Amin

939 260 19
                                    

Peristiwa WTC 11 September 2001 menjadikan AS langsung menuding gerakan Al-Qaeda sebagai tersangka aksi terorisme. Negeri Paman Sam ini kemudian menangkapi orang-orang dan kelompok Islam yang diduga kuat terkait jaringan yang dipimpin Osama bin Laden ini.

Umat muslim yang menjadi minoritas di Amerika Serikat mengalami banyak insiden pacsa tragedi WTC. Diskriminasi terjadi berupa pelecehan, kekerasan, penculikan, dan pembunuhan. Para non-Muslim mengalami islamphobia. Menjadikan integritas sosial sangat tidak stabil karena itu.

Pun sama. Indonesia pernah terjadi aksi terorisme. Salah satunya peledakan Bom Bali I yang merenggut ratusan nyawa warga Australia. Saat itu, P.M. John Howard pun sangat marah dan menuduh Indonesia sebagai sarang teroris. Lalu Howard tegas meminta agar para pelaku ditangkap dan dihukum mati.

Teror internasional ini yang menjadi musuh AS dan sekutunya, siapa dinyana, tenyata awan berkabut itu mempunyai garis emas bagi umat Islam. Ada hikmah dan berkah di baliknya. Beginilah cara Tuhan memberikan pemahaman-Nya.

Setelah aksi anti-Islam yang menegangkan selama bebarapa masa pasca Tragedi WTC, perlahan keberkahan dalam sebuah bencana mulai terasa. Islam semakin dikenal oleh banyak warga AS, bahkan sebagian menaruh minat untuk mempelajari, lantas warga non-Muslim AS banyak menjadi mualaf.

Islam mendapat angin segar dari perkabungan itu. Angin segar yang berhembus lewat kisi-kisi rasa takut yang ditimbulkan aksi-aksi para teroris yang mengatasnamakan agama. Hembusan angin ini bersinergi positif dengan kegigihan dan perjuangan lewat sosok hamba yang telah terpilih oleh Tuhan.

Beliaulah KH Hasyim Muzadi, sosok lokomotif Islam moderat, mengambil peran dan memainkan pentas di forum-forum internasional, menyebarkan pemahaman Islam yang rahmatan lil alamin dengan mendekati tokoh-tokoh lintas agama dan bekerja sama mencari jalan penyeselaian konflik itu lewat World Conference on Religion for Peace; sebuah Konferensi Dunia Agama untuk Perdamaian. Tak luput dengan interfaith dialogue.

Tatkala suhu memanas bersamaan dengan semakin tegangnya hubungan AS dengan Irak akibat George W. Bush memaksakan kehendaknya melakukan invaksi militer, KH. Hasyim Muzadi bersama tokoh agama lain dari Indonesia seperti Kardinal Yulius Darmaatmaja S.J, dan Pendeta Natan Setiabudi, mencoba mendekati Paus Yohanes Paulus di Tahta Suci Vatikan, Roma, untuk meminta dukungan.

Paus Johanes Paulus rupanya malah sangat apresiatif. Bahkan, tokoh nomor satu kaum kristiani dunia ini ikut mengutuk dan menghimbau agar rencana penyerangan itu bisa dihentikan atas nama perdamaian dan kemanusiaan.

Sehingga, ketika terjadi ledakan bom bunuh diri di Ritz Carlon dan JW Marriot, Kuningan, Jakarta, semua tokoh agama bersatu padu, mengutuk aksi terorisme itu sebagai tindakan biadab dan kriminal murni. Terorisme bukanlah sebuah ajaran agama karena pada dasarnya tidak ada ajaran agama yang menghalalkan kekerasan.

"Stereotip buruk itu perlahan memudar. Beginilah cara Tuhan menyampaikan pemahaman baik itu dengan cara-Nya yang kadang sulit dinalar oleh para hamba," jelas Haura.

Hyun Jae menukik senyum. Ia tertunduk sesaat.

Haura menghembuskan napasnya.

"Pemahaman baik itu, apakah akan selalu datang atau tidak, Haura? Termasuk kenapa aku diciptakan dengan penuh kesengsaraan di masa lalu. Termasuk kenapa aku tak kunjung menemukan siapa orang tuaku, indentitas mereka. Apakah mereka orang baik atau bukan. Apakah mereka masih hidup atau meninggal. Pula, apakah dulu mereka membuangku atau karena hilang layaknya Jiyeon. Aku sungguh ingin tahu, Haura. Aku sungguh ingin mendapat pemahaman itu. Apa aku bisa? Apa aku akan mendapatkannya?" tanya Hyun Jae panjang yang terdengar layaknya tuntutan. Wajah menyendu. Mengingat rasa sakit masa lalu memang selalu menyesakkan, apalagi mengingat perihal siapa orang tuanya. Ia rindu. Ia sungguh dirundung rindu.

Syahadat di Langit SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang