kisah cinta dokter muda Lee Mario Manoban, yang menyukai gadis pelarian dari Korea Utara, Kim Jennie, jatuh cinta pada pandangan pertama, namun hati keduanya tak mudah untuk disatukan, kenapa? Ikuti saja kisah mereka.
Rose turun dari mobil sang ayah, di parkiran gedung kantor hukum dan HAM Korea Selatan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dengan langkah percaya diri ia pun mulai berjalan memasuki lobby kantor, dan berpapasan dengan seorang pemuda yang berdandan formal seperti Rose.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pria itu bernama Im Yoong, pegawai kantor hukum dan HAM, ia melirik gadis yang kini berjalan tepat di depan nya itu bersama seoarang pria dewasa.
"Menarik" batin Yoong.
Tink
Pintu lift terbuka, Rose dan Donghae appa pun memasuki nya, begitu juga Yoong.
"Lantai berapa tuan?" Tanya Yoong sopan, pada Donghae appa karena ia yang berdiri di dekat tombol.
"Lantai 9, terima kasih" jawab Donghae appa.
"Jangan tegang ne, appa percaya kamu pasti bisa" semangat sang ayah.
"Oh, mereka anak dan ayah rupanya" batin Yoong, bukan sengaja ia menguping, tapi hanya ada mereka bertiga di dalam lift, tak mungkin ia tak mendengar obrolan Rose dan ayah nya.
Tink
Mereka pun tiba di gedung yang sama, dan memasuki ruang yang sama, dimana Jennie sudah duduk disana ditemani beberapa petugas, Yoong langsung duduk diantara para pegawai kantor hukum dan HAM.
Rose dan sang ayah duduk berdampingan, sedangkan Jennie sendirian di sisi yang lain.
"Baiklah, kita akan mulai wawancara hari ini, perihal surat pengajuan kewarganegaraan atas nama Kim Jennie" ujar seorang pria paruh baya yang mungkin adalah pemimpin nya.
"Nona Kim Jennie, tolong ceritakan awal mula anda bisa sampai di Korea Selatan, setelah melarikan diri dari Korea Utara" ujar sang pemimpin tadi.
Jennie kemudian menceritakan semua nya, sama persis dengan yang pernah ia ceritakan pada Rose dulu, sang pegawai mengangguk-angguk mengerti.
"Maaf noona, itu tidak cukup menjadi alasan bagi negara kami untuk bersedia menerima anda sebagai warga Korea Selatan" potong Yoong yang memang itu tugas nya.
"Itu adalah alasan kenapa Jennie memilih untuk menyeberang ke Korea Selatan, karena ia percaya, disini kehidupan nya akan jauh lebih baik, ia hanya ingin mengejar kebebasan nya" kini Rose yang berujar, memberi pembelaan pada klient pertama nya.
"Bagaimana jika dia adalah penyusup? Mata-mata?" Debat Yoong.
"Adakah ia terlihat seperti seorang mata-mata? Manusia mana yang tega mengorbankan nyawa kedua orang tua nya demi menyusup ke negara tetangga untuk memberi informasi bagi negara yang telah membunuh orang tua nya?" Kesal Rose menatap tajam pada Yoong.
"Belum lagi resiko yang harus ia tanggung jika sampai dongsaeng nya yang bisa saja ikut tertembak waktu itu" lanjut Rose lagi.
"Dimana hati nurani anda, sampai meragukan pengakuan nya? Dia, yang demi bisa menyeberang dan mencari kebebasan kemari harus kehilangan kedua orang tuanya, belum lagi dongsaeng nya yang harus meninggal karena penyakit, masih kurangkah penderitaan yang harus dia tanggung demi menjadi warga Korea Selatan? Apalagi lagi yang harus ia korban kan jika yang ia miliki sekarang hanyalah sepotong baju yang masih menempel ditubuh nya, itu yang akan kalian minta?" Marah Rose sambil menunjuk Jennie yang sudah menunduk sesenggukan.
"Dia hanya ingin melanjutkan hidup nya dengan tenang, bebas menjalani hari-hari tanpa tekanan, dan ia percaya negara kita mampu dan bersedia memberikan nya, hanya itu yang dia mau, tidak lebih" lirih Rose yang kali ini tanpa emosi, ia kesal pada Yoong yang berbicara seenak nya, menuduh Jennie adalah mata-mata.
Yoong terdiam menelan ludah nya, kali ini ia mendapat lawan yang tak main-main, karena Rose bukan wanita biasa, ia bukan gadis lugu yang akan takut jika berhadapan dengan pejabat negara.
Sebenarnya bukan sidang, ini adalah wawancara yang akan di gunakan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi presiden apakah akan memberi kewarganegaraan bagi Jennie, atau menolak nya.
"Tapi nona, kami berhak da wajib untuk waspada demi keamanan negara kami" ujar Yoong membela diri.
"Dan Jennie juga berhak untuk menjadi warga negara Korea Selatan, karena leluhur kita sama sebelum Korea terbelah menjadi dua, ingat itu tuan" hardik Rose kembali emosi, Donghae menatap bangga sang putri yang begitu cerdas dan lugas, tak salah jika ia berpikir Rose adalah calon advocad sukses seperti dirinya nanti.
"Jika masih kurang, anda tentu tahu siapa pria yang duduk disebelah saya ini, Lee Donghae, ia pengacara yang biasa menangani kasus sampai keluar negeri, jika anda pernah membaca majalah forbes, anda pasti tahu siapa dia, apa menurut anda, ayah saya akan mengorbankan nama besar nya demi melindungi seorang mata-mata, dan mengorbankan seluruh warga negara Korea Selatan? Sangat tidak sebanding" sarkas Rose.
Wawancara berakhir, karena antrian yang lain sudah menunggu.
"Baik, wawancara kita akhiri sampai disini, surat keputusan paling lambat akan anda terima dua minggu lagi dari sekarang" ujar sang pemimpin wawancara.
"Huft" Yoong menghela nafas lega, ia mengemasi berkas nya, lalu mengejar Rose keluar ruangan.
Gadis itu terlihat sedang berpamitan dengan Jennie.
"Noona" seru Yoong, Rose menoleh, dan terlihat pemuda itu berlari menghampiri nya.
"Kenalkan, aku Im Yoong" pemuda itu mengulurkan tangan nya pada Rose.
"Maaf, appa sudah menungguku" tolak Rose yang kemudian menghampiri sang ayah yang sudah menunggu di lift.
"Damn" erang Yoong merasa di tolak oleh gadis yang berhasil mencuri perhatian nya di perjumpaan pertama itu.