Saat ini Jaemin dan Jungwoo duduk berdua di ruangan Jungwoo bersama Jaehyn dan Pengacara Bae, Taeyong sedang ada di dapur mengambil pie buatan koki untuk dimakan bersama selama perundingan.
"Jadi, apa yang hendak hyung bicarakan? Kenapa ada pengacara Bae juga?" tanya Jaemin heran, dia tidak tahu apa-apa, Jungwoo hanya bilang untuk ikut ke ruang kerja Jungwoo setelah sarapan.
"Ini mengenai hak warismu, kau sudah baca semua yang dikirimkan Pengacara Bae belum?" tanya Jungwoo, belum sempat menjawab Taeyong masuk ditemani beberapa pelayan membawakan makanan ringan dan teh untuk mereka.
"Belum semua aku baca, tapi sudah ada sebagian yang aku baca." jawab Jaemin, Jungwoo mengangguk.
"Ada rencana yang tersusun di otakmu setelah membaca hak waris yang kau terima?" tanya Jungwoo.
"Semalam, saat pulang dari acara Jeno dan bertemu orang tuamu, tiba-tiba aku ingin melakukan sesuatu pada beberapa hak waris yang aku dapat." ujar Jaemin.
"Bisa Anda katakan dengan jelas Tuan Muda?" tanya Pengacara Bae. Jaemin mengangguk, ia mengambil map yang sudah ia baca isinya, dia keluarkan beberapa lembar kertas berisi detail hak waris yang didapatkannya.
"Saat harabeoji masih hidup, kekayaan keluarga Im bisa dikatakan aman, karena harabeoji yang memegangnya, tapi setelah kematian harabeoji, aku tidak bisa menjamin keamanan kekayaan keluarga Im jika masih ada di bawah kuasa keluarga Na. Jadi, aku ingin menarik sekolah seni dan rumah sakit yang ada di bawah naungan keluarga Na menjadi sebuah bangunan yang dibangun atas nama keluarga Im sendiri. Apa pengacara Bae bisa melakukan itu?" tanya Jaemin.
"Tentu, akan saya usahakan Tuan Muda, sejak kematian Tuan Besar, saya selalu khawatir akan nasib dua bangunan itu. Terlebih rumah sakit menjadi tempat 'kotor' yang berhubungan dengan 'politik'. Saya sudah tidak tahu bagaimana harus bertindak lagi, karena itu juga di luar kuasa saya. Selama masih dibawah naungan keluarga Na saya tidak bisa apa-apa." ujar Pengacara Bae.
"Alihkan nama keluarga Im padaku, Pengacara Bae, jadi aku yang akan menghandlenya. Rumah sakit dan sekolah seni itu aku yang akan menjadi back up untuk keduanya." Ujar Jungwoo, membuat Jaemin dan Pengacara Bae menatapnya.
"Apa tidak apa hyung? Yang kau bawahi sudah sangat banyak, aku tak bisa membebanimu lagi." Ujar Jaemin tak enak, meski Jungwoo kekasihnya, tapi dia cukup sadar diri untuk tidak membebani Jungwoo lagi, karena pemuda itu selain karena beban yang ia tanggung sudah banyak, Jungwoo sudah membantunya terlalu banyak.
"Selain kepadaku, kau akan meletakannya dimana? Rumah sakit dan Sekolah seni milik keluarga Im akan tetap dipertahankan oleh keluarga Na karena tidak ada wadah yang menjadi pelindung keduanya." Ujar Jungwoo menjelaskan, Jaemin menggigit bibir bawahnya.
"Ah, yayasan! Kita bangun yayasan, dan yayasan itu akan bekerja sama denganku dan Jungwoo, tapi yang mengelolanya adalah kau sendiri, aku dan Jungwoo hanya akan menjadi pelindungnya saja, bagaimana?" Tanya Jaehyun memberikan ide.
"Saya rasa ide itu lebih baik, jika Tuan Muda tidak ingin mengalihkan kepada Tuan Muda Kim." Jaemin diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk.
"Bagaimana dengan harta waris lainnya, Nana?" Tanya Taeyong.
"Peternakan domba, aku ingin membuka lapangan pekerjaan, tapi peternakan itu ada di Australia, sangat susah untuk mengawasinya." Ujar Jaemin.
"Selain peternakan?" Tanya Jaehyun, wajah Jaemin keruh seketika.
"Perkebunan strawberry, oh astaga!" Jungwoo dan Taeyong terkekeh, tahu benar sebenci apa pemuda itu dengan sesuatu yang berhubungan dengan strawberry, meski yang dibenci adalah perisanya saja, buahnya dia masih bisa makan meski tidak banyak.
"Jaeminnie, tetap harus dilaksanakan sayang." Ingat Taeyong, Jaemin mendengus.
"Iya hyung, tenang, perkebunan strawberrynya ada di Korea, jadi masih bisa dipantau, aku juga ingin membuka lapangan pekerjaan dari perkebunan itu." Ujar Jaemin.
"Sepertinya sudah kau susun semua dengan baik ya? Kecuali yang peternakan domba yang ada di Australia." Jaemin mengangguk.
"Yang ada di Australia yang merawat peternakannya sekarang adalah tangan kanan kepercayaan Tuan Besar Na, beliau sudah tua, dan pasti akan menyulitkannya jika beliau harus mengawasi pekerja dan peternakan." Ujar Jaemin yang diangguki Pengacara Bae.
"Oh, aku ada satu orang." Ujar Taeyong tiba-tiba.
"Siapa hyung?" Tanya Jungwoo.
"Sepupuku, dia ada di Australia, tinggal di sana dan menganggur, karena dilarang suaminya bekerja. Kemungkinan dia mau membantu, karena dia beberapa kali cerita padaku kalau dia butuh melakukan sesuatu, kebetulan dia lulusan management akuntansi, bagaimana?" Tanya Taeyong menawarkan.
"Apa dia bisa dipercaya?" Tanya Jaemin, bukannya berniat buruk, pasalnya ini adalah harta waris dari kakeknya yang perlu ia jaga dengan baik.
"Serahkan padaku, akan aku hubungi dulu anaknya, nanti aku kabari, oke?" Jaemin pun mengangguk.
"Baiklah, urusan peternakan selesai, Pengacara Bae, apa harta warisnya masih ada?" Pengacara Bae mengangguk.
"Uang tunai sebesar 3M, itu adalah uang yang sudah ditabung oleh Nyonya Besar Im dan Tuan Besar Na." Jaehyun dan Taeyong tersedak mendengar nominalnya. Itu jumlah yang tidak main-main loh.
"Pembagian uangnya adalah untuk pembangunan yayasan, kita butuh bangunan fisik dan mengurusnya secara hukum sah, sisanya untuk perbaikan sekolah, pembaruan alat rumah sakit, dan gaji. Aku tidak pandai mengatur uang, jadi nanti saja kita rundingkan itu." Ujar Jaemin.
"Baik, Tuan Muda."
"Apa hanya itu saja, Pengacara Bae?" Tanya Jungwoo, Pengacara Bae mengangguk.
"Iya Tuan Muda Kim."
.
.
Jaemin memijit pelipisnya, kepalanya terasa pening luar biasa. Mengurus hak warisnya bersamaan dengan ingin lepas dari keluarga Na membuat kepalanya berasap dan otaknya yang ingin meledak.
"Nana?" Jaemin mendongak dan menemukan Jungwoo datang sembari membawa segelas coklat hangat. Rundingan tadi memakan waktu sampai sore hari. Beruntungnya Felix, sepupu Taeyong adalah orang yang bisa dipercaya, dan Jaemin juga baru saja melakukan video call dengan pemuda itu, mereka membahas apa saja yang diperlukan dan berapa pekerja yang dibutuhkan. Memakan waktu cukup lama karena Taeyong dan Jungwoo sempat berbeda pendapat. Tapi semua sudah selesai. Masalah perkebunan strawberry, dia akan mendatangi orang yang dipercaya oleh appa dan eommanya untuk mengelola kebun itu lusa, keduanya sudah buat janji, dan Jungwoo akan menemaninya. Yang bikin pusing itu melepaskan sekolah seni dan rumah sakit dari bawah nama keluarga Na.
"Pusing?" Tanya Jungwoo sembari duduk di samping Jaemin. Pemuda manis itu meletakkan kepalanya pada bahu Jungwoo.
"Iya hyung, ini membuatku pusing, aku tidak biasa menerima hak sebanyak itu. Padahal aku hanya ingin jadi fotografer saja." Ujar Jaemin. Jemari Jungwoo mengusap kepala Jaemin lembut.
"Ini takdir yang harus kau jalani sayang, mau sesusah apapun itu kau harus menjalaninya. Lagipula, aku ada di sini untukmu, jadi tidak perlu cemas, aku akan membantumu." Jaemin tersenyum, dia mendongak dan mencium bibir Jungwoo sekilas.
"Kau tahu aku begitu mencintaimu, hyung?"
"Tentu saja, karena aku juga sama." Keduanya meletakkan gelas di meja dan mereka saling mencium dan bertukar saliva. Ciuman yang panas, menuntut, dan begitu bergairah. Tapi Jungwoo segera menghentikkannya, tidak mau melewati batas sebelum mereka menikah. Anggap dia kolot, dia hanya ingin menjaga Jaemin.
"Tidak lebih dari ciuman dulu sayang~"
"Ish!"
.
.
.
-TBC O-
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungwoo x Jaemin] Happy Ending
FanfictionJaemin yang menyimpan perasaannya pada Jeno sahabatnya. Tapi hal baik tidak datang pada Jaemin, Lee Jeno yang ia cintai telah berpacaran dengan sahabatnya yang lain, Huang Renjun. Jaemin tidak bisa membendung kesedihannya, tapi ia tetap memberikan u...