Seminggu berlalu, waktu nya Youra kembali menerima suntikan kemoterapi, Jennie duduk dengan gelisah di depan kamar sang dongsaeng, ia terus memainkan jari nya dengan gugup, menunggu reaksi Youra dua jam setelah di suntik.
Rio dan Seulgi berjalan menuju ke kamar Youra, karena mereka tahu, gadis kecil itu mendapatkan suntikan keduanya hari ini.
"Dokter" sambut Jennie lega, ia pun berdiri dari duduknya
"Ayo kita masuk" ajak Rio, Jennie pun segera membukakan pintu kamar Youra, mereka berdiri disisi ranjang gadis itu yang matanya terpejam.
"Eeng. . ." Erang Youra yang mulai terbangun karena kepalanya mulai diserang rasa sakit, Rio pun mendekati Youra.
"Jangan dibuka matanya, silau akan membuat youra bertambah pusing nanti" bisik Rio.
"Youra mual dok" rintih sang bocah, dengan sigap Rio menggendong Youra ke dalam kamar mandi bersama Seulgi yang membawakan infus nya, kali ini Jennie tak sepanik dulu, karena merasa lebih tenang ada Rio dan Seulgi sekarang.
Dan setelah nya, Youra akan tertidur sampai sore, jadi Jennie bisa sedikit lega.
"Dokter, bisa kah aku titipkan Youra sebentar? Tempat kerja ku sedang membutuhkan aku sekarang" ujar Jennie pada Rio, sang dokter mengangguk.
"Gumawo dok" Jennie pun lantas menyamber tas nya dan pergi ke toko bakery, dua minggu sudah Jennie tak masuk kerja.
Jam tujuh malam Jennie kembali ke rumah sakit, bersama Jisoo.
Ceklek
Jeng jeng
Jennie panik, sang dongsaeng tak dikamar nya, Jennie pun cemas, ia berlari ke ruang kerja Rio, tapi disana sudah tutup, ia sudah nyaris menangis sekarang.
"Tenang Jen, kita tanya dulu pada perawat jaga" Jisoo mencoba meredakan kepanikan Jennie, gadis itu pun menurut, mereka menuju ke tempat perawat jaga.
"Permisi suster" kata Jisoo.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Sahut seorang suster ramah.
"Pasien di bangsal anak-anak, kamar nomor sepuluh, pindah kemana ya sus?" Tanya Jisoo.
"Oh Youra?" Tanya sang suster, Jisoo mengangguk, ia heran dari mana para suster itu tahu nama Youra.
"Dia dibawa dokter Rio ke ruang jaga, dari sini lurus kesana, lalu belok ke kanan" beritahu sang suster sambil menunjuk lorong yang harus Jisoo lewati.
"Baik, terima kasih sus" ujar Jisoo
"Ayo, dia di ruang piket" ajak Jisoo pada Jennie.
Jisoo mengintip pintu kaca ruang piket, karena suster jaga diluar sedang tak ada, ia menatap Youra yang terpingkal mendengar cerita Rio sambil duduk di bangku kayu.
"Dokter oppa kenapa nakal sekali" pingkal Youra
"Karena noona ku nakal, jadi aku membalas nya" Rio membela diri.
"Ada apa oppa?" Jennie penasaran karena Jisoo tak kunjung mengetuk pintu ruang piket, ia pun ikut mengintip.
Deg
Tawa lebar Rio yang di goda Youra membuat Jennie membeku, rasanya ia ingin waktu berhenti saat ini juga, agar ia bisa menikmati tawa Rio sepuas nya.
"Aku serius dokter, ingin menjodohkan dengan unnie" goda Youra, Rio sendiri terbahak karena ia senang akhir nya tahu jika Jisoo bukan lah kekasih Jennie, dari Youra sendiri yang menceritakan nya, Rio pun merasa mendapat angin segar.
Tok. . . Tok. . . Tok. . .
Jisoo membuyarkan lamunan Jennie yang tadi nya juga ikut tersenyum lebar melihat interaksi Youra dan Rio, meski ia tak mendengar apa yang kedua orang itu bicarakan di dalam sana.
Ceklek
"Oppa" sambut Youra tersenyum lebar melihat Jisoo menyembulkan kepala nya dari luar.
"Hey" balas Jisoo.
"Youra mau menemani dokter Rio dulu bolehkan oppa?" Tanya Youra pada Jisoo, yang kebingungan harus menjawab apa.
"Boleh, asal tidak mengganggu dokter Rio ne" jawab Jennie yang muncul dari balik punggung Jisoo.
"Gumawo unnie" girang Youra.
"Oppa, sekarang pulang lah, oppa butuh istirahat kan" usir Jennie pada Jisoo, yang memang tujuan awalnya hanya untuk mengantar Jennie, karena pagi nya ia sudah berkunjung tadi.
Mau tak mau Jisoo pun harus pulang, ia sebenarnya tak ingin, tapi apa yang dikatakan Jennie benar, ia belum beristirahat dari pagi.
Prak
Jisoo menendang botol minuman kaleng di parkiran rumah sakit, ia kesal, ia sakit, ia cemburu melihat kedekatan Rio dan Youra, belum lagi Jennie yang terlihat menaruh rasa kagum pada dokter muda itu.
"Dokter, bisakah Youra nanti menjadi dokter juga, seperti dokter Irene?" Tanya sang bocah pada Rio yang berbaring disamping nya, mereka berada di ruang istirahat, dan Jennie menunggu sambil menguping pembicaraan dongsaeng nya dengan sang dokter.
Sesekali ia ikut tersenyum mendengar obrolan dua manusia beda usia itu.
"Tentu Youra bisa, asal Youra punya semangat dan tekad untuk sembuh" balas Rio, Jennie terharu mendengar penuturan Rio.
"Ayo dokter antar Youra kembali ke kamar, ini sudah jam 9 malam" tutur Rio, ia lalu mendudukan Youra di kursi roda, dan mendorong nya menuju kamar sang bocah, diikuti Jennie dari belakang.
"Youra besok boleh ikut dokter lagi kan?" Tanya nya
"Tentu" jawab Rio
Sang dokter mengangkat tubuh kecil Youra untuk dibaringkan diatas bangsal.
"Dokter, pembicaraan kita tadi cukup kita berdua yang tahu ne" bisik Youra" Rio mengangguk sambil tersenyum.
"Apa yang kalian bicarakan dibelakangku?" Selidik Jennie.
"Tidak ada, ya kan dok" jawab Youra
"Iya tidak ada" Rio meyakinkan Jennie.
Rio pun kembali ke ruang piket nya dengan hati berbunga-bunga, karena gadis impian nya ternyata masih single, dan semenjak itu, Rio jadi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit, bersama Youra.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Sorrow
Fanfickisah cinta dokter muda Lee Mario Manoban, yang menyukai gadis pelarian dari Korea Utara, Kim Jennie, jatuh cinta pada pandangan pertama, namun hati keduanya tak mudah untuk disatukan, kenapa? Ikuti saja kisah mereka.