Porak-poranda

1.3K 352 42
                                    

Haura menceritakan Yusuf putra Nabi Ya'kub dengan Rahil. Menceritakan sebuah mimpi Yusuf kecil tentang sebelas bintang, matahari, dan bulan yang bersujud padanya. Yusuf kecil pun menceritakan mimpi anehnya pada ayah--Nabi Ya'kub AS. Mengetahui itu, ayahnya justru khawatir jika saudara-saudara Yusuf akan tahu perihal itu. Lalu menyuruh Yusuf untuk jangan menceritakannya pada saudara-saudaranya karena khawatir mereka akan mencoba melenyapkan Yusuf.

Alasan Nabi Ya'kub sekhawatir itu adalah karena paham akan pembukaan tabir mimpi Yusuf. Tak lain menjadikan sebuah pertanda; bahwa Yusuf akan menjadi sesuatu di masa depan, yaitu menjadi nabi dan rosul Allah.

Namun, untuk menjadi hamba semulia itu tidaklah mudah, untuk mencapai titik itu Yusuf harus melewati cobaan yang begitu keras; berawal dari dibuang ke sumur oleh para saudaranya, menjadi budak, dipisahkan dengan ayahnya hingga puluhan tahun, bahkan hingga hampir terkena tipu muslihat Zulaikha.

Kisah perjalanan Nabi Yusuf AS itulah yang diceritakan Haura tadi malam pada Hyun Jae. Berkesan, kalau hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh badai. Apalagi bagi mereka yang berhasil tumbuh layaknya pohon tinggi dengan buah lebat, pastilah badai itu akan lebih kencang menghantamnya. Pula perkara cobaan yang datang itu akan membuat korbannya menjadi lebih tangguh jika mereka kuat atau layu jika menyerah.

Haura percaya sosok Jiyeon itu tipikal wanita tangguh seperti yang Hyun Jae katakan, pula kentara mempunyai budi pekerti luhur, tetapi mengapa hidup Jiyeon berakhir dengan ketidakadilan? Inilah yang Haura tangkap dari problematika hidup Hyun Jae sekarang.

Hidup ini kadang tampak rumit dengan hal-hal demikian. Tampak tidak adil dengan orang sebaik Jiyeon justru dinistakan sekejam itu. Namun, sejatinya sosok hamba tidakah tahu pasti apa yang tengah terjadi di balik semua ini, maksud terselubung dari-Nya, salah satunya bisa jadi semua ini adalah sebuah ujian bagi orang terdekatnya juga; menguji kesetiaannya pada Jiyeon sendiri untuk mencarikan keadilan itu.

Hyun Jae menarik sudut bibirnya mengingat ucapan bocah tengil Haura itu yang tetiba bertransformasi menjadi sosok dengan cara pandang dewasa. Kedua mata sipitnya menatap horizontal ke foto Jiyeon yang terletak di depan guci abu kremasinya.

"Sudah menjadi kewajibanku mencari keadilan untukmu, Jiyeon. Aku bahkan sudah bisa merasakan jika sebentar lagi keadilan itu akan segera didapatkan. Bersabar sebentar lagi, ya?" ujar Hyun Jae sembari sebelah tangannya terangkat ke kotakan lemari berisi guci abu kremasi Jiyeon, menyentuh wajah semringah Jiyeon dalam potret.

Ada rasa sesak yang selalu merayapi Hyun Jae kala berkunjung ke kolumbarium untuk menyapa Jiyeon. Rasa sesak itu yang berasal dari usahanya yang tak kunjung membuahkan hasil untuk membuka misteri kematian Jiyeon. Pun rasa sesak kenapa Jiyeon harus meninggalkannya lebih dulu.

Dulu, sempat Hyun Jae mencoba bunuh diri dengan sengaja menghirup gas beracun karbon monoksida di penthouse-nya karena putus asa dengan semua ini. Namun, nahasnya bukan langsung merenggut nyawa, Asisten Hwan berhasil membawanya ke rumah sakit tepat waktu, ia pun menjalani beberapa hari masa kritis, hingga akhirnya sadar dan sembuh perlahan-lahan.

Di situlah, ia baru menyadari kenapa alam masih membiarkannya hidup, tak lain untuk mencari keadilan Jiyeon satu kali lagi, setelah sebelumnya gagal.

Usai mendapatkan keadilan itu, ia akan melakukan pelarungan abu kremasi Jiyeon di lautan Samudra Pasifik seperti yang kekasihnya itu inginkan dulu, setelahnya ia akan memutuskan pergi dari dunia ini, mengakhiri proses metafisika dan alamiahnya karena tujuan hidupnya sudah terpenuhi seutuhnya. Kecuali ....

Syahadat di Langit SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang