Risau

756 223 34
                                    

Kantor pusat Republik Nature Group berada di Hangang-daero, Yongsan-gu, Seoul. Berdiri megah dengan desain kubus yang unik, dirancang oleh salah satu arsitek masyhur asal Inggris. Ditambah dengan kelir putih, bangunan dengan 25 lantai ini tampak sangat berbeda dari gedung-gedung di sekitarnya.

Kini, di lantai paling atas di siang hari musim gugur yang tetap lembap, sosok Hyun Jae tampak serius di meja kerjanya dengan kerutan kening, serta kaca mata bulat anti radiasi yang menemaninya melihat sesuatu dalam layar laptop di hadapannya.

Setelah beberapa saat lalu Hyun Jae menyilangkan sebelah kakinya, kini ia lerai. Meja kerjanya ia intruksikan dengan gerak tubuhnya terdorong lewat bantuan roda pada kursi ergonomis yang didudukinya agar lebih ke depan, bahkan hingga mengapit penuh perut sixpack-nya yang terbalut setelan jas yang ia lapiskan lagi dengan coat panjang warna caramel, sampai sisi meja.

Hyun Jae tampak semringah dengan tukikan senyum mengembang di bibirnya, pula lesung pipit yang tampak seiring embangan itu.

"Jasim," sebutnya dengan sepasang netra sipit yang tetap jeli melihat ke arah layar laptop, sebelah jemari tangannya terus bergerak sentuh di atas taouchpad.

Hyun Jae menyipitkan netra sipitnya, mengamati sesuatu dalam layar laptop dengan lebih jeli.

"Aish! Ekspresi ini lucu sekali," omong Hyun Jae yang tersenyum geli sampai sebelah tanggannya bertindak untuk menutupi letak bibirnya agar jangan sampai kelewat tawa.

"Bisakah dia jangan tengah mencicit seperti itu?" komentarnya lagi.

Masih dengan kembangan senyum, Hyun Jae memberhentikan laju jemarinya di touchpad. Lalu menyandarkan punggungnya ke kursi ergonomis.

Hyun Jae ber-huh lemah.

"Aku bisa gila jika mempunyai banyak fotonya," gumamnya mendapati email macam apa yang barusan dirinya tilik ini. Tak lain adalah email dari Jasim, mengirimkan file potret-potret curian dengan kamera DSLR-nya saat berwisata ke N Seoul Tower dua hari kemarin.

Antara merasa senang dan merasa bersalah kepada Haura, itulah yang sedang Hyun Jae rasakan siang ini. Senang karena ia bisa mendapati foto Haura dengan kualitas dan spot yang apik. Namun, ia pula merasa bersalah karena jika Haura tahu, pasti gadis ras melayu itu akan marah padanya, bersungut agar segera dihapus file ini tanpa sisa.

Yang paling membuat Hyun Jae geli barusan adalah potret di Namsan Octagonal Pavilion saat dirinya itu sedang mengambil kesempatan atas lamun Haura, mengungkap "Aku mencintaimu" dengan bahasa Indonesia, yang sedang berhasil membuat Haura tak kepalang kejut, lalu terdengar aba-aba Jasim "Hana, dul, set!".

Aish! Padahal Hyun Jae sangat penasaran respon Haura setelah sadar akan ucapannya itu, sekalipun dirinya bisa memprediksi jika Haura pasti akan mudah berdalih, pura-pura tak mendengarnya, tak sopan sekali mencomot topik lain.

Masih dengan menyandarkan punggungnya ke kursi ergonomis, Hyun Jae melirik ke arah layar laptop-nya lagi yang masih menampilkan foto curian Jasim di Namsan Octagonal Pavilion, pose paling menggemaskan yang Jasim kirimkan menurutnya. Pose wajahnya yang tampak datar karena masih terkejut akan main foto itu, Haura yang duduk di sebelahnya itu tengah mencicit maki Jasim, terpotret dengan bibir mengerucut sebal. Ekspresi Rubah Kecil ini sungguh menggemaskan. Aih!

Hyun Jae mendesah. Ia membenci posisi seperti ini. Posisi di mana dirinya sulit untuk berhenti tersenyum sendirian. Bagaimanalah, soalnya sulit sekali mendapat foto Haura karena gadis itu yang tak pernah satu kalipun memposting fotonya di media sosial, mendapat foto Haura adalah salah satu obsesinya. Dan, ya, dirinya jelaslah sangat bahagia kini melebihi dirinya memenangkan lotre dengan hadiah puluhan juta won yang sangat diharapkannya dulu saat di panti asuhan.

Syahadat di Langit SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang