie, gadis itu langsung menyandarkan kepalanya dibahu sang pemuda.
"Oppa, aku tak tahu harus mencari dimana biaya untuk pengobatan Youra" adu Jennie yang sudah menganggap Jisoo seperti saudara nya sendiri, pemuda itu mendengar aduan Jennie dengan serius, tapi ia sendiri juga bingung, gaji Jisoo sebagai pegawai minimarket tidaklah banyak.
"Dan mulai besok, Youra akan dikemoterapi" lanjut Jennie pasrah, Jisoo lalu memeluk tubuh gadis itu dari samping, yang mulai bergetar karena menangis, kedua nya tidak sadar, jika dari balik punggung mereka, ada sosok lain yang tersakiti melihat adegan di depan nya itu, Rio, hatinya sudah patah dipertemuan kedua nya dengan Jennie, kala itu, kini harus kembali tersiksa dengan melihat keintiman gadis pujaan nya dengan sang kekasih, tak ingin berlama-lama melihat mereka, Rio pun pamit.
"Noona" ujar nya ragu.
"Saya pulang dulu, Youra sudah tertidur, obat nya juga sudah diminum meski makan nya tak habis" beritahu Rio, Jennie langsung berdiri yang otomatis membuat pelukan Jisoo jadi terlepas.
"B-baik dok" gadis itu gugup, tak enak Rio memergokinya dipeluk oleh Jisoo yang bukan apa-apa nya.
"Terima kasih untuk bantuan anda, dan hati-hati dijalan" sesal Jennie mengulurkan tangan kanan nya pada Rio dan tangan kiri nya mengusap kasar bekas air mata di kedua pipi nya.
"Ne nona, selamat malam" balas Rio menjabat tangan Jennie.
"Tuan" Rio membungkuk menyapa Jisoo sebelum berlalu.
Keesokan hari nya, pasien Rio sedang sepi, jadi ia memutuskan untuk menemui Irene di ruang prakteknya.
Ceklek
"Dok, dokter Rio ingin menemui anda" beritahu Wendy pada boss.
"Oh ya, suruh masuk saja" jawab Irene
"Selamat siang dok" sapa Rio diambang pintu.
"Masuklah dok" ujar Irene tersenyum menyambut Rio.
"Silakan duduk" lanjut Irene, Rio pun lantas duduk di hadapan Irene.
"Ada yang bisa saya bantu dok?" Tanya Irene.
"Begini dok, ada yang ingin saya tanyakan tentang Youra, apa benar dia akan di kemoterapi mulai lusa?" Tanya Rio, Irene mengangguk.
"Apa harus dok? Youra masih kecil" tanya Rio lagi.
"Tidak ada pilihan lain, kanker Youra sudah di stadium akhir" jelas Irene.
"Transplantasi sel induk sumsum tulang belakang misal" Rio mencoba memberi solusi lain.
"Dokter, kanker yang di derita Youra, bukan karena turunan atau faktor genetik, tapi murni karena ia kurang mendapatkan nutrisi yang baik semenjak dalam kandungan, ketika saya bertanya dimana ayah nya atau oppa nya yang bisa menjadi pendonor sel induk sumsum tulang belakang, Jennie menggeleng, mereka hanya hidup berdua, jadi solusi pengobatan yang bisa saya berikan sekarang adalah, kemoterapi" tegas Irene.
"Untuk berapa lama?" Tanya Rio lemas.
"Seminggu sekali selama dua bulan awal, jika masih tak ada perubahan, saya akan menambahkan menjadi 2x seminggu" beritahu Irene.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Sorrow
Fiksi Penggemarkisah cinta dokter muda Lee Mario Manoban, yang menyukai gadis pelarian dari Korea Utara, Kim Jennie, jatuh cinta pada pandangan pertama, namun hati keduanya tak mudah untuk disatukan, kenapa? Ikuti saja kisah mereka.