P

3.9K 493 11
                                    

Jaemin dan Jungwoo saat ini ada di cafe Jungwoo, bersama Yuta. Jaemin nampak sibuk menata kue yang tadi pagi baru saja selesai ia buat bersama beberapa maid. Dia menata kue-kue itu dengan rapi, Jungwoo tidak senang dengan sesuatu yang tidak lurus dan Jaemin memahami itu. Jaemin bahkan menata kamarnya dulu sebelum Jungwoo masuk, tidak mau membuat kekasihnya tidak nyaman dengan barang-barang yang tidak tersusun dengan baik atau tidak lurus.

"Hyung, aku sudah menatanya." ujar Jaemin, Jungwoo melihatnya dan tersenyum.

"Terimakasih sayang sudah menyusunnya dengan rapi." Jaemin mengangguk dengan senyum manis.

"Duduklah di kursimu yang biasa, sebentar lagi cafenya akan buka." Jaemin mengangguk, dia biasanya menunggu Jungwoo dengan mengedit video atau foto. Pekerajaannya kan itu.

Sebenarnya Jaemin sedang cemas, bukan karena masalah hak warisnya kemarin, tapi karena keluarga Jungwoo yang nampak tenang. Ketenangan sebelum badai. Dan ini membuat Jaemin tidak tenang. Jungwoo selalu memintanya untuk tidak terlalu memikirkannya, tapi mau bagaimanapun tetap saja Jaemin kepikiran, karena keluarga Kim tidak muncul lagi.

"Ngelamun, Na?" Jaemin tersentak saat mendengar suara Yuta, namja yang lebih tua darinya itu memberikan segelas americano dan sepotong kue tiramissu.

"Terimakasih hyung, ah iya aku melamun tadi." ujar Jaemin. Yuta duduk di depannya.

"Memikirkan apa?" tanya Yuta.

"Emm- ada lah hyung." ujar Jaemin, karena dia pikir orang lain tidak perlu tahu urusannya, dia tidak ingin membuat orang ikut memikirkan bebannya.

"Baiklah kalau tidak mau cerita, tapi tolong jangan melamun lagi ya? Siapa tahu nanti ada yang meracunimu?" Jaemin menegakkan tubuhnya saat Yuta mengatakan itu, dia menatap pria yang seumuran Taeyong. Sejak pertama bertemu Jaemin tidak bisa menebak bagaimana sikap Yuta sebenarnya.

"Ah ne" sahut Jaemin pelan, Yuta tersenyum sebelum akhirnya pergi dari hadapan Jaemin.

"Siapa Yuta hyung sebenarnya?" gumam Jaemin. Karena dia tidak bisa menebak Yuta, dia jadi tidak nyaman berada di sekitar namja berdarah Jepang satu itu.

.

.

Jungwoo tidak mengerti kenapa Jaemin jadi begitu diam sejak dari cafe. Namja manis itu tidak mengatakan apapun dan nampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Jungwoo ingin menegur si manis, tapi tidak enak juga, takut membuyarkan pikiran Jaemin, siapa tahu Jaemin sedang memikirkan hal serius dan dia membuyarkannya kan kasihan. Jadi dia hanya diam menatap kekasihnya itu.

"Nana" panggilnya akhirnya setelah dirasa cukup keheningan di meja makan.

"Ne?" Jaemin menatap segera ke arah Jungwoo yang kini menopang dagu dan menatapnya serius.

"Apa sih yang membuatmu sejak tadi melamun, huh?" tanya Jungwoo heran.

"A-Ah itu- tidak ada" jawab Jaemin dengan senyum gugup. Dia tak mau mengaku kalau saat ini dia tengah memikirkan Yuta, sikap Yuta tadi tepatnya. 

"Kau yakin? Aku tahu kau berbohong sayang." Jaemin hanya mengangguk.

"Baiklah, aku melepaskanmu saat ini, tapi jangan harap setelahnya kau bisa lepas dariku." Jaemin hanya bisa tertawa kaku.

"Selesaikan makananmu, aku tidak mau kau sakit seperti sebelum-sebelumnya." Jaemin mengangguk.

"Baik hyung" Jungwoo minta dikupaskan apel pada pelayan. Dia sudah selesai makan sejak tadi, dia tetap di sana hanya untuk menemani sang kekasih makan malam.

"Tuan Putri, apa aku perlu menyuapimu?" Jaemin tersedak makanannya saat Jungwoo memanggilnya begitu.

"Hyung! Siapa yang tuan putri, huh?!" kesal Jaemin, Jungwoo hanya tertawa menanggapinya.

[Jungwoo x Jaemin] Happy EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang